Ketika tersadar, dia sudah berada di situasi yang tidak ia pahami dengan baik. Namun ia berusaha tenang dan tidak panik, mencoba mengingat semua yang sudah terjadi sebelumnya dan menelaah apa yang ada disekelilingnya.
Berdasarkan apa yang ada disekitarnya, dia saat ini berada di sebuah ruangan yang tampak asing. Itu bukan kamarnya. Interiornya sangat jauh berbeda dan tentu sangat tidak familiar dalam pandangannya.
Ia pun beranjak dari tempat tidurnya ke arah sebuah cermin. Apa yang ada dihadapannya saat ini bukanlah pantulan dirinya yang ia tahu melainkan wajah yang tidak ia kenal. Namun karakteristiknya sedikit banyak serupa dengan yang ia ingat.
Ia pun duduk dan berusaha memutar ingatan pada hari sebelumnya dengan ekspresi serius.
Dia adalah seorang pekerja kantoran—singkatnya, budak korporat—pada salah satu dari empat perusahaan terbaik di negara tempatnya tinggal dan bekerja sebagai sekretaris. Pada hari itu, dia mengambil lembur karena atasannya memaksanya untuk menyelesaikan materi presentasi yang akan digunakan pada keesokan harinya.
Di tengah kegiatannya saat ia merasa letih dan ingin meregangkan bahunya sejenak, dia membuka sebuah game pada ponselnya. Ya, itu salah satu hiburan yang bisa ia dapatkan mengingat kesibukannya karena bekerja siang dan malam.
Di antara banyak game yang pernah ia mainkan, dia sangat menyukai Genshin Impact. Sebuah game open-world action RPG yang terkenal dan dapat dimainkan secara gratis.
"Jangan bilang...."
Ia berlari mengelilingi kamarnya, mencari sesuatu yang dapat ia jadikan sebagai sumber informasinya saat ini. Lalu ia mendapati sebuah kertas koran yang terletak di atas nakas dekat pintu kamarnya dan membaca tulisan asing yang ada di sana—yang anehnya dapat ia baca dan pahami dengan baik.
Mengabaikan keanehan itu, ia terus membaca dan membacanya sampai matanya terpaku pada satu kata.
Fontaine.
Mungkin hanya kebetulan, pikirnya saat itu. Ia lanjut membacanya tapi kata-kata berikutnya juga terdengar sangat familiar.
Palais Mermonia, Hakim Agung, pengadilan, Benteng Meropide. Dadanya berdegup kencang membaca rentetan kata-kata di atas kertas itu.
"Jadi maksudnya... apa mungkin... hal itu? Apakah ini reinkarnasi ke Teyvat dan lagi... Fontaine!?"
Tiba-tiba pintu di sampingnya diketuk oleh seseorang. Ia menyapa, "hei, [Name]! [Name] Beauvoir, kalau kau tidak bangun, kita akan terlambat!"
"Begitu... aku mengerti," ia bergumam.
Nama aslinya adalah [Full Name] dan entah bagaimana dia sekarang bereinkarnasi ke Teyvat—atau lebih spesifiknya, Fontaine—sebagai [Name] Beauvoir. Nama yang digunakannya saat ini adalah nama yang ia tulis di profile dalam gamenya. Dia bersyukur karena tidak menulisnya dengan nama yang aneh sehingga namanya yang sekarang terdengar biasa saja.
Transmigrasi ke dunia game... seberapa sering aku memimpikannya?
Dan dari semua itu yang paling membuatnya bahagia—di dunia ini, dia bisa melakukan percakapan nyata dengan karakter kesukaannya di dalam game aslinya dan lagi sebagai karakter NPC. Dia bisa bebas melakukan apa saja tanpa terpaku pada pilihan dan skenario yang dibuat di dalam gamenya.
"Benar, aku bisa melakukan apa saja termasuk hal itu!"
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───
Walaupun [Name] bilang begitu, tapi faktanya tidak semudah yang ia katakan.
Selama beberapa hari ini, setelah ia selesai bekerja—sebagai seorang penulis surat kabar di Steambird—[Name] selalu siaga dengan sekitarnya di Court of Fontaine, berharap ia dapat menemui pria itu. Namun nihil. Semua penantiannya sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
Hayran KurguAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...