Chapter 31 : Siapa ayah Blue?

1.1K 33 0
                                    

Me time salah satu cara terbaik untuk menghargai diri sendiri kala terdapat masalah. Gundah gulana yang melanda hati mungkin bisa terobati dan lekas membaik begitu healing berjalan baik.

Kematian Claira masih membekas. Elina mengunci diri sejak selesai dari pemakaman, merenung dalam kamar Claira. Namun tak lama, bala bantuan datang. Ia bersyukur bisa pergi meninggalkan panti berkat bantuan Jennie yang tiba-tiba datang ke kediaman Claira lalu mengajaknya pergi bersama.

Ia cukup berterimakasih karena sejenak bisa menghilangkan bayang-bayang kenangan Claira yang masih berputar terus dalam kepalanya. Terlalu indah untuk dibuang. Kenangan manis itu masih terpatri jelas dalam hati dan pikirannya dan akan menjadi kenangan terindah yang tak lekang oleh waktu.

Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari ketika Elina masih saja menonton serial netflix sambil duduk di sofa ditemani kopi hitam. Diteguknya kembali minuman tersebut sambil menatap jauh ke balik layar yang tengah menyiarkan adegan pria dan wanita sedang berciuman penuh hasrat saat turun dari mobil. Saling berpagutan mesra masuk ke dalam rumah. Elina tidak tahu jika tontonan selanjutnya adalah film bergenre seperti itu.

Sekilas Elina melihat judul yang tertera yaitu dark desire, serial yang berasal dari negara Meksiko.

Dari judulnya saja wanita itu sudah menebak, pasti akan banyak mengandung adegan seks. Dalam benaknya pun Elina memikirkan sesuatu.

Desire memiliki banyak arti seperti; keinginan, hasrat, syahwat, gairah dan nafsu. Mungkin film itu menceritakan keinginan gelap seseorang yang selalu tidak ada habisnya.

Oh bukannya manusia selalu punya keinginan lebih?

Entah urusan yang berkaitan dengan hubungan seks, pekerjaan, pertemanan, suami-istri, kakak-beradik, rekan kerja, tetangga, orang tidak dikenal, orangtua, semua hal tersebut tercampur menjadi satu kesatuan dalam ikatan yang sama.

Tanpa sadar Elina mengusap lehernya gusar ketika matanya terpaku akan adegan si wanita mendesah nikmat kala ia memperlihatkan ekspresi wajah nakalnya ketika si pria bergerak liar menghujamnya di sofa.

Oh my God!

Itu rasanya pasti ...

Seketika tubuh Elina berdesir hebat. Tiba-tiba terlintas satu orang muncul dalam benaknya. Bodohnya ia malah menerawang jauh akan sensasi-sensasi hebat atas sentuhannya, lidahnya, jemarinya, bibirnya, perut sixpacknya, dada bidangnya dan benda berurat nan kokoh itu juga. Semua yang berkaitan dengan orang itu terekam jelas dalam sanubarinya. Seolah pusat otaknya memiliki ruang kendali khusus di dalam sana.

Ruang khusus untuk menyimpan momen percintaan panas dengan pria yang bernama Elvander Sean Williams.

Oh Tuhan! Semua ini salah, tapi Elina harus mengakui pesona Sean memang tidak ada tandingannya. Paras rupawan pria panas itu pasti melelehkan setiap wanita.

Bulu kuduk Elina semakin meremang kala adegan tersebut berpindah tempat namun tetap melanjutkan percintaan panas mereka di kasur kecil. Untungnya tempat itu masih mampu menampung tubuh keduanya.

Gelenyar aneh pun mulai melanda pada titik sensitifnya. Dengan segera Elina mematikan layar televisi. Berusaha menghentikan segala aktifitas kotor yang mulai menghiasi isi pikiran dan otaknya.

Ya Tuhan. Ada apa dengan dirinya?

Lamunan Elina tersentak buyar ketika bel pintu terus berbunyi sampai memekakkan telinga. Enggan beranjak, Elina memikirkan siapa yang dini hari datang berkunjung? Layanan malam pun tidak mungkin sebab tak memesan makan atau minuman. Apakah ada orang iseng? Pelayanan macam apa ini? Bukankah tidak boleh memberi nomor kamar pada orang asing?

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang