Kala itu dia berpikir, bagaimana mungkin?
Mulai dari bangun pagi untuk bersiap, lalu sarapan, sampai saat ia hendak pergi ke Benteng Meropide, mata biru kelabu pucatnya tidak teralihkan selain pada satu sosok di depannya, [Name]—Ibunya yang paling cantik se-Teyvat itu.
Orang yang ingin dilindunginya adalah orang yang selama ini dia cari; dan orang yang paling ingin dia kalahkan, dikalahkan oleh orang yang dilindunginya. Entah bagaimana dia harus mengatakannya.
"Ada apa Alex? Apa ada sesuatu di wajah Ibu?" tanya Ibunya sejak ia menyadari tatapan intens yang mengarah padanya.
Tempo hari, saat Alexandre sampai di Benteng Meropide dengan Ayahnya, dia menghadap Ibunya dengan ragu. Dia sudah membayangkan bagaimana wajah Ibunya yang marah padanya tapi saat itu semua terjadi tidak seperti yang ia duga.
Ibunya tiba-tiba memeluknya, lalu bertanya apa dia baik-baik saja dan sebagainya, begitu mencurahkan kekhawatirannya. Jadi anak laki-laki itu pun menangis sambil membalas pelukan Ibunya, lalu meminta maaf berkali-kali dan berkata kalau dia tidak membencinya pun sangat mencintainya.
"Tidak ada. Ibu cantik sekali hari ini," ucapnya.
"Oh...." Ibunya tersipu dan terkekeh. "Terima kasih banyak, Tuan Muda."
Setelah dia berkata begitu, anak laki-laki itu pun keluar dari kantor sang Duke. Sementara itu, [Name] terus memandangi punggung putranya yang kecil dan tersenyum.
Lalu tiba-tiba di belakangnya, sebuah suara menyapa. "Iya, aku tahu. Istriku memang cantik."
[Name] mendengus dan memukul pelan bahu Wriothesley. "Jangan ikut menggodaku."
Sejujurnya [Name] tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya saat Wriothesley merasa cemburu seperti ini pada putranya sendiri, karena itulah dia sering terlihat memanjakan putranya dihadapan suaminya sendiri.
Dia masih berpikir, Duke yang cemburu sangat menggemaskan! Tidak, kali ini lebih menggemaskan!
"Apa perbincanganmu dengan Alex menyenangkan?" Tanya wanita itu.
"Ya," ujarnya. "Dia memintaku untuk melawannya di Ring Pankration. Apa tidak masalah?"
"Walaupun dia putramu, kau tidak bisa setengah hati karena Alex pasti akan sangat kesal padamu," kata [Name] kembali, seraya menilik dokumen di atas meja Duke. "Lalu, jangan terlalu kasar—apa yang kau lakukan, Yang Mulia?"
"Memelukmu?" Jawabnya polos. Wriothesley melingkari tangannya di perut [Name] dan mencium puncak kepalanya.
"Tolong, jangan memulai ini," ujar [Name] ketus. Dia bergerak tidak nyaman. "Bagaimana kalau Alex tiba-tiba masuk?"
"Kau tenang saja, aku sudah minta Sigewinne untuk menahannya selama mungkin."
Astaga, tapi [Name] merasa curiga. Mata sang Duke tepat mengarah pada dokumen di tangannya dan terfokus pada satu titik.
"Ya, aku bisa lihat itu. Tapi tolong fokus, Yang Mulia," lanjut [Name] buru-buru. "Aku yakin Alex akan terus melawanmu walaupun dia sudah jelas kalah, jadi aku mohon padamu untuk berhenti saat itu juga."
"Iya, iya. Aku mengerti," kata Wriothesley. "Kau hanya mengkhawatirkan Alex, padahal aku juga ada di pertarungan yang kita bicarakan sekarang."
"Yang Mulia tidak akan kalah, aku percaya padamu." [Name] meletakan dokumen itu dan berbalik menghadap suaminya. "Ngomong-ngomong, aku juga tahu apa yang kalian lakukan di bengkel belakangan ini."
"!?"
Melihat mimik terkejut sang Duke, [Name] tersenyum misterius. Tiba-tiba terjadi kesunyian yang mencengkam. [Name] buru-buru menambahkan, "selama kau mengawasinya, tidak akan masalah. Tolong untuk berhati-hati. Kau mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
FanfictionAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...