Sean beringsut dari duduk di belakang langsung beralih mengambil kemudi, kemudian membanting stir ke kiri tanpa mempedulikan mobil belakang yang mengerem akibat ulahnya. Umpatan keluar dari manusia yang kesal. Tak peduli, Sean menekan pedal gas kuat-kuat tak sampai lima menit ia sudah kembali di bandara.
Pandangan matanya yang setajam elang menatap sekitar untuk mencari keberadaan wanita itu. Tak butuh waktu lama, Sean dapat menemukan sosok wanita tersebut sedang duduk di kursi panjang sebrang jalan bersama Blue di atas pangkuannya sambil mengelus rambut anaknya dan tangan yang lain mengecek ponselnya.
"Oh, mon dieu! Jangan lowbat dulu, please."
Kebiasaan Elina yang mencharger ponsel saat baterai benar-benar menunggu habis menjadi bumerang saat ini. Ia berniat memesan layanan mobil 24 jam akan tetapi saat customer service menanyai lokasi keberadaannya, daya ponsel sudah mati total tidak bisa dinyalakan.
Menghela napas berat, Elina mendaratkan dagu di atas kepala anaknya sambil memejamkan mata. Ini sudah malam. Kasihan Blue akan kedinginan. "Sabar ya, Nak. Mami rehat sejenak menjernihkan segala pikiran yang berkecamuk. Jangan khawatir nanti kita akan bertemu dengan Claira. Oke, Sayang."
"Oke... Mam."
"Good girl, Baby Blue."
Samar-samar di tengah percakapan Elina dengan Blue, wanita itu mencium aroma parfum yang familiar, membuka mata penasaran dan tak mempercayai penglihatannya bahwa Sean berdiri menjulang tinggi di depan.
"Kenapa kau bisa disini?"
"Cepatlah masuk ke mobil. Aku yang akan mengantarmu pergi ke tempat tujuanmu."
Tanpa meminta persetujuan, Sean mengambil alih Blue dan menggendongnya menuju mobil yang berada di sebrang jalan.
Elina mengikuti Sean berjalan dari belakang. Langkah pria itu yang cepat dan panjang, membuatnya ia berjalan sesuai dengan kemampuan kakinya. Setelah sampai di mobil, Elina yang akan duduk di kursi belakang mendapatkan penolakan dari pria tersebut. "Aku bukan supirmu, duduk di depan."
Tak mau berdebat lebih lanjut karena melihat Blue memandanginya, mau tak mau ia menuruti perintah Sean. Pria itu mulai menyalakan mesin dan segera memutar kemudi untuk meninggalkan parkiran.
"Katakan di mana lokasi yang ingin kau tuju?"
"Itu... sangat... jauh... kau... " ucap Elina terbata-bata.
"Katakan dengan benar." desak Sean.
"Itu sangat jauh. Kau tidak keberatan menyetir sejauh itu?" Pandangan Elina mengarah pada Sean yang sedang mengambil permen kopi dari dashboard, merobek bungkusan dengan giginya lalu mengulumnya.
"Cepat katakan."
Mulut Elina terbuka mengatakan lokasi tersebut. Wanita itu melihat Sean hanya mengetuk-ngetuk jarinya pada setir kemudi lalu menyuruhnya untuk memakai seatbelt dengan benar.
Selanjutnya, pria itu langsung menancapkan gas membelah jalanan kota Paris. Perjalanan menuju lokasi hanya ada keheningan diantara Sean dan Elina. Seperti sudah mengenal jalanan kota Paris, pria itu dengan kepercayaan yang tinggi tidak menggunakan google maps menuju lokasi yang Elina katakan. Seolah sudah menghafal rute jalan di luar kepala. Elina ingin bertanya, tapi tak ingin menganggu fokus pria itu. Jadi, wanita itu memutuskan untuk diam, mengunci bibirnya dan sesekali bersuara ketika menjawab pertanyaan yang dilontarkan Blue.
Selama perjalanan Elina tidak tidur walau Sean menyuruhnya untuk memejamkan mata. Perasaan tidak enak muncul membuat wanita itu tetap terjaga menemai pria itu menyetir. Memastikan anaknya sudah terlelap dalam pangkuannya, wanita itu kembali bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE DESIRE
RomansaCERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA, KEKERASAAN DAN KATA-KATA KASAR. BIJAKLAH DALAM MEMBACA! DARK ROMANCE 21+ | Sean yang sudah berusia 29 tahun, terpaksa menikah dengan wanita pilihan ayahnya. Pernikahan ini dilaksanakan atas dasar perjodohan...