Chapter 23 : Bertransaksi

829 20 0
                                    

Di dalam kamar, Elina mencoba mengobati pergelangan tangan kanannya sendiri. Benjolan letupan berwarna putih sudah mulai terlihat. Dengan segera, lukanya dikompres menggunakan air dingin dalam beberapa menit. Setelah itu baru mengambil kotak P3K kecil yang tersimpan baik di kopernya.

Ketika mengoleskan salep pada lukanya secara hati-hati, Elina meringis menahan perih. "Semoga tidak meninggalkan bekas." gumamnya ketika memberikan salep luka bakar.

Setelah cukup merawat lukanya, Elina pun tidak punya banyak waktu lagi, mulai berganti pakaian mengenakan celana jeans dan kaos putih serta dipadukan blazer formal berwarna merah terang. Mengoleskan lipstik pada bibir, meratakan menggunakan jari telunjuk dan sisanya ia jadikan eyeshadow dan blush on. Dengan cepat pula, Elina mengambil tas yang di dalamnya berisikan pasport hasil ia curi diam-diam pada brankas milik Sean.

Sempat terlintas dipikirannya, untuk apa pria itu menahan pasport dia dan Blue. Beruntungnya Elina berhasil mengetahui pin brankas pada percobaan ketiga. Kombinasi tanggal hari pernikahan, ulang tahunnya dan juga Blue menjadi kode pin.

Elina pergi meninggalkan pekarangan mansion bersama anaknya dan Miya— pengasuh baru Blue, selama sebulan yang sengaja dipekerjakan oleh Grace. Alasan membawa Miya karena Elina berniat untuk mengelabui penjaga gerbang agar memuluskan rencananya. Jika para penjaga bertanya— ia sudah menyiapkan jawaban. Namun siapa sangka, penjaga tanpa banyak bertanya langsung membukakan gerbang helios.

Ia pun menancapkan gas walau masih was-was. Berbekal barang mewah yang ada, Elina berencana menjual mobil pemberian Julian kemarin untuk membayar si penelpon misterius tak kasat mata itu. Entah mengapa dewi fortuna sedang berpihak kepadanya. Ia sangat beruntung dan sudah membuat janji temu melalui chat online website dengan pemilik showroom Prestige Motorcars terbesar di New York, Ruddy Brian Parker.

Seorang pria berusia akhir tigapuluhan keturunan blasteran China Amerika dengan setelan semi formal, celana bahan dan kaos putih serta jas hitam tidak dikancingkan sudah duduk manis di sudut kafe yang masih sepi karena tergolong masih pagi hari.

Sambil memainkan ponsel, Ruddy menunggu wanita yang sudah melewatkan jam pertemuan. Pria itu masih sabar menunggu mengingat akan bertemu dengan istri pengusaha ternama yang memiliki kedudukan kuat di Amerika.

Elina turun dari mobil sambil menggunakan kacamata hitam menutupi matanya yang indah. Sebelum menutup pintu, ia berpesan kepada sang pengasuh. "Miya, aku hanya berbicara sebentar dengan orang yang di dalam kafe." Mengarahkan jari telunjuknya pada kafe di sebrang jalan. "Jika ada orang yang menurutmu mencurigakan, kau bisa langsung menelponku. Mengerti?"

Elina berpesan seperti itu karena was-was jika hal yang tidak terduga terjadi. Untuk sementara ini, sembari mengumpulkan uang, ia mencoba mencari siapa sosok yang menerornya selama ini.

"Baik, Ma'am."

Setelah Miya mengangguk paham, Elina pun melangkah anggun menuju kafe dan segera menarik kursi di depan pria yang akan berencana membeli mobilnya.

"Kau yakin akan membeli mobil yang sudah kukirim fotonya sesuai harga kesepakatan?" tanya Elina langsung to the point sambil melepas kacamata hitamnya.

"Aku bahkan akan membeli diharga tinggi tidak sesuai dengan kesepakatan kita diawal, Mrs. Williams." Pria itu menyesap kopinya santai lalu berkata kembali, "Akan kuhargai mobil mewah itu sesuai harga pasaran yang berlaku... US$ 15 juta."

Elina berdeham pelan mengetahui harga fantastik mobil itu. Julian sama gilanya dengan Sean membeli mobil tidak pernah pandang harga. Wajar keduanya kaya raya. Ia yang hidup sederhana seketika dompet yang isinya tak seberapa langsung meronta-ronta jiwa kemiskinannya.

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang