Chapter 65 : Sebuah kebenaran Part 1

752 24 0
                                    

Peristiwa itu terjadi pada akhir bulan Mei, lima tahun lalu bertepatan dengan musim semi di Las Vegas, Nevada. Salah satu kota menarik untuk tempat mencari kesenangan dan dosa.

Keberadaan banyak kasino di Las Vegas menjadikan kota tersebut terkenal maksiat dan terkutuk. Wajar saja karena kota tersebut disebut kota judi. Tidak heran jika Jennifer Rathore mengajak teman sekaligus calon yang ia harapkan menjadi kakak ipar menemaninya bersenang-senang.

Tanggal 28 Mei adalah ulang tahun sesama modelnya bernama Lisa Barker dan merayakan di Vegas Paradise Casino Nightbar. Sorotan lampu kelap-kelip menghujani orang-orang sedang berjoget ria di atas lantai disco sambil bergoyang. Mengangkat tangan di udara, menggerakan kepala, bahu dan pinggul seirama musik dj yang sedang disetel. Masalah hidup langsung terlupakan berganti menjadi euphoria kebahagiaan. Di bagian lain, ada beberapa wanita seksi semacam penari bar tanpa malu-malu melakukan pole dance di tengah-tengah tiang yang sudah disediakan. Melakukan gerakan sensual dan erotis, mereka hanya memakai bra tipis hingga putingnya terlihat dan celana dalam segitiga tidak mampu lagi menutupi area kewanitaanya.

Ugh... jelas adegan itu mengundang banyak tangan pria berebut menyentuh kemolekan tubuh mereka dan wanita itu semakin gencar mempertontonkan keseksian tubuh mereka.

Namun tidak bagi seorang gadis bernama Elina. Ia merasa sial telah terjebak di dunia malam yang tidak pernah sepanjang hidup ia datangi.

"Aku mau pulang." seru Elina pada Jennie yang kini masih bergoyang mengikuti irama musik yang telah berganti lagu Anaconda dari Nicki Minaj.

"Aku mau pulang!" ulang Elina kali ini lebih berteriak.

Suara musik menggelegar membuat teriakan Elina sia-sia, tidak akan terdengar.

"What?" Jennie semakin asik bergoyang.

Ditambah suara pekikan bahagia dari orang-orang yang menggoyangkan bokongnya saling bergesekan dengan yang lain tidak peduli laki atau perempuan.

"Mau bersenang-senang, baby girl?"

"Jangan pegang-pegang, bajingan!"

Elina merutuk ketika ada pria yang tiba-tiba menggerayangi pinggangnya. Tidak suka disentuh oleh pria sembarangan, Elina tanpa pikir panjang menginjak ujung kaki pria itu sangat kencang.

"Fuck you, bitch!" pria itu memaki sambil meringis kesakitan. Walau memakai sepatu tetap saja itu sakit, karena Elina menggunakan heels sangat lancip setinggi sepuluh sentimeter.

Mengabaikan pelototan tajam dari pria mesum tadi, Elina turun dari lantai maksiat dan melangkahkan kaki menuju mini bar, meninggalkan Jennie yang asik berjoget dengan pria lain.

Banyak pasang bola mata pria kardus menatap Elina liar, seolah dia mangsa bagus untuk menghabiskan malam panas bersama di ranjang. Padahal dari sekian wanita seksi yang berada di klub, pakaian Elinalah terbilang paling sopan. Dress off shoulder selutut, balutan itu lebih pantas menghadiri pesta remaja ulang tahun 17 tahun di rumah ataupun cafe dibandingkan klub penuh wanita hampir memperlihatkan payudara dan paha. Bahkan ada juga wanita gila yang memakai bikini. Memakai warna merah teranglah yang membangkitkan mata pria jelatatan, bergairah ingin menelanjangi Elina.

"Aku pesan orange juice."

"Minum orange juice di klub?" tanya bartender pria berkulit sawo matang bersikekeh pelan. Kemudian senyum penuh arti sambil memandang penampilan Elina.

"Kalau ada air putih lebih baik itu."

"Sayang sekali. Kami tidak ada." kata bartender.

Elina tidak menyahut lagi jadi sang bartender pun menyiapkan minuman pesanan Elina.

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang