Extra Story : Chapter 10

723 81 30
                                    

Halo, apa kabar? Apa begini caranya menulis? Ibuku pernah bilang untuk menyapa lebih dulu sebelum membicarakan apa yang ingin dibicarakan. Ah, benar. Aku belum memperkenalkan diri.

Namaku Alexandre Wriothesley de Meropide. Aku tidak mengerti kenapa Ibu menggunakan nama Ayah pada nama belakangku, tapi dia bilang itu karena Ayah yang payah itu tidak punya nama belakang jadi Ibu menggunakan namanya untuk nama belakangku.

Lalu... Meropide.

Ya, itu seperti yang sudah kalian tahu. Benteng bawah air Fontaine yang merangkap menjadi penjara juga, Benteng Meropide.

Entah kejadian seperti apa yang terjadi pada Ayahku ketika dia masih kecil—yang mungkin berhubungan dengan waktu ketika Ayah menjalani masa hukumannya di benteng—Benteng Meropide sekarang menjadi rumah keduaku di Fontaine.

Tapi aku tidak akan menceritakan lebih lanjut tentang hal ini, karena Ayah pernah bilang agar tidak mudah mempercayai orang-orang disekitarku. Jadi aku hanya percaya kepada Ibuku, bukan Ayah—yang kemudian saat dia mendengar ini, dia selalu bilang, "kau juga harus percaya pada Ayah" atau " tentu saja, kau juga bisa mempercayai Ayah".

Ayah itu... bagaimana harus mengatakannya, ya? Dia... menyebalkan. Ya, sejenis itu.

Dan sekarang, aku berada di Klinik milik Nona Sigewinne di Benteng Meropide. Aku tidak sakit, jadi tenang saja. Lebih tepatnya, bukan aku yang merasa seperti itu. Orang yang terbaring di ranjang Klinik adalah Ibuku yang paling cantik se-Teyvat itu.

Sebelum ini, Ibu memintaku mengantarnya ke Klinik sambil menggenggam tanganku dan menyuruhku menunggu di luar Klinik.

"Alex, tidak perlu mengkhawatirkan Ibu... kau bisa menunggu sebentar 'kan—uh ...!?"

Meskipun Ibu sedang tersenyum cerah padaku sambil berkata seperti itu, tapi kerutan di dahinya dan keringat dingin yang keluar deras dari wajahnya yang pucat tidak mengatakan demikian.

"Duchess, cobalah bernapas perlahan seperti yang kuajarkan."

"Huu... haa... huu... haa... hu... ha... Alex... bagaimana dengan Alex? Astaga, aku tidak kuat lagi... saki sekali... dimana, Yang Mulia ...!? Kenapa dia belum datang juga ke sini ...!?"

"Sebentar lagi Yang Mulia akan kembali dari Palais Mermonia. Duchess, tolong bertahanlah sebentar lagi. Kau mengerti? Sekarang, atur napasmu lagi."

"Ugh... OHHHH—! Uh ...!"

Walaupun Sigewinne terus mencoba meyakinkan dan menenangkan Ibu, tapi semuanya sia-sia karena Ibu terus-menerus berteriak memintanya. Dia bahkan terdengar ingin menangis.

Ketegangan tidak hilang di sana, semua orang menunggu dengan cemas. Bahkan Kak Navia yang datang dan langsung memelukku pun begitu. Aku bisa merasakan tangannya mengerat kuat di bahuku.

Seperti yang sudah semua orang ketahui, hari ini adalah hari kelahiran adikku. Iya, aku akan jadi kakak dan aku berharap itu adalah adik perempuan yang manis seperti Ibu.

Pertama kali aku mendengar kabar ini tepat tidak lama setelah pertandingan pertama resmiku dengan Ayah tahun lalu.

Entah apa yang terjadi, sejak saat itu Ayah selalu datang menemuiku dan mengajakku bermain dengannya, terkadang merakit senjata kami masing-masing sampai uji cobanya, bahkan Ayah pernah membawaku untuk ikut menjemput seorang tahanan baru. Sejujurnya, itu lumayan menyenangkan. Aku mengerti kenapa Ibu pernah bilang kalau Ayah bukan orang yang sejahat itu dan Benteng Meropife bukan tempat yang buruk.

Aku menyukai tempat ini dan orang-orangnya. Seperti Ayahku.

Lalu ketika kami semakin akrab dan waktu afternoon tea datang, Ayah tiba-tiba berkata, "apa Alex ingin punya adik?"

✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang