Chapter 9 : Lawan yang seimbang

1.5K 38 0
                                    

Sean dan Elina kini sudah duduk manis di seat belakang mobil mewah range rover evoque. Mereka dijemput oleh sopir kepercayaan daddy Albert yang akan membawa mereka ke mansion Sean.

Pada siang hari ini suhu kota Brooklyn mencapai 5 derajat celcius. Sudah dipastikan rasanya pasti dingin sekali. Menurut prakiraan cuaca untuk daerah Brooklyn akan terpantau sejuk hingga malam hari.

Tapi tidak dengan diri Elina. Dia merasa sangat panas.

Wanita itu sedari tadi mengumpat kasar dalam hati kepada Sean. Bayangkan, dirinya harus mengenakan halter dress selutut tanpa lengan. Oke, untuk dress ini sangatlah cantik dan pas di ukuran tubuh Elina. Hanya saja kondisi saat ini masih musim dingin. Pakaian ini tidaklah pantas digunakan. Disaat yang lain menggunakan pakaian berlapis lapis untuk menghangatkan tubuh mereka.

Hei, dia bukan orang gila yang sedang mengikuti challenge memakai pakaian kurang bahan di musim dingin— kurang kerjaan. Siapa yang tidak dongkol jika diperlakukan seperti itu?

Pada saat musim panas, it's okay no problem. Wanita itu tidak akan mempermasalahkan. Dengan senang hati ia menerima dress mahal tersebut.

Tidak tahu ingin meluapkan amarah kepada siapa. Elina justru mengomeli Ben sebagai sasaran emosinya yang sedang duduk tenang di kursi penumpang sebelah sopir. Toh, dia yang disuruh Sean untuk membawakan paper bag itu.

"Ben, apa kau tidak mengecek dulu pakaian seperti apa yang akan kau bawa?"

Ben menoleh ke seat belakang. "Saya hanya membawa paper bag tersebut dari tokonya langsung, Nyonya."

"Tapi seharusnya kau bisa mengeceknya, Ben."

"Maafkan saya, Nyonya."

"Kenapa kau minta maaf?"

"Itu kesalahan saya, Nyonya. Sekali lagi saya minta maaf."

"Sudahlah, bukan kau yang seharusnya meminta maaf."

"Tapi tetap saja saya minta maaf, Nyonya."

"Cukup, Ben. Sudah tiga kali kau meminta maaf padaku. Padahal sudah jelas bukan kesalahan dirimu." Elina berhenti sejenak untuk mengatur nafas, lalu melanjutkan. "Untungnya, tadi aku bertemu dengan karyawan wanita hotel. Dia begitu baiknya memberikan aku syal, legging, dan jaket tebal untuk aku kenakan."

Saat di lorong hotel, Elina berpapasan dengan staff hotel yang bertugas untuk merapikan kamar mereka. Dengan kemurahan hatinya wanita itu memberikan syal, legging dan jaket tebal untuk Elina kenakan. Tanpa meminta imbalan sama sekali kepada Elina.

"Apa maksud—"

Sean tiba-tiba menyela.

"Shut up both of you!" kesal Sean yang merasa terganggu.

"Kau lanjutkan saja pekerjaanmu." ucap Elina sambil mengedepankan telapak tangan kirinya tanda mempersilahkan.

"Tidak bisa. Kalian sangat menganggu konsentrasiku."

"Aku tidak menganggu dirimu. Aku sedang berbincang dengan Ben," kata Elina menatap Ben kembali. "Tadi kau ingin berkata apa?"

Sepertinya Sean harus berpura-pura tuli untuk tidak mendengarkan apapun jenis suara di mobil ini. Ia harus cepat menyelesaikan masalah perusahaan secepatnya. Agar beberapa pihak tidak mengambil keuntungan dari masalah perusahaan miliknya.

"Tidak jadi, Nyonya." jawab Ben tersenyum ramah pada Elina. Ia kembali menghadap ke posisi semula dan memilih bungkam agar tidak melanjutkan lagi pembicaraan.

Ben mengerti bahwa Sean— sang boss, saat ini sedang pusing mengurus pekerjaan. Sean harus mengurus masalah yang terjadi di salah satu cabang departement di Perancis. Beberapa pihak menyudutkan perusahaan Sean melakukan kecurangan saat pengajuan tender pembangunan mall terbesar di Paris. Diduga Williams Corporation menang karena menyuap pejabat penting disana.

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang