Chapter 62 : Insiden

542 25 1
                                    

Pukul delapan malam Sean sampai mansion. Berdiri di ambang pintu kamar, ia menemukan Elina tengah terlelap, tidur terbaring seperti putri tidur cantik seolah menunggu ciuman dari seorang pangeran tampan nan juga gagah pemberani.

Sean berjalan menghampiri ranjang dan setelah cukup dekat, ia mengecup pelan kening Elina tidak berniat membangunkan. Lalu merambat turun ke bawah, mencium janin dalam perut istrinya penuh damba dan kehangatan sambil berbisik sangat lirih.

"Di dalam sana kau jangan nakal! Jangan biarkan mommy keletihan. Akan Daddy berikan hadiah besar saat kau tidak menyusahkan dan berhasil melakukan itu."

Alih-alih ikut tidur Sean menarik selimut hingga menutupi dada Elina. Kemudian ia berpindah tempat mengambil celana training dan kaos biru dongker dalam lemari, lalu melangkahkan kaki keluar dan menutup pintu pelan-pelan. Ia akan memilih mandi di kamar lain. Ada hal penting yang akan Sean lakukan dan itu tidak bisa dilakukan di dalam kamarnya.

Sean penasaran akan isi flashdisk kecil yang diberikan Leonardo.

Saat melewati ruang keluarga, Sean mendengar celotehan Blue dengan orangtuanya yang sedang menonton televisi menayangkan sebuah acara kartun.

"Grandma, Grandpa, mengapa Squidward tidak suka dengan Patrick dan Spongebob? Padahal mereka berdua tetangga yang baik." tanya Blue menatap Grace dan Albert dengan alis mengkerut.

Dari kejauhan Sean berhenti sejenak, menunggu apa respon dari orangtuanya akan pertanyaan dari bocah kecil empat tahun itu. Albert Williams dan Grace Williams saling melemparkan pandangan, mereka terlihat sedikit bingung menjawab.

Setelah hampir tiga puluh detik diam, pada akhirnya Albert bersuara setelah menghela napas frustrasi. "Bagi Squidward mereka itu tetangga menyebalkan. Karena mereka berdua sering menganggu ketentraman hidup si gurita yang ingin hidup tenang. Dia tidak suka diganggu, Princess."

"Terus kenapa juga Squidward tidak pakai celana?" tanya Blue kembali.

Sean tanpa sadar sudut bibirnya membentuk lengkungan senyuman kebahagiaan. Sedangkan Albert mendesah kasar dan dengan suara pasrah dia mengatakan, "Coba tanya pada Grandma."

Kali ini Sean tidak menunggu sampai dari salah satu orangtuanya yang raut wajahnya sudah nampak kusut menjawab. Ia berlalu pergi menaiki anak tangga menuju kamar atas dan selesai mandi tiga puluh menit kemudian, Sean telah duduk di salah satu kursi kayu area dekat balkon.

Di tengah suara lolongan hewan malam dari raut wajah tampan Sean terlihat ragu-ragu, cemas, gelisah, takut dan perasaan yang membuat dirinya gundah. Bagaimana tidak, Sean sedang mengalami perang batin dan pikiran yang membingungkan saat ini.

Sean tidak sanggup menerima fakta yang sebenarnya terjadi. Andai memang benar sekali Elinalah yang menusuk Mónica hingga tewas apakah ia bisa menerima? Dulu saja saat mendengar bahwa Elina diduga pelaku oleh Penélope membuat Sean hampir lepas kendali. Sempat kala itu, Sean pernah melayangkan senapan diam-diam, mencoba menekan pelatuk, tujuan menembus kepala Elina yang tengah mencoba melarikan diri. Namun saat itu tangan Sean bergetar hebat hingga tidak mampu melakukan. Sekalipun bisikan-bisikan setan berdendang menyuruh melakukan itu.

Sean pun memilih pergi meninggalkan bandara. Ia tidak mau menyesal jika wanita yang selama ini ia cintai akan mati di tangannya. Ia tidak sanggup membunuh. Sean tahu emosi itu hanya sesaat, maka dari itu diredamkannya dengan berbagai pengalihan. Ia sangat kecewa pada Elina bukan karena dia telah membunuh seseorang melainkan Sean tidak terima gadis remaja yang dikuntitnya telah disentuh oleh pria lain.

Astaga jika diingat lagi Sean seperti remaja idiot yang putus asa sampai-sampai memunculkan dendam kesumat karena masalah cinta sepele.

Setelah perang batin dan pikiran yang tidak menemukan titik temu, Sean bergerak alamiah memutuskan menyambungkan flahsdisk kecil OTG (On The Go). Lalu setelah terhubung Sean langsung menekan tombol mulai.

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang