Elina terbangun keesokan paginya dengan perasaan campur aduk. Semalam hanya bermimpi bukan?
Nyawanya masih belum terkumpul, semoga kejadian malam kemarin adalah mimpi semata. Matanya masih belum terbuka tapi pikirannya melanglang buana mengingat sesuatu hal intim. Ia terbangun karena mimpi buruk Mónica datang lagi, lalu turun ke dapur dengan tujuan menyumpal perut.
Setelah itu bayang-bayang Sean datang menghampiri ke dapur dengan bertelanjang dada. Sepertinya ada Penélope juga datang dalam keadaan mabuk dan dimasukkan ke dalam kamar tamu.
Rentetan semalam begitu nyata dalam ingatannya. Ketika Elina meregangkan badan dan menyadari kewanitannya nyeri, malam liar yang terjadi mendadak kembali pada ingatan. Otaknya langsung memutar bayangan rekaman saat Sean menindihnya dan kejantanan pria itu bergerak menyatu dalam sana.
"Kau sudah bangun, sayangku, Mi Cherie?" tanya Sean begitu menyadari ada pergerakan dari Elina. Suara halus itu malah mengejutkan Elina.
Seperti biasa Sean yang selalu terbangun lebih awal. Ia selalu senang memandangi istrinya terlelap.
Dalam posisi masih telungkup, kepala Elina terangkat memutar pada sumber suara. Elina menelan ludah, ini kali kedua setelah melakukan hubungan seks dengan Sean, pria itu masih berada dalam ranjang yang sama.
"Sean." panggil Elina, suaranya serak khas orang bangun tidur.
Sean mendengar tapi fokusnya memandang Elina penuh cinta. Tidak pernah ada bosan.
"Apa semua ini nyata?" tanya Elina setelah mengedarkan arah pandangnya pada kolase-kolase foto dirinya. Masih belum mempercayai penglihatannya atas ribuan foto-foto di dinding adalah potret dirinya.
Tidak peduli pada mata jelalatan Elina, arah mata Sean tetap memandang Elina lekat-lekat sambil mengagumi kecantikan dan kemurnian wajah istrinya. Cahaya matahari di pagi hari yang menembus jendela membuat kulit Elina bersinar cerah.
Elina harus menahan napas saat mendapati Sean sedang menatapnya intens dengan tatapan terpana.
"Semua ini nyata dan benar adanya. Kau satu-satunya wanita, merupakan masa laluku dan juga masa depanku." Akhirnya Sean berkata. "Termasuk malam liar kemarin. Akan kubuat kau terus mendesahkan namaku sepanjang waktu." lanjutnya kemudian menyunggingkan senyum menawan.
Elina tidak menyukai topik tersebut, jadi telinganya berpura-pura untuk tidak mendengar apa-apa. Berusaha acuh tak acuh akan ucapan cabul pria itu.
"Kenapa kau bisa mencintaiku?" tanya Elina berusaha tenang. Nada suaranya terdengar datar agar tidak terkesan penasaran.
Sean diam memikirkan jawaban yang tepat. Sedangkan Elina, terlempar jauh pada ingatan cerita Claira yang sempat memberitahunya akan masa lalu dua generasi sebelum dia terlahir di dunia rumit ini.
Setelah mendengar ungkapan cinta yang membosankan dan melihat langsung betapa gilanya Sean memotret dirinya diam-diam serta dipajang di satu kamar khusus, setidaknya ia harus mendengar alasan masuk akal selain kalimat 'aku mencintaimu sejak usia 19 tahun'.
Jika mendengar kalimat itu lagi, rasa mual yang melilit perutnya mungkin akan keluar sebentar lagi.
Ungkapan rasa cinta seorang pria kepada wanita atau sebaliknya mengatakan aku mencintaimu benar-benar hanya bualan semata bagi Elina. Jika ada yang menyatakan cinta padanya, ia selalu menolak halus.
Sungguh Elina tidak mempercayai adanya cinta tulus dalam suatu hubungan.
Aku bukan wanita yang baik untukmu, itu adalah kalimat yang selalu ia ucapkan pada pria yang mengatakan cinta padanya selama ini. Julian dan Máximo, kedua pria tampan tersebut sudah merasakan penolakan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE DESIRE
RomanceCERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA, KEKERASAAN DAN KATA-KATA KASAR. BIJAKLAH DALAM MEMBACA! DARK ROMANCE 21+ | Sean yang sudah berusia 29 tahun, terpaksa menikah dengan wanita pilihan ayahnya. Pernikahan ini dilaksanakan atas dasar perjodohan...