Chapter 4 : Hari pernikahan

1.5K 50 1
                                    

Sebulan kemudian...

Hari paling sengsara yang tak lain adalah hari pernikahan pun tiba dengan cepat.

Entah siapa yang memutuskan sungguh norak. Tanggal 14 Februari momen bersejarah bagi klan Williams dan klan De Rojas akan bersatu sebentar lagi dalam ikatan keluarga.

Pernikahan ini diadakan di Grand Palace Hotel yang berlokasi di Brooklyn, Amerika. Dekorasi hotel ini bernuansa warna gold white, memadukan warna putih dan emas.

Siapapun akan menyukai emas. Warna emas sangat identik dengan kemewahan. Sedangkan warna putih adalah lambang kesucian dan sakral.

Sakral dan suci?

Apakah bisa dikatakan sakral dan suci jika pernikahan ini hanya perjanjian diatas kertas putih semata. Mungkin pernikahan ini akan sah di mata Tuhan dan negara saja. Tapi tidak bagi keduanya.

Sungguh sepanjang hidup Elina tidak pernah membayangkan akan adanya pernikahan. Menikah pun tidak ada dalam kamus hidupnya. Kisah hidup ibunya dan beberapa kenalannya yang gagal dalam menjalin hubungan rumah tangga membuat Elina enggan membuka hati pada seorang pria.

Dekorasi hotel dihias dengan sangat mewah. Padahal kedua mempelai menginginkan pernikahan ini dilakukan secara sederhana.

Ini jauh dari sederhana.

Ini terkesan sangat elegan dan megah.

Pernikahan spektakuler tahun ini.

Kursi yang disediakan untuk tamu undangan semua berlapis emas. Hiasan bunga asli terasa harum menghiasi setiap sudut ruangan. Kue pernikahan yang menjulang keatas dan sangat besar dibuat khusus oleh chef terbaik di dunia. Souvenir berlian yang dibagikan untuk kenangan para tamu undangan yang hadir. Serta jackpot hadiah yang paling ditunggu semua tamu undangan adalah tiket liburan pergi ke luar negeri selama satu tahun untuk seratus tamu undangan yang beruntung dibagikan secara gratis.

Satu kata untuk pernikahan ini.

Gila.

Sudah berapa milyaran dolar yang dihabiskan untuk mengelar pernikahan yang hanya dilaksanakan satu malam saja.

Belum ikrar janji suci diucapkan, pernikahan ini sudah dinobatkan menjadi pernikahan termewah tahun ini. Pernikahan yang diliput oleh banyak media dunia, bukan hanya dari Amerika dan Spanyol saja.

Sekarang para awak media sudah beralih fokus pandangan pada ujung lorong pintu yang pelan-pelan terbuka.

Kilatan blitz kamera langsung bertebaran untuk memotret seseorang yang berada diujung sana.

Terlihat sosok pria paruh baya yang masih tampan di usia yang tidak muda lagi. Pria baruh baya itu bersetelan tuksedo mahal berwarna hitam menambah kesan berwibawa pada sosok tersebut. Sosok tersebut adalah Leonardo De Rojas—ayah dari Elina.

Leonardo melangkahkan kaki berjalan dengan gagah menuju altar pernikahan. Ia meletakkan tangan kanan Elina kedalam lengannya. Sambil berjalan ia mengelus lembut tangan anaknya untuk membuat anaknya merasa tenang.

Elina yang sedang dalam genggaman sang ayah terasa gugup saat menuju altar pernikahan. Tapi, ia menutupi kegugupan itu dengan berjalan anggun sambil menggenggam sebucket bunga Rothcitd's Slipper Orchid. Saat ini, ia tampil cantik dengan balutan gaun pengantin berwarna putih menjuntai sampai ke lantai dengan tambahan aksesoris veil berbahan tulle sepinggang. Tidak lupa kalung berlian yang menempel pada leher mulusnya untuk mempercantik dirinya.

"Tenanglah." kata Leonardo berusaha menenangkan.

Satu kata yang diucapkan sang ayah tidak membuat dirinya tenang. Elina semakin panik ketika ia tidak sengaja menatap mata coklat calon suaminya.

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang