Chapter 17 : Penelpon misterius

1.1K 31 0
                                    

"Kenapa tidak bilang jika kau berada di Brooklyn." kata Elina mengawali obrolan setelah lima menit tidak ada pembicaraan diantara keduanya.

Saat Elina keluar dari toilet dan ingin kembali ke ballroom ruang tengah pesta diadakan, wanita itu tidak sengaja berpapasan dengan salah satu rekan sejawatnya saat bekerja di Quironsalud Hospital Barcelona.

Seharusnya dia pergi saja namun itu tidak sopan. Orang itu pernah menolongnya disaat dia bahkan sudah menolak cintanya. Saat ini mereka tengah mengobrol jauh dari kerumunan orang, tapi masih bisa melihat aktivitas pesta di dalam, walau pencahayaan minim di sayap kanan mansion.

"Aku sudah mencoba menghubungimu dan terus mengirim pesan kepadamu, Elina."

"Masa iya," sahut Elina bingung mau jawab apa sembari menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. "Akhir-akhir ini aku sering lupa meletakkan ponsel." Elina memilih berbohong.

"Kau tidak sedang menghindar dariku, bukan?"

Elina dengan cepat menyergah. "Tentu saja tidak, Máx."

Máximo sedikit mengulas senyum. Mengingat jelas sebelumnya Elina meminta bantuan ditengah malam, secercah ada harapan namun wanita itu hanya memanfaatkan kebaikannya dan berupaya menjaga jarak lagi.

"Kau datang kesini bersama suamimu?"

Elina menggangukkan kepala. Sedangkan Máximo merutuki kebodohan akan pertanyaannya sendiri.

"Oh iya, apa kau akan datang ke pesta pernikahan Felicia bulan depan?"

"Tentu saja aku sudah menunggu momen bahagia itu," seru Elina riang gembira. Sebentar lagi sahabatnya itu akan melepas masa lajang dengan menikahi pria yang menerima dia apa adanya. "Ngomong-ngomong, apa kau mengenal pengantinnya? Lalu kau ke pesta sini datang bersama siapa?"

Sebelum menjawab, Máximo memusatkan matanya untuk memandangi penampilan Elina yang tampil cantik dan elegan malam ini. "Aku mengenal Lucky," katanya. "Dia salah satu anak rekan bisnis ayahku dan aku datang bersama Nancy."

"Wanita itu ada di pesta ini?" Terlihat raut wajah terkejut dari Elina. Tidak ada alasan jelas kenapa mereka berduaan bermusuhan. Hanya saja Elina dan Nancy selalu berbeda pendapat.

Lagi-lagi Máximo tersenyum terpesona hanya karena melihat ekspresi lucu dari wajah Elina yang menampakkan ketidaksukaan pada Nancy. Kemudian, dia meletakkan kedua tangan ke bahu Elina. Lalu memutar tubuh wanita itu untuk menghadap meja bundar dekat panggung musik.

Kedua mata abu-abu Elina menatap tidak suka pada wanita berambut pirang dari jauh. Nancy tidak tampil dengan pakaian ciri khas dokternya melainkan saat ini ia tampil cantik dan glamour mengenakan gaun malam dengan potongan leher sangat rendah berwarna biru dongker senada dengan balutan jas yang dikenakan oleh Sean. Nampak seperti pasangan serasi. Alih-alih duduk di kursi kosong Nancy malah duduk di pangkuan paha pria yang tidak Elina kenal.

"Aku baru tau bahwa suamimu merupakan investor utama di rumah sakit Quironsalud," kata Máximo berhenti sejenak untuk menunggu Elina merespon. Namun Elina hanya diam dan Máximo melanjutkan kembali. "Pantas saja yang aku tahu, fasilitas rumah sakit baru-baru ini semakin lengkap. Kurasa Nancy sangat dekat dengan Sean sampai suamimu sendiri turun langsung berani menginvestasikan uangnya dalam jumlah besar di bidang yang bukan ia tekuni."

Elina masih mendengarkan semua perkataan Máximo. Entah mengapa dadanya terasa nyeri melihat kedekatan Nancy dan Sean.

"Aku izin sebentar mengangkat panggilan dari ibuku dulu, Elina." kata Máximo setelah melihat layar panggilan yang terus berbunyi ketika sedang mengobrol.

Kemudian Máximo pergi meninggalkan Elina sendiri yang terpengaruh akan kata-katanya.

Bola mata Elina masih memandang Nancy yang tertawa bersama sembari berbincang-bincang dengan keempat sahabat Sean. Sedangkan Sean bangkit dari kursi meninggalkan mereka semua setelah Benny menghampiri dirinya. Bahkan Elina tidak tahu jika Benny menghadiri pesta Lucky Alice.

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang