Chapter 5 : Salah minum

2K 43 1
                                    

Setelah mengadakan pesta pernikahan mewah yang baru saja usai, Sean dan Elina tidak mungkin langsung pulang ke mansion Sean. Mereka berdua cukup kelelahan menerima tamu undangan yang tidak berhenti datang.

Bisa dibilang tamu undangan yang menghadiri pesta adalah para rekan kerja orang tua mereka, rekan bisnis Sean, para kerabat jauh Sean yang menyempatkan untuk datang, teman-teman Sean serta keluarga dekat Sean dan Elina.

Daddy Albert berkerja sama dengan Leonardo mengadakan pernikahan yang sangat mewah untuk anak tercinta mereka. Anak semata wayang Williams dan putri bungsu dari pihak keluarga De Rojas. Wajar jika mereka menerima banyak tamu undangan. Karena orang tua mereka memiliki peran penting di negara Amerika dan Spanyol.

Kini hanya Elina sendiri yang sudah berada di dalam kamar hotel VVIP tempat berlangsungnya pernikahan. Wanita itu tau harga untuk biaya menginap per malam saja bisa menjamin satu keluarga hidup selama satu tahun.

Sean sendiri belum ada di kamar. Ia lebih memilih mengobrol santai dan bersendau gurau bersama para sahabatnya di mini bar hotel.

Elina pun tidak peduli apa yang dilakukan Sean di luar sana. Bahkan jika pria itu harus melakukan having sex dengan pelacur di malam pertama mereka.

Sungguh ia tidak peduli akan itu.

Ralat, bukan malam pertama. Lagipula, keduanya pun sudah dewasa dan pernah melakukan having sex dengan orang lain.

Elina sudah lama tidak datang berkunjung ke Amerika. Ia menyukai pemandangan malam kota Brooklyn melalui jendela kamar hotel pada lantai 95 yang sedang ia tempati.

Wanita itu terus memandangi langit yang sangat indah berkilauan cahaya bulan dan lampu-lampu yang bersinar terang dari beberapa gedung pencakar langit di sebelah hotel. Elina sesekali melirik ke bawah untuk melihat jalan raya yang masih dipadati mobil di jam yang sudah menunjukkan pukul 01.00 malam.

Hanya melihat pemandangan itu membuat mood Elina senang.

Perubahan mood pada wanita itu langsung berubah ketika mendengar suara akses pintu terbuka. Sudah pasti Sean sudah kembali.

"Kenapa kau cepat sekali datang?" gerutu Elina sambil menoleh begitu hentakan sepatu pantofel Sean mulai mendekat ke arahnya.

"Ada apa? Kau sudah tidak sabar melakukannya denganku, hm?"

"Kau kepedean sekali. Bermain dengan jalang pun aku tidak peduli."

"Seperti kau tidak jalang saja." sindir Sean.

"Setidaknya—"

"Sudah ada kau, buat apa aku bermain dengan mereka." Sean menyela.

Ia berjalan dengan membawa wine pemberian Archie— salah satu sahabat Sean yang ditemui di bar tadi saat mereka berkumpul bersama. Meletakkan wine tersebut beserta ponselnya di nakas sebelah tempat tidur.

"Jangan menolak Elina, hukumnya dosa !!" Sean menasehati sedangkan Elina berdecih dalam hati.

Elina mengacuhkan perkataan pria itu. Tepatnya malas menanggapi. Wanita itu lebih memilih berjalan menuju meja rias untuk menghapus riasan make up yang sudah sangat memberatkan wajahnya.

"Kau tidak mandi?" tanya Sean sembari melepaskan tuksedo yang ia kenakan. Membiarkan dada bidang itu masih berbalut kemeja putih yang tiga kancing sudah tidak ia kaitkan.

"Aku tidak terbiasa mandi malam." jawab Elina yang sudah mengusap wajahnya dengan kapas menggunakan remover make up yang tersedia di meja rias.

"Sekarang biasakan."

"Tapi aku tidak mau."

"Jangan membantah, Elina!"

"Kau saja yang mandi duluan."

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang