Terima Kasih

787 55 5
                                    

Frank tahu jika dia sekarang adalah buronan Belinda. Walaupun sudah berhasil kabur dengan cara yang licik dan sedikit mengerikan akan tetapi setidaknya dia selamat.

"Win..."Frank menggapai tangan Win yang sejak tadi menunggunya di salah satu ruangan di rumah sakit yang jauh dari kota.

"Terima kasih."Frank tak pernah mengira jika orang yang sempat ia benci akan menolongnya seperti saat ini. Terlebih lagi sebelumnya Frank sudah berbuat banyak hal buruk kepada Win.

Win mengangguk dan menyodorkan air untuk Frank."Minumlah, sejak kau sadar kau belum minum."

Frank menurut dan saat itu juga Bright masuk ke ruangan itu dan menarik Win ke sisinya karna ia ingin membuat jarak antara Win dan juga Frank.

"Bright, kenapa?"tanya Win dengan bisikan karna tak mau Frank merasa terganggu apalagi Bright masih memperlihatkan tatapan intimidasinya yang tak main-main karna itu sangat menakutkan.

"Ada yang harus aku katakan padamu. Ikut aku dulu."

"Oke, tapi paling tidak Pamitan dengan Frank dulu atau dia akan panik karena di tinggal seorang diri di sini."Win itu baik dan bijak, dia tak mau membuat Frank ketakutan dengan kondisinya yang masih sangat lemah.

"Aku dan Bright akan pergi keluar sebentar, kau tak masalah kan?

"Iya, seharusnya aku yang takut jika kehadiranku mengganggu kalian."

"Sangat mengganggu."Bright menyahut dan setelahnya segera membawa Win keluar dari sana.

Di luar ruangan Win bertanya kepada Bright."Apa yang terjadi? Kenapa kau-"

"Belinda sedang mencari Frank. Kita tak akan bisa menyembunyikannya di rumah sakit ini lagi."

"Lalu bagaimana? Kita tak mungkin menyerahkan Frank kepada Berlinda. Frank sama sekali tak menginginkan Belinda."Win sangat cemas dia tak mengerti mengapa jadinya Belinda justru Terobsesi dengan Frank? Bukankah seharusnya Belinda Terobsesi kepada Bright?

"Aku tahu tapi apa kau yakin ingin melakukan ini? Karena Belinda itu cukup kejam. Aku hanya takut jika kamu ikut campur dalam urusan nya dengan Frank, maka dia akan melakukan sesuatu yang buruk kepadamu."

Namun Win malah Terkekeh seolah menganggap jika semua yang terjadi saat ini hanya sebuah candaan.

"Kenapa harus takut? Bukankah akan ada kau yang selalu melindungiku?"

Bright gemas melihat bagaimana cara Win bicara seolah sedang menggodanya. Lalu Bright mencubit pelan hidung Win, keduanya bermain dan sedikit banyak kemesraan hingga akhirnya mereka sadar waktu dan tempat.

Tak berselang lama setelah itu, Bright dan Win sudah berada di dalam mobil dengan Frank yang juga ikut dengan mereka.

"Kita akan ke tempat yang aman sementara waktu kau akan tinggal dengan kami, tak apakan Frank?"Tanya Win yang selalu menanyakan keputusan Frank.

Dan Frank yang tahu diri, dia tak akan menolak atau memint apapun dari Win dan Bright karena mereka adalah dua orang yang telah menyelamatkannya dari Belinda.

"Tapi, bisakah aku meminta sesuatu?"Frank bertanya dan belum Win menjawab, Bright malah memberikan gestur agar Frank tak meminta hal yang akan menyusahkannya dan Win.

"Bright,"Panggil Win yang langsung membuat Bright menghentikan aksinya memandang Frank.

Win kembali fokus kepada Frank,"Apa? Jika aku dan Bright bisa, akan aku berikan."

"Aku ingin bertemu Drake."

"Drake? Bukannya dia ada di penjara?"tanya Bright menyahut.

"Iya... Dan aku sangat ingin bertemu dengan dia, bisakan?"tanya Frank dengan pelan.

Awalnya Bright ingin sekali menolak karna dia tak ingin Win semakin lelah dengan perjalanan yang jauh dari rumah sakit ke penjara. Namun, ucapan Frank begitu menggoyah hati kecilnya. Apalagi saat Bright memandang langsung mata Frank.

"Aku mohon, aku sangat ingin bertemu dengan Drake."

"Kau akan bertemu dengannya, kita akan kesana. Iya kan Bright?"Win memaksanya.

Bright mengangguk dan kembali fokus untuk mengendarai mobilnya.

'Ada apa dengan pandangan Frank barusan? Terasa kosong seperti dia menahan sesuatu.' batin Bright yang tak ia ucapkan kepada Win.

Jadi mau tak mau Bright memutar arah mobilnya. Dia mengunjungi penjara tempat Drake di rawat dan segera mengantarkan Frank kesana. Win sengaja tak ia izinkan untuk ikut dengan alasan,"Aku tak mau kau kelelahan, Meta. Lagipula di penjara ini sangat tak sehat untuk pernapasanmu."

Jika Bright sudah mengatakannya, maka mau tak mau Win hanya akan mengangguk dan mengikuti apa yang dikatakan oleh Bright.

"Baiklah, aku akan tunggu di sini."

****

Sedangkan di dalam penjara itu Frank merasakan jantungnya berdetak. Dia benar-benar merindukan Drake, sekalipun Drake akan membencinya sepanjang hidupnya.

"Drake..."Mata Frank sudah berkaca-kaca saat itu ketika dia mendapati Drake yang keluar dari sel besinya dengan borgol dan baju tahanan. Dan hal yang lebih menyakitkan adalah ketika menyadari jika Drake terlihat sangat kurus dengan kantung mata yang menghitam.

Frank tak pernah melihat Drake seburuk ini sepanjang dia mengenalnya.

"Aku akan tunggu di luar."Bright masih memiliki banyak masalah untuk dipikirkan. Dan dia tak mau ikut masuk ke dalam masalah dan urusan yang terjadi antara Frank dan Drake.

Sepeninggalan Bright, kini hanya ada Frank dan Drake. Keduanya masih terdiam dengan sorot mata yang menyiratkan dua hal berbeda.

"Drake..."Frank yang pertama memanggil nama Drake.

Namun, bagaimana cara Drake memandangnya sangatlah menyakitkan. Drake memandangnya seolah ia adalah benalu dan hal yang menjijikan.

"Untuk apa kau kemari hah?"tanya Drake dengan suaranya yang semakin dingin.

"Karna aku ingin melihatmu, Drake.... Aku ingin meminta maaf atas semua hal yang mungkin membuatmu jadi membenciku seperti sekarang."

Dihempaskannya tangan kecil putih Frank saat pria itu ingin mengambil tangan Drake untuk diusap.

"Aku yang tak ingin melihatmu! Aku yang benci melihatmu. Aku tak akan keluar kesini jika tahu kau yang menjenguk diriku."Drake membuang wajahnya dan segera beridri ingin kembali saja ke selnya, akan tetapi Frank menangis dan menghentikannya.

"Kali ini saja.... Jangan marah padaku. Aku tak ingin pergi dengan kebencian yang kuterima darimu."Frank menangis dan suara tangisannya memenuhi seisi ruangan penjara ini.

Namun hati Drake seakan beku. Dia sama sekali tak peduli untuk melihat betapa menyedihkannya Frank saat ini bahkan ketika Frank mengeluarkan potongan kaca yang tajam dari sakunya.

"Aku hanya ingin melihatmu tersenyum kepadaku... aku ingin kau berhenti membenciku, di hari kematian ini. Tapi harapanku terlalu tinggi.... aku tak bisa..."

Dan ketika Drake menolehkan wajanya untuk melihat Frank, yang terjadi adalah Frank yang menusuk dada dan menyayat habis-habisan urat nadi di tangannya.

"FRANK! HEI! FRANK! TOLONG!"Drake merasakan detak jantungnya berpacu sangat cepat.






































*****

My Obsession (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang