Mengerikan.
Dadanya koyak hingga jantungnya nampak keluar. Darah merah tumpah membasahi lantai penjara bahkan cairannya sampai mengenai kaki Drake yang tak beralaskan apa-apa.
Satu detik.
Lima detik.
"Tidak! Frank!"
"FRANK!"
Drake berteriak histeris kala itu dengan jatuh terduduk di ujung sel penjara. Matanya masih bisa menyaksikan Frank yang meninggal di depan matanya. Bunuh diri.
Tak selang lama penjaga sel dan bahkan berlari kesetanan untuk melihat ada kejadian apa. Dan setibanya mereka di depan sel Drake, semuanya hening terlalu berat untuk mecerna apa yang saat itu tengah mereka lihat.
"Frank?"yang pertama bersuara kala itu adalah Bright.
Bright tak terlalu syok. Darah dan kematian orang sudah banyak ia saksikan jadi Frank dengan kondisinya yang sekarang bukanlah apa-apa baginya.
"Hiks... Frank! Frank!"Drake memukul besi penjara. Dia berharap mereka yang berdiri di luar sana membebaskannya sebatas hanya untuk melihat Frank.
Namun mereka semua memiliki hati yang kejam. Bright dengan tangan kosong dan keberanian dirinya mengangkat tubuh Frank membawanya keluar dari sana.
"Kuburkan dia dengan layak. Tapi, jangan sampai kasus ini bocor. Aku akan membayar satu kantor polisi ini."Bright meletakkan Frank di ruang kesehatan yang ada di kantor polisi ini sembari mengancam di kantor semuanya yang ada disana.
"Tapi Tuan, kami-"
"Aku benci berdebat dan mengulang apa yang aku katakan."pandangan Bright sangat dalam dan tajam. Mereka semua tak bisa menolak keinginan Bright alhasil semua polisi mengangguk dan mereka akan menutup mulut atas kasus Frank yang bunuh diri.
Bright sudah siap pergi namun dia kembali menoleh dan berpesan."Satu lagi, penjarakan Drake selama mungkin buat dia mati perlahan di penjara terdalam."
"Ba-ik Tuan."
Bright melangkah tenang di sepanjang lorong penjara hingga raut wajahnya ia rubah menjadi sendu.
Brak-
Bright membuka pintu mobilnya dan masuk. Win yang sejak tadi menanti tak lagi menahan rasa penasarannya apalagi saat itu Bright kembali seorang diri tanpa Frank.
"Bright? Apa yang terjadi?"
"Dimana Frank?"
Win gelisah. Matanya terus melirik pintu masuk penjara guna menanti sosok Frank, namun pemuda itu sama sekali tak mendapati sosok yang ia nanti hingga pelukan Bright Win dapatkan.
Bright berujar dengan sangat lirin."Meta, Frank membenci kita. Dia dan Drake membenci kita, dia bahkan mengusir aku tadi."
"Apa? Mana mungkin?"Win melepaskan pelukan Bright.
"Frank dan Drake tak seperti itu, Bright! Tidak mungkin!"Win hendak membuka pintu mobil namun Bright tak akan dengan mudah mengizinkannya.
Bright menahan tangan kurus Win dengan sangat hati-hati. Dia takut menyakiti tubuh lemah itu.
"Apa kau tidak percaya padaku?"tanya Bright dengan suaranya yang dibuat sesedih mungkin.
"Aku tak pernah berbohong kepadamu kan?"
"Aku selalu berkata jujur,"ucap Bright terus menerus hingga membuat Win malah meragukan dirinya yang tak mempercayai Bright.
"Bright, aku-"
"Kau tak percaya kepadaku kan? Kau menganggap aku sama seperti mereka menganggap diriku sebagai monster-"
"Bright... Jangan!"dengan pelan namun kedua bola mata Win menunjukkan rasa khawatir.
Berulang kali Win akan merasakan Dejavu ketika mendengar Bright menyebut dirinya sendiri sebagai seorang monster.
"Sudah berapa kali aku bilang? Kau bukan monster. Kau bukan, Bright..."Win menenggelamkan kepalanya dan menangis untuk sebuah alasana hanya diketahui oleh hatinya.
Win memeluk Bright menenggelamkan wajahnya di dada Bright.
"Apa kau percaya kepadaku sekarang?"
Win mengangguk."Aku percaya. Aku selalu mempercayai dirimu Bright."
Bodoh.
Kepercayaan Win selama ini Bright permainkan. Ada banyak tipu muslihat yang Bright buat kepada, Bright.
Mobil mereka meninggalkan kota. Jauh memasuki daerah gelap dan hutan pribadi yang Bright beli.
Diliriknya Win yang sudah memejamkan matanya."Meta, akhirnya kini aku bisa memiliki dirimu selamanya."
Gerbang besar dengan besi yang menjulang tinggi terbuka, Bright memarkir mobilnya dan membawa Win masuk ke rumah sederhana mereka.
Bukan ke kamar Win. Kali ini Bright membawa Win sebuah ruangan rahasia yang ada di loteng.
Ruangan ini besar dan bersih, lampunya berwarna putih dengan dinding yang berwarna biru muda.
Hanya ada satu ranjang besar disana dan langsung saja Bright menempatkan Win ditengah-tengah. Bright memanfaatkan kesempatan di saat Win tak sadar untuk melucuti semua pakaiannya.
Hingga pada akhirnya Win tak tertutupi oleh selembar kain apapun. Bright naik keatas tubuh Win, dia mencumbu dan meraup bibir pink itu. Bright meraih borgol kain di ranjang dan memakaikan benda itu ke pergelangan tangan dan kaki Win, bahkan Bright membuatkan penyangga leher agar Win nantinya tak akan meronta dan menggerakkan kepalanya seenaknya.
Tepat ketika ikatan di tubuh Win terpasang sempurna, Win membuka matanya.
"Bright? Apa ini? Kenapa kau mengikatku dengan keadaan telanjang?"tanya Win yang tetap berusaha untuk lepas dari tali kekangnya. Namun sulit. Borgol kain yang Bright siapkan terbuat dari bahan halus, elastis dan kokoh.
"Meta... Tenanglah sayang. Semuanya akan baik-baik saja."Bright tersenyum tampan dan dia berganti ke pakaian dokternya.
Win tak berdaya, dia berusaha untuk lepas karna jujur dari dalam hati kecilnya ia benci jika harus diperlakukan seperti ini.
Sejauh ini, ini adalah kali pertamanya Bright melakukan hal yang terlampau jauh. Dan ini tak baik, Win harus menghentikannya.
Ah.... Sayang sekali. Semuanya terlambat, ia terlambat menyadari Bright yang kini telah tumbuh semakin hebat, cerdas dan kuat.
"Meta, penelitian yang aku lakukan berhasil. Dengan obat metode yang akan segera aku lakukan kepadamu, maka kau akan bertahan hidup lebih lama."
Win menggeleng."Bright kau tak bisa melawan takdir dengan sebuah kemustahilan."
Bright tertawa keras."Aku bisa, Meta. Dan akan aku buktikan."Bright mendekati Win dengan membawa serum di dalam sebuah suntikan.
"Serum ini akan memanipulasi tubuhmu. Kau dan organ-organ tubuhmu akan lumpuh lalu... dengan obat yang bantu akan kau konsumsi setiap saat, kau akan hidup lebih lama, denganku."
"Tidak! Bright kali ini aku menolakmu!"
"Apa kau bisa?"
"Bright!"
"Ya... Sayang... Aku ada disini. Nanti saat matamu tak lagi berfungsi atau saat kaki dan tanganmu tak lagi kau gunakan, aku akan selalu di sisimu."
Sebuah ciuman hangat Win dapatkan di dahinya dan di saat itu pula Bright gunakan mempermainkan nyawa Win.
"Aku adalah dokter dan aku... Aku tak akan membiarkan kau pergi, lalu mati dan meninggalkan aku, sayang."
-END.
Thank you all☺️🫶🏻.