"Kau yakin ingin kembali ke Roma tanpa berpamitan lebih dulu dengan Elina?"
"Elina sudah tahu kita berdua akan balik keesokan harinya."
Jennie yang merupakan adik bungsu dari Julian Rathore, menampilkan raut wajah kesal akan jawaban yang terdengar acuh tak acuh keluar dari mulut sang kakak sambil terus berjalan berdampingan mengikuti langkah cepat dan panjang pria itu.
Bukan itu maksud dari pertanyaan yang Jennie berikan. Sepertinya kepergian dengan membawa anak Elinalah yang akan memperkeruh suasana.
"Tapi Elina tidak tahu kita, terlebih lagi akan membawa Blue ikut bersama ke Roma," tegas Jennie sambil terus melangkah. "Elina akan marah jika kita tidak izin, Julian."
"Kemarin malam sebelum Sean datang ke kamar, Elina sendirilah yang menitipkan Blue pada aku. Remember?" jawab Julian dengan nada santai yang khas.
"Ya. Aku tahu." Pandangan Jennie menatap lurus jalan di depan. Sedikit mengamati beberapa penumpang yang hendak berpergian juga di malam hari di bandar udara Paris, Charles de Gaulle.
"Elina dengan kesadaran penuh menulis surat wasiat berjaga-jaga jika Elina mati akan menyerahkan hak asuh Blue jatuh di tanganmu? Jika Sean tahu yang sebenarnya akan menyerahkannya begitu saja? Yang kupahami dalam dunia hukum, Sean orang yang berhak untuk mengurus Blue jikalau apa yang diucapkan Elina terjadi." ujar Jennie lagi hati-hati dalam berkata namun lontarannya tepat sasaran menyinggung Julian.
"Jaga ucapanmu dan berhenti berpikir yang tidak-tidak." Nada suara Julian terdengar begitu berat dan ketus. "Elina tidak akan mati di tangan siapapun selama ada kita yang menjaganya."
"Apa kita perlu berterima kasih pada Sean karena berhasil menyelamatkan Blue dan Elina dari penyerangan katedral?"
"Tidak perlu. Anak buahku hanya selangkah lebih cepat darinya. Berhenti mengoceh hal yang tidak perlu, Nini. Yang terpenting Elina selamat dari penyerangan yang hampir mencelakai nyawanya."
Tanda peringatan mulai terdengar. Jika Julian sudah memanggil dengan sebutan 'Nini', maka wanita itu harus berhenti mengoceh, membungkam seribu bahasa tak perlu membahas hal yang tak ingin di dengar Julian.
Jennie langsung terdiam tapi pikirannya melalang buana memikirkan kejadian beberapa jam lalu yang membuat pikirannya terkontaminasi.
Jennie yang tidak sabaran pintu yang tak kunjung terbuka, bel pintu pun sudah beberapa kali ia tekan namun tidak ada sambutan dari dalam. Tanpa pikir panjang ia langsung kembali masuk ke kamar hotel yang ia tempati, balik lagi ke kamar Elina untuk membawa ponsel untuk meretas kode pintu hotel tersebut. Dalam beberapa detik pun pintu berhasil terbuka.
Masuk tanpa permisi, alhasil perempuan tak sabaran itu, dikejutkan dengan suara desahan yang mendayu dan seketika ia kehilangan suara untuk berteriak ketika melihat adegan erotis yang terpampang nyata.
Ewh sangat menjijikkan!
Kemudian Jennie pun pergi meninggalkan kedua insan yang sedang asyik bercinta di meja makan. Sialan matanya tercemar akan pemandangan... ah sudahlah Jennie harus melupakan kejadian senonoh itu.
Berusaha melupakan kejadian siang tadi, Jennie menoleh sebentar ke arah sang kakak lalu memusatkan kembali ke depan, menatap asisten Julian yang berjalan di depan sambil mendorong stroller yang di dalamnya sudah terdapat Blue tertidur nyenyak.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam wajar jika anak kecil itu sudah berada di alam mimpi karena kelelahan akan jalan-jalannya. Hari ini Julian dan Jennie tanpa ditemani oleh Elina, mereka mengajak Blue pergi ke disneyland dan ketika menjelang sore mereka mampir sebentar ke kebun binatang yang sudah di booking full agar tetap buka sampai malam sesuai keinginan Blue yang menginginkan pergu ke kebun binatang secara mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE DESIRE
RomanceCERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA, KEKERASAAN DAN KATA-KATA KASAR. BIJAKLAH DALAM MEMBACA! DARK ROMANCE 21+ | Sean yang sudah berusia 29 tahun, terpaksa menikah dengan wanita pilihan ayahnya. Pernikahan ini dilaksanakan atas dasar perjodohan...