Chapter 1 : Rumah sakit

2.9K 56 0
                                    

Seorang wanita muda cantik berbalut celana jeans dan kemeja putih sedang menerima panggilan telepon. Ia saat ini berada di basement salah satu rumah sakit di Barcelona.

Tanpa mengucapkan salam, si penelpon langsung pada tujuannya.

"Aku berada di Barcelona. Kau dimana?" tanya suara bariton di ujung telepon sana.

Wanita cantik itu sangat mengenali suara si penelpon.

"Quironsalud." jawab wanita cantik jelita itu.

"Aku akan kesana." sahut pria itu.

"Tidak perlu. Aku sedang ada urusan saat ini. Kau bisa sebutkan lokasimu berada. Setelah ini, aku yang akan mendatangimu."

Penelpon sedang memikirkan tempat yang cocok untuk bertemu.

"Aku tunggu di paradise night club jam 11 malam. Jangan telat, aku tidak suka menunggu." ucap si penelpon dengan nada perintah.

"Kenapa harus di—"

Telepon diputuskan sepihak.

Wanita cantik itu menutup pintu mobil ferarri miliknya dengan sangat kencang. Ia sangat kesal dengan sikap brengsek si penelpon. Yang tidak lain adalah lelaki yang akan dijodohkan dengannya.

Barusan ia kembali ke basement untuk mengambil ponsel yang tertinggal di mobil. Bodohnya dia mau mengangkat panggilan telepon dari nomor yang tidak terdaftar dalam kontaknya.

Wanita itu berjalan melangkahkan kaki jenjangnya kembali ke lobi rumah sakit. Ia berjalan menuju lift berada dan beruntung pintu lift baru saja terbuka. Bergegas masuk dan langsung menekan angka 10 pada tombol lift tersebut.

"Elina, apa kabar?" tanya wanita berambut pirang itu sambil tersenyum ramah. "Sudah lama kita tidak berjumpa."

Wanita yang bernama Elina pun menolehkan kepala melihat siapa orang yang sedang bertanya dengannya. Seketika raut wajah tidak suka muncul dari wajah cantiknya.

Dari semua dokter yang bekerja disini, kenapa harus bertemu dengan dia, Tuhan. gerutu Elina dalam hati.

Elina menyadari bahwa di dalam lift hanya ada dirinya dan wanita pirang yang baru saja bertanya dengannya.

"Aku baik, Nancy." jawab Elina sembari sedikit tersenyum agar terkesan sopan dan ramah.

Elina tidak akan menanyakan kabar balik Nancy. Ia sengaja agar pembicaraan dengan wanita itu tidak berlanjut. Sebelumnya pun mereka tidak cukup dekat. Bertanya mengenai kabar adalah suatu kemajuan pesat yang dilakukan oleh Nancy.

"Sudah lama aku tidak melihatmu mengunjungi rumah sakit ini lagi." Wanita bernama Nancy bersuara lagi.

"Aku sibuk." jawab Elina singkat.

"Kudengar kau sudah memiliki anak, Elina. Apakah itu benar?"

Elina diam malas menanggapi.

Nancy memandang Elina dengan sorot sebal yang berusaha ia tutupi. Sambil menghela napas ringan, Nancy kembali bertanya. "Kau akan tinggal lagi di Barcelona?"

"Tidak," Kali ini Elina menjawab dan sedikit menjelaskan. "Aku di sini hanya sebentar untuk mengurus sesuatu."

Elina tidak akan kembali menetap di Barcelona. Dia terpaksa datang kembali ke negara ayahnya karena perjodohan yang ingin ia batalkan. Hubungannya dengan sang ayah terbilang tidak harmonis bahkan dibilang tidak dekat. Entah ada angin apa, Leonardo— ayah Elina, tiba-tiba datang ke negara persembunyiannya selama ini. Dan dengan sepihak menyuruh dirinya untuk menerima perjodohan.

Sialan! Memang dia pikir ini zaman apa?

Namun sepertinya Tuhan memberkati rencananya. Tidak disangka ternyata lelaki itu berada di kota yang sama. Dan sudah dipastikan lelaki itu akan menolak mentah-mentah perjodohan ini.

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang