Chapter 6 : Melampiaskan hasrat

4.5K 52 0
                                    

Akibat salah minum wine milik sahabatnya, masih berefek hebat pada Sean walau dirinya sudah mandi air dingin untuk kedua kalinya. Ia masih merasa sangat panas pada tubuhnya dan tak bisa ditahan lagi. Apalagi dia mengingat jelas aroma wangi pada tubuh istrinya.

Keparat! Seketika bagian bawah yang terbalut handuk langsung menegang.

Tidak bisa dibiarkan ia harus meminta Elina untuk menuntaskan hasratnya. Sean meraih kenop untuk membuka pintu kamar mandi. Berjalan dengan gelisah yang melanda.

Sean berkerut kening tipis saat melihat Elina berjalan mondar mandir dengan gelisah. Matanya yang tajam tidak sengaja melihat wine yang berada di nakas tinggal setengah. Ia tersenyum licik begitu mengetahui kondisi Elina yang juga sama-sama dalam pengaruh wine Archie.

Langkah kaki Sean sengaja menuju tempat Elina berada.

"Kau kenapa?" tanya Sean berpura-pura.

Elina kaget mendengar suara Sean yang ternyata sudah keluar dari kamar mandi.

Pria itu hanya berbalut handuk yang menutupi area di bawah pinggang. Elina terpana akan tampilan suaminya. Kini tercetak jelas enam buah otot perutnya yang kotak kotak, tubuh atletis, dada bidang yang ditumbuhi bulu halus, rahang yang terpahat tegas yang juga ditumbuhi bulu halus dan bibir yang tebal yang nampak menggoda.

Astaga. Pria brengsek ini sangat menggairahkan.

"Menikmati pemandangan, hm?"

Sean sengaja menggoda Elina yang dari tadi menilai dirinya.

"A-aku..." kata Elina gugup.

Tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Elina memilih berjalan cepat ke arah kamar mandi. Sepertinya ia terpaksa harus mandi malam agar pikiran kotornya bisa luntur terbawa air mengalir.

"Ada apa, hm?" Sean bertanya dengan suara lembutnya.

Berjalan dengan terburu-buru mengakibatkan Elina tidak sengaja tersandung gaun yang ia kenakan. Untung saja Sean dengan sigap menangkap tubuh mungil Elina. Sehingga bokongnya tidak sempat menyentuh dinginnya lantai.

"Terima kasih." kata Elina sambil melepaskan diri dari Sean yang memegang pinggangnya erat.

"Kau ternyata memiliki bola mata yang indah." gumam Sean.

Elina yang terpaku pada suara bariton Sean membiarkan Sean masih merengkuh pinggangnya. Pipi Elina terasa panas ketika pria itu terus memandanginya.

Sean mulai membenarkan posisi Elina untuk berdiri. Tanpa melepaskan rengkuhan tangan dari pinggang ramping milik Elina.

Ia memberanikan diri untuk mendaratkan ciuman di bibir wanita itu. Melihat respon bibir Elina yang tidak menolak, semakin membuat Sean mencium penuh gairah. Dua insan bibir itu sudah saling melumat, memagut, memainkan lidah, berbagi saliva dan terus mengaksen yang ada didalam sana.

Keduanya sudah saling bernafsu. Ruangan yang sudah dipenuhi AC terasa sangat panas akibat gejolak gairah dua anak manusia.

Semakin panas ketika Sean mulai meremas remas bongkahan bokong padat Elina yang masih berbalut gaun. Kedua tangan Sean mulai merobek dengan kuat gaun yang dikenakan wanita itu.

Kini hanya celana dalam yang tersisa yang masih menempel pada wanita itu. Elina langsung melepaskan bibirnya dan menyilangkan kedua tangan pada area payudaranya yang padat.

"Kenapa gaunku di robek?"

"Gaunmu sangat menganggu aku saat meremasmu." desis Sean dan langsung menyerbu bibir Elina lagi.

Sean tidak mempedulikan Elina yang memberontak. Pria itu terus mencium secara brutal pada bibir Elina. Tidak peduli jika bibir wanita itu mungkin akan bengkak keesokan harinya.

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang