"Hai..., apa kabar? Maaf baru sempat mendatangimu lagi."
Pada dasarnya konsep penyesalan memang dirancang diakhir. Elina menatap lama pada batu nisan dengan tatapan bersalah sebelum tangan kirinya bergetar saat meletakkan bunga di makam terawat, berukiran nama Mónica Pineda de Rojas. Lily putih yang dibawa oleh Elina adalah bunga kesukaan wanita itu.
"Aku minta maaf." ucap Elina sunguh-sungguh menyesal kala dia tahu kesalahan cukup besar hampir menewaskan saudaranya.
Elina menghela napas berat sebelum mampu berkata lagi. Berbicara pada makam sudah menjadi kebiasaan. "Nasib kau dan aku terbilang miris, sama-sama tercipta karena dasar kesalahan. Jika aku jadi kau pasti sakit hati juga ditipu habis-habisan oleh mereka. Setelah kematianmu Papa baru menceritakan semua hal mengenai dirimu."
Mereka yang dimaksud tentu Leonardo dan Meggie. Orang tua asli yang menyembunyikan rahasia sehingga sang anak berani melakukan sesuatu hal yang terlarang. Menyeret ke dalam pusaran keputusasaan.
"Terlebih kau dan Fransisco yang terkena dampak utama. Kalian saling mencintai tapi kisah percintaanmu sungguh tragis," Kembali, Elina mengatur napasnya dengan tatapan sendu. "Kau tahu Fransisco sekarang telah memiliki anak. Dia punya dua anak. Yang pertama Florence, anak perempuan cantik dan Brooklyn bayi laki-laki yang tampan seperti papanya."
"Mantan kekasihmu yang itu sudah bahagia berumah tangga bersama istrinya Veronica. Dia seorang psikater yang berhasil menyembuhkan luka masa lalu atas kehilangan dirimu. Tidak mudah tapi dia berhasil. Entah kebetulan atau tidak, wajah kalian terlihat mirip. Tapi aku yakin Fransisco menikahinya bukan karena itu. Dia sangat mencintai Veronica, aku bisa melihat dalam bola matanya. Sedangkan mantanmu yang satu lagi. Dia—"
Perkataan Elina tidak dilanjutkan karena melihat Sean datang sembari memakai kacamata hitam. Dia membawa buket bunga dengan jenis yang sama. Setelah sampai, tidak basa-basi dan ia langsung mengucapkan tanda duka sembari mengulurkan bunga di samping pemberian bunga Elina.
Tadinya mereka akan langsung pergi meninggalkan Barcelona. Namun karena Elina sempat berjanji suatu malam saat mimpi buruk kala itu, jadilah Sean menyetujui mampir sebentar walau suaminya sempat mendengus kesal.
"Semoga kau tenang di alam sana, Món!" Sean menunduk dalam diam sampai pada akhirnya dia mengusap batu nisan Mónica sebelum pergi.
Dalam diam Elina terus mengamati gerak-gerik suaminya. Ia merasa perubahan dalam diri Sean begitu aneh namun sampai ke ulu hati.
Tidak perlu lama-lama bagi Sean mengalihkan tatapan pada istrinya. "Kau masih lama?" tanyanya dengan nada dingin, tidak sehangat biasanya.
"Tunggu sebentar, boleh?"
Tatapan mengerikan kembali menghantam Elina hingga Elina menelan ludah susah payah karena Sean merubah kepribadiannya kembali jauh lebih dingin.
"Lima menit aku ke mobil." Pada akhirny Elina mencoba mengulas senyum namun direspon oleh Sean dengan wajah acuh tak acuhnya.
"Jangan lama-lama. Kita harus ke bandara. Aku ada urusan penting di Brooklyn, Elina." titah Sean penuh penekanan yang tajam.
Sean pergi setelah mengucapkan beberapa patah kata yang membuat kekesalan di dasar hati Elina bergejolak, meringis batinnya kesakitan diperlakukan sinis begitu. Ia merasa perubahan perilaku Sean berubah sejak pagi hari menjadi sangat aneh, tidak seperti biasanya.
Ia merasakan hawa suaminya sekarang lebih dingin. Tidak ada lagi bentuk perhatian kecil, senyum atau sapaan hangat yang kadang dia berikan ketika ia bangun tidur.
Elina mengingat jelas. Yang ada pagi tadi saat dia membuka kelopak mata, hanya disambut omongan yang terdengar ketus di telinga Elina. "Cepatlah mandi. Kita akan pergi ke bandara untuk kembali ke Amerika. Nanti jam 11."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE DESIRE
RomanceCERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA, KEKERASAAN DAN KATA-KATA KASAR. BIJAKLAH DALAM MEMBACA! DARK ROMANCE 21+ | Sean yang sudah berusia 29 tahun, terpaksa menikah dengan wanita pilihan ayahnya. Pernikahan ini dilaksanakan atas dasar perjodohan...