Belum ada dua jam setelah kepergian Bright untuk menyelesaikan masalah di kampus, dia buru buru kembali ke rumah sakit dengan cemas. Prof. Roy memberitahunya jika Win sedang menangis.Setahu Bright, Win itu sama sekali bukan seseorang yang mampu menangis dengan mudah.
"Pasti ada sesuatu yang membuat Meta menangis, tapi apa itu?"Bright semakin mempercepat laju jalannya. Dia tak sabar untuk memeluk Win dan membuay pemuda berhati malaikat itu berhenti menangis lalu menanyakan hal apa yang telah membuatnya menangis seperti itu.
Dan rupanya benar saja sayup-sayup Bright mendengar suara tangisan Win.
Brak!
Bright langsung membuka pintu kamar rawat Win dan di tengah ranjang, Bright dapat melihat Win yang menangis sambil menekuk kakinya menyembunyikan wajahnya di antara lipatan tangan dan lututnya. Disana juga ada dua orang suster yang berusaha menenangkannya.
Wajah Win mendongak saat mendengar suara pintu yang dibuka. Bibir pucat pemuda itu memanggil nama Bright."Bright!"Win memanggilnya dengan suara yang masih terbata-bata.
Tak mau membiarkan Win menangis lebih lama, Bright segera mendekatinya.
"Meta,"gumam Bright yang kini tangannya memeluk tubuh Win yang bergetar hebat.
Win menyamakan posisinya di dalam pelukan Bright dan Bright membelai punggung Win yang kurus lalu ujung matanya melirik kearah suster dan Prof. Roy yang ada di sebelahnya. Mata Bright mengisyaratkan agar semua orang yang ada di dalam sini keluar.
Prof. Roy mengangguk dan segera pergi dari sana menyisahkan ruang berdua untuk Bright dan Win.
Masih menangis, Win rasanya tak kuasa untuk menahan tangisannya bahkan ada gurat ketakutan saat Bright melihat wajah Win yang sepenuhnya basah karena tangisannya sendiri.
Mulai bicara secara perlahan, Bright menanyakan apa yang terjadi kepada Win."Ada apa Meta? Kenapa kau menangis?"suara Bright benar-benar lembut. Pemuda yang lebih tua dari Win itu tak ingin membuatnya merasa tercekik jika Bright menggunakan tone suara yang dalam dan gelap.
Win menggeleng dia masih belum bisa berbicara apapun dan Bright berusaha sabar dan menanti Win.
Setengah jam berlalu dan kini Win mulai tenang. Air matanya sudah berhenti mengalir sejak lima menit ini.
Win mulai memberanikan dirinya untuk menatap Bright. Bright pun melakukan hal yang sama dengan apa yang Win lakukan. Dia tengah menunggu penjelasan yang akan Win berikan dengan saling perpandangan.
Win menyentuh jemari tangan Bright lalu dia menggenggamnya dengan erat. Sorot mata yang Win berikan saat itu juga sangat serius dan jujur saja, Bright merasa sedikit syok dengan Win yang tiba-tiba serius.
Win akhirnya mulai mengatakan sesuatu kepada Bright."Cobalah untuk mengenal Belinda."
Raut wajah Bright yang tadinya kalem berubah menjadi gelap dalam sesaat ketika Win menyebutkan nama Belinda di bibirnya. Sorot mata yang Bright tunjukkan juga tajam pemuda itu menyentuh pelan bibir Win dengan tatapan matanya yang mengunci mata Win agar selalu menatapnya.
"Kenapa kau tiba-tiba membicarakan Belinda?"lidah Win kelu. Apalagi dengan posisi mereka yang begitu dekat satu sama lain ditambah dengan raut wajah Bright yang tak baik baik saja. Bright nampak sama sekali tak menyukai apa yang baru saja Win katakan.
Dengan susah payah Win meneguk ludahnya mencoba melepaskan pandang dari Bright tetapi kepalanya malah ditahan oleh tangan Bright yang mengapit pipi Win.
"Jawab aku, Meta."Bright itu tak suka saat Win mencoba untuk berbohong ataupun menutupi sesuatu Darinya.
"Bright- aku pikir kau dan Belinda akan cocok."Bright masih mendengar kan Win, dia tak ingin memotong Win yang belum selesai.