Ring Pankration hari ini ramai kembali, akan tetapi suasananya sedikit berbeda. Ketegangan memuncak dimana-mana, bukan hanya datang dari para tahanan melainkan juga para penjaganya.
Termasuk Duke Wriothesley sendiri.
Dia sudah bersiap dengan sarung tinju di tangannya, sementara pihak lawan mulai mengaktifkan ketiga Gardemek-nya. Pertarungan sebentar lagi dimulai.
Begitu sang Duke dari Benteng Meropide menaiki arena Ring Pankration, ia menoleh ke arah samping dimana pintu besar menuju luar arena terbuka lebar, menantikan kehadiran seseorang dari sana.
"Apa kau menunggu Tuan Putrimu, Duke?" sahut Félix padanya yang langsung dibalas dengan lirikan tajam.
"Aku tidak tahu kalau kau orang yang banyak bicara."
Pria dihadapan Duke menggidikan bahunya dan tersenyum miring. "Entahlah. Mungkin ini karena aku sangat percaya diri?"
Sorakan orang-orang terdengar memekakan telinga, sementara Duke sudah mengaktifkan sarung tangan mekanisnya. Kedua petarung itu menunggu sejenak sampai wasit menyatakan dimulainya pertarungan.
"Kupikir kau akan menolaknya," tutur Félix kembali, ekspresinya terlihat tidak senang. "Atau kabur barang kali?"
Duke mendengus dan tersenyum miring. "Seperti Ayahmu? Tentu saja tidak."
"Setidaknya Ayahku tidak meninggalkan keluarganya hanya untuk kekuasaan yang sebentar itu."
Dada Wriothesley berdenyut mendengarnya. Dia rasanya ingin menertawakan kebodohannya—atau, ya, dia memang sudah menganggap kalau dirinya memang sangat bodoh.
Kemudian wasit pun memasuki arena dan meminta kedua petarung untuk bersiap pada posisinya. Tepat pada saat itu, suara di arena Ring Pankration menjadi lebih tenang, tetapi tekanan bertambah diaekelilingnya.
Wriothesley mengerang, "apa kau sudah mempersiapkan dokter pribadimu?"
Pria di depannya tersenyum miring melihat keresahan Duke. "Yang Mulia tenang saja, 'Dokter' yang kukenal adalah orang yang luar biasa."
"Begitukah? Kalau begitu, aku tidak perlu menahan diri."
"Silakan lakukan, Yang Mulia."
"Pemenangnya akan mendapatkan otoritas di Benteng Meropide dan yang kalah... harus keluar dari tempat ini."
Saat wasit berteriak demikian, suara orang-orang tercekat dikerongkongan. Ini adalah hal yang tidak diketahui siapa pun termasuk sedikit dari para penjaganya. Mereka tahu kalau otoritas di Benteng Meropide memang dapat direbut melalui pertarungan, tapi tidak ada yang melakukan itu sejak Wriothesley menjadi pengelolanya. Bagaimana pun tidak ada seorang pun yang meragukan Wriothesley, mereka yakin Duke akan menang seperti biasa. Dia yang pernah membuka jalan sampai babak final seorang diri pada banyak turnamen tidak akan kalah.
"Peraturan untuk babak ini adalah... semuanya valid!" Wasit berteriak menegaskan aturan. "Para petarung, bersiaplah... MULAI!"
Suara dentuman menggelegar di dalam ruangan. Suara besi yang saling beradu pukul terdengar bersahut-sahutan, tidak ada yang mengalah satu sama lain.
"Sudah kuduga...." ucapnya disela pertarungan. Duke menunduk dan memukul dari arah bawah ke atas, tapi Gardemek itu hanya goyah sesaat. Wriothesley pun melompat mundur, membuat jarak.
Félix mematikan pembatasan keamanan pada Gardemek yang ia gunakan. Wriothesley terbiasa membersihkan sampah seperti ini juga di bentengnya, tetapi ia merasakan sesuatu yang aneh.
Seolah ada hal lain pada Gardemek ini.
Detik berikutnya, Gardemek itu mengganti bilah senjata pada kedua lengannya. Kini keduanya mengeluarkan aura elemental yang berbeda dan segera menerjang kearahnya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
FanfictionAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...