Chapter 58 : Fakta mengejutkan

747 24 1
                                    

Mengusut kembali kasus yang ditutup paksa oleh pihak berwenang seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Banyak bukti sulit dicari, banyak bukti sudah dimusnahkan. Atau bisa jadi, banyak bukti disimpan malah dijadikan ancaman di masa yang akan datang. Sean mempercayai salah satu aparat kejaksaan pasti tidak akan langsung melenyapkan bukti tersebut.

Benar saja, Héctor Gullaimón merupakan mantan jaksa penanggung jawab atas kasus kematian Mónica tidak mungkin membiarkan bukti-bukti pada masa jabatannya sia-sia. Pria baruh baya, berusia setara dengan Leonardo itu akan menyimpan dan menggunakan di waktu tepat untuk mengincar posisi yang cepat.

Manusia selalu menyimpan cadangan rahasia demi mendapatkan kekuasaan yang didamba. Selang beberapa hari pengunduran diri dari Leonardo de Rojas sebagai calon kabinet Menteri Pertahanan, Perdana Menteri Joséph Sánchez memasukkan Héctor dalam kabinet pemerintahan periode saat ini.

"Terima kasih untuk Perdana Menteri Joséph Sánchez telah menunjuk saya, memberi kesempatan bagi saya untuk unjuk diri, bahwa kemampuan saya tidak kalah hebat dengan calon sebelumnya. Dengan hormat saya terima jabatan tersebut dan berusaha mengemban tugas yang diberikan sebaik-baiknya." Héctor tersenyum pura-pura berwibawa pada kamera yang sedang menyorot. Kemudian berjabat ria dengan jajaran Menteri lainnya.

Jengah, Penélope pun mengambil remote dan langsung mematikan televisi. Jaksa itu sendiri tidak menyangka atasannya akan melakukan cara licik agar bisa menerobos meraih jabatan hormat dan disegani.

Selain itu, wanita itu nampak muram tidak bisa memikirkan Spanyol akan jadi apa jika dipimpin oleh pejabat korup dan berakal picik.

"Demi Dewa! Bencana besar akan datang jika Spanyol dipimpin oleh penguasa tamak." katanya tak terima sebab selama ini telah merasa dipimpin oleh pria culas. Selama jadi jaksa urusan kasus pun ada yang terbengkalai hingga berakhir tertutup dengan sendirinya.

"Bagaimana Sean?" tanya balik wanita cantik itu menatap Sean yang duduk membaca seksama dokumen bukti lama yang berhasil dikumpulkan.

Terlalu fokus, Sean tidak mendengar ada suara bertanya. Sepertinya ia juga tak mendengarkan berita politik yang baru disiarkan.

Penélope masa bodoh dan kembali berkata, "Kasus kematian Mónica kau masih ingin melanjutkan? Kita hentikan saja dan kau harus lapang dada menerima jika Elina, istrimu, memang pelaku dari kasus ini. Berhenti membuatku pusing."

Merasa seperti berbicara pada patung bisu, Penélope memilih untuk menjernihkan pikiran sendiri. Dia harus waras. Ia memilih duduk di salah satu kursi berukiran kayu tinggi pada bar kecil dalam mansion Sean di Barcelona, sambil mengambil wine berusia puluhan tahun kemudian dituang ke dalam gelas kaca sampai penuh.

"Kau dengar aku tidak, Sean Williams?"

Lagi, Sean tidak menjawab asik bergelut dengan dunianya.

"Bagaimana pendapatmu?" tanya Penélope pada seseorang yang diperbolehkan mengikuti diskusi dengan Sean, tapi ternyata pria itu tidak ada gunanya.

Pandangan Penélope beralih memandang Steve Robinson yang kini tengah duduk dengan menyilangkan kaki bak seorang pangeran sembari merokok santai dan memainkan ponsel, menunggu pesan dari seseorang yang diajaknya makan malam.

"Akan ada celah dalam setiap masalah." tutur Steve bijak setelah menekan putung rokok dalam asbak.

"Apa maksudmu?" tanya Penélope kesal. Tidak suka pertanyaannya dijawab tidak secara gamblang.

Setelah itu diminumnya cairan kuning sampai kandas mengalir sejuk di tenggorokan. "Bicara yang jelas dan jika tidak berguna pergilah. Kau membuang waktuku dengan mengobrol tidak ada manfaat. Kami tidak membutuhkan orang pecundang sepertimu. Sial!"

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang