Elina tidak pernah datang ke pesta bisnis manapun. Pesta yang dia datangi hanyalah pesta perpisahan saat diadakan Harvard University. Itu pun diajak paksa oleh teman asramanya dan sekaligus sahabat dekatnya, Felicia.
Jadi Elina hanya memakai gaun malam berwarna hitam pekat dengan model silk cowl neck and backless dress dengan potongan leher yang memperlihatkan tulang selangka Elina yang indah dan sedikit bagian punggung mulus yang terbuka. Gaun ini terlihat sederhana namun cukup elegan dan akan pantas dikenakan di pesta itu.
Elina memakai riasan tipis untuk malam ini, rambut lurusnya yang berwarna hitam diikat setengah dihiasi dengan pita berwarna hitam serta untuk aksesoris telinga ia memilih memakai anting mutiara.
"Astaga, menantu mommy Grace memang cantik."
Elina tidak tahu jika Grace sudah di depan pintu dan sekarang berjalan menghampiri dirinya di meja rias.
"Apa gaun ini cocok untukku, mom?"
"Shelina sayang... kau harus percaya diri," kata Grace sambil memandangi Elina dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Penampilanmu sungguh luar biasa. Gaun itu sempurna melekat di tubuhmu dan kau sangat cantik malam ini."
"Terima kasih, mom."
Grace memegang lengan Elina. "Ayo turun. Elvander sudah menunggu di mobil."
Elina mengambil clutch berwarna hitam lalu berjalan keluar dari kamar untuk mengikuti langkah Grace. Tak lama kemudian, Grace sudah mendorong masuk Elina ke dalam limusin yang di dalam sudah ada Sean di jok belakang.
"Blue sedang bermain di kamar bersama Albert." kata Grace memberitahu Elina agar tidak khawatir. "Bersenang-senanglah dan jangan khawatir. Blue sudah tidak rewel dan anteng bersama kami,"
Elina mengucapkan terima kasih ke mertuanya itu karena lagi-lagi mereka berdua senantiasa menemani Blue bermain.
"Kalian... hati-hati di jalan."
Sean tidak perlu menanggapi. Setelah itu, Elina menutup handle pintu limusin. Mobil pun meluncur keluar dari perkarangan luas mansion. Seperti biasa mereka bersama berteman dalam keheningan. Tidak ada yang melakukan pembicaraan di dalam mobil.
Saat lima belas menit berlalu, akhirnya Elina mengatakan sesuatu untuk memecahkan keheningan ini setelah mobil sudah memasuki badan jalan raya Brooklyn yang tampak ramai seperti malam biasanya.
"Mana ponselku?" Elina menagih janjinya kepada Sean.
Setelah Sean mengatakan lapar kemarin, Elina langsung bergegas ke dapur dan membuatkan pria itu makan siang menu prancis juga, beef burguingnon. Hidangan daging sapi yang direbus anggur merah agar bertekstur lembut dengan tambahan bumbu bawang putih, bawang merah, jamur dan aneka rempah segar. Setelah memasak itu, Elina meninggalkan Sean sendiri makan siang di meja makan. Menyusul ke kamar Blue untuk menemani tidur siang.
Dan lagi-lagi Sean tak menanggapi ocehan itu.
"Aku sudah menepati dua syarat darimu, ingat." Elina mengingatkan karena Sean bergeming seperti patung dan terus menatap jalanan Brooklyn yang indah dari jendela limusin.
"Bahkan kita belum sampai pesta." Sean menjawab.
"Hei... aku tidak mungkin kabur, sekarang mana ponselku."
"Ada apa dengan ponselmu?" kata Sean curiga dan arah pandangannya sudah berubah, menatap Elina dengan tatapan tajam.
Sekarang Elina tak mau menanggapi.
"Kau takut jika ketahuan berselingkuh." Sean menuduh tak mendasar. Entah mengapa datang ke pesta ini adalah jalan yang salah. Hatinya terus gelisah.
"Selingkuh atau tidak, itu jelas bukan urusanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE DESIRE
RomanceCERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA, KEKERASAAN DAN KATA-KATA KASAR. BIJAKLAH DALAM MEMBACA! DARK ROMANCE 21+ | Sean yang sudah berusia 29 tahun, terpaksa menikah dengan wanita pilihan ayahnya. Pernikahan ini dilaksanakan atas dasar perjodohan...