Chapter 32 : Tidur bersama

1.2K 20 0
                                    

Part ini gemes bgt karena gak ada perdebatan dr mereka berdua yang bikin emosi sebelum nanti akan ada huru-hara lagi dan lagi 🎀💅🏼

***

Sean hendak ingin menanggapi lebih lanjut akan siapa ayah Blue sesungguhnya. Tapi niatnya diurungkan karena melihat bola mata Elina memancarkan kegelisahan hingga Sean tak tega menyudutkan kembali.

Suasana kembali hening setelah itu dalam beberapa menit.

Merasa bosan, Sean bergerak mengambil remote untuk menyalakan televisi.

"Aaahhh."

Elina kaget kala mendengar suara laknat itu kembali terdengar. Oh tuhan, adegan di film tersebut masih saja bergelut di atas ranjang. Jangan-jangan film ini dari awal sampai akhir hanya mempertontonkan adegan senonoh tanpa alur yang bisa diminati oleh penonton.

Entahlah Elina tidak mempedulikan itu saat ini. Erangan dan lenguhan panjang berasal dari balik layar televisi semakin terdengar jelas.

Detik selanjutnya, dalam tatapan yang sama, Elina menengok Sean yang memandangi layar tanpa ekspresi.

Ya tuhan, apa yang akan Sean pikirkan tentangnya?

Walau bukan ketahuan film porno, akan tetapi tetap saja wanita manapun akan malu jika ketangkap basah menonton adegan dewasa.

Astaga!

Apa aku harus mengakuinya dan memutuskan menjadi wanita tak tahu malu seakan urat malu sudah putus setelah ini? Elina bergejolak dalam hati.

Alih-alih mematikan televisi, Sean melirik ke arah Elina yang mukanya merah padam. Kemudian Sean kembali memusatkan matanya pada televisi tak jauh dari tempat ia berada. Adegan hubungan seks telah selesai. Scene selanjutnya, wanita itu melepaskan diri dari penyatuan tubuh mereka dan beranjak turun mengambil kimono dari lemari lalu merapikan pakaian yang berantakan di lantai kemudian menghampiri si pria yang terkulai lemas di ranjang.

"Kurasa lebih baik kau pergi."

"Kita bahkan belum bertukar nomor telepon. Apa kita akan bertemu lagi."

"Kita mengenal hanya untuk hubungan seks dan berakhir pada malam ini juga. Kau pasti sudah ahli dan paham bahwa yang kita lakukan hanya one night stand." kata si wanita itu sambil memberi pakaian si pria.

"Tolong tutup pintunya saat kau keluar." Perintah kecil wanita itu pada pria tersebut.

"Aku tidak tahu selera nontonmu film dewasa seperti itu," Sean berkata sambil menyesap kopi hitam yang berada di meja tanpa izin dari pemiliknya.

"Jika kau sedang ingin melakukan adegan nyata seperti itu, kau bisa memberitahu suamimu langsung. Tak perlu sungkan padaku. Aku jelas mau." Sean terus menggoda Elina.

Perkataan Sean sukses membuat wanita itu mati kutu dan beranjak pergi dari sofa menuju dapur untuk mengambil air dingin di dalam kulkas.

"Memang kenapa jika aku suka menonton film begitu. Terserah diriku, aku sudah dewasa dan sudah berumur pula untuk melihat adegan itu." cicit Elina tak tahu malu.

Biarkan mengakui sebab nasi sudah jadi bubur.

Sean menghampiri Elina yang sedang meneguk air mineral dingin. Tubuh Elina tersentak begitu saja. Ia kaget kala hembusan nafas seseorang menerpa lehernya. Sontak bulu kuduknya langsung berdiri secara alamiah. Elina tahu sosok yang berdiri di belakangnya. Deru napas Sean menghangat, kembali berhembus dan kali ini menusuk hingga ke lapisan kulit terdalam.

Tubuh Elina seperti tersengat aliran listrik kala tangan Sean terulur untuk merengkuh perutnya. Mengusapnya lembut dan memutar badannya. Elina menahan nafas akibat posisi intim yang sangat dekat. Jarak lima senti membuat jantung Elina semakin berdegup kencang.

Saking gugupnya Elina yang hendak menelan sisa air yang di tenggorokan, tiba-tiba tersedak saking gugupnya dan membasahi tank topnya serta kemeja Sean yang ikut juga kecipratan.

"Aku merasa heran kenapa kau selalu tersiram oleh air jika berdekatan denganku, hm?"

Sean menatap wajah Elina lalu menjalar turun ke bawah, melirik nakal akan payudara yang tercetak sangat jelas. Ah sialan pemandangan itu lagi! Sean pun menggeram halus tak tahan akan pemandangan yang siap untuk diterkam.

"Aku kaget, Sean. Kau selalu muncul tiba-tiba bagaikan hantu bergentayangan." sahut Elina sambil mencoba bergeser ke samping. Namun saat ia melangkah ke kanan, Sean pun ikut mengikutinya.

Elina bergeser lagi dan Sean melakukan hal sama. "Hantu bergentayangan di tempat seram, sedangkan aku hanya bergentanyangan di sebelahmu, Elina. Pahami keberadaan makhluk halus jenis aku, karena kau sendiri menganggapku setan dan aku akan sering selalu ada di sampingmu sekarang. Melindungimu dari segala marabahaya." tekan Sean diakhir. Ada makna yang harus diperjelas.

Elina akhirnya memutuskan untuk diam saja tak bergerak.

"Kenapa kau tidak mengobati lukamu?" tanya Elina mengalihkan topik, setelah memperhatikan luka Sean yang sudah berubah keunguan pada lebamnya dan darah yang mengering di sudut bibirnya.

"Ini bukan apa-apa."

"Tapi tetap saja harus cepat diobati. Kau sendiri yang mengatakan akan terinfeksi jika luka tidak diobati dengan benar."

"Kau mau mengobatinya?"

Untuk pertama kali dalam keadaan sadar Elina pun berani mengulurkan tangan menyentuh rahang Sean yang berbulu. Demi melihat seberapa parah lukanya sambil sedikit berjinjit untuk mendekat.

"Ini akan membaik jika diberi salep," kata Elina kala memandang wajah suaminya. "Kau tunggu sini. Sepertinya aku membawa salep di tas."

Elina hendak bergerak ke lemari namun lagi-lagi pergelangan tangan yang tak sakit ditahan oleh Sean. Pria itu menarik pinggang Elina untuk semakin dekat dengannya.

"Aku tidak butuh obat. Kau adalah obat yang mujarab untuk menyembuhkan lukaku. Ini bukan apa-apa tapi aku senang kau merasa khawatir dan peduli tentang lukaku. Aku sudah punya obatnya. Yang kubutuhkan saat ini adalah kau tetap berada di sampingku. Tidurlah bersama di sebelahku. Benar-benar tidur tidak melakukan hal yang macam-macam." kata Sean penuh dengan kelembutan, sambil kedua tangannya membingkai wajah Elina. Mengelus mata sembab sang istri yang ia tahu banyak menangis hari ini.

Elina gugup bukan kepalang diperlakukan orang yang dikasihi. Ia tak sanggup jika terus berdekatan dengan Sean apalagi sekelebat percintaan panas mereka kembali muncul di pikirannya.

Sial... rasanya ingin merasakan kehangatan itu lagi.

Pikiran yang lain pun ikut menyusup tiba-tiba. Elina mengingat perkataan Julian ketika di gazebo taman. Anehnya Elina malah ketakutan jika perkataan Julian benar terbukti. Akan ada benih cinta jika dirinya selalu bersama dengan Sean, sedangkan ia sendiri tak mau menyakiti perasaan Julian atau siapa pun. Pria itu sudah banyak membantu hidupnya di Italia selama lima tahun ini.

Sean tertawa pelan melihat kegugupan Elina. Seperti sudah membaca pikiran kecil wanita itu, ia pun kembali melanjutkan. "Aku tidak akan melakukan itu malam ini. Aku tidak mau dicap pria brengsek karena menidurimu saat kau sedang berduka."

Setelah mengatakan itu, Sean menuntun Elina berjalan bersama ke kamar, menuju ranjang, bersiap untuk tidur, beristirahat mengisi kembali energi untuk esok hari dan melupakan kejadian buruk yang menimpa hari ini.

Sean mematikan lampu di atas nakas.

"Bonne nuit, Mi Chérie." kata Sean sambil melepas kemeja hitamnya.

"Bonne nuit à vous."

Elina berusaha tidak mau melihat Sean. Pahatan dada bidangnya yang membentuk molekul otot, terbentuk seksi dan indah. Terkadang ia bisa salah fokus jika suaminya itu bertelanjang dada.

Setelah mengucapkan selamat malam, keduanya pun berhadapan tanpa adanya pembatas kali ini. Saling menatap dan menilik satu sama lain dengan sorot mata penuh arti. Beberapa menit kemudian, Sean dan Elina sudah terpejam dan benar-benar tidur bersama. Entah siapa yang mulai tahu-tahu jarak kedua insan semakin menipis dan lama kelamaan tidur mereka saling memeluk satu sama lain.

***

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang