Chapter 22

1K 153 75
                                    

Malam itu berlalu dengan cepat. Setelah pertemuannya dengan Félix Fantine, suasana hati Wriothesley langsung memburuk.

Ssperti yang sudah ia duga dari awal, dia berniat untuk memonopoli Benteng Meropide lagi dan menganggap Ayahnya belum pernah melepaskan kepemilikan atasnya. Dia mengklaim dirinyalah setidaknya dapat menguasai sebagian yang ada di dalam Benteng Meropide.

Félix bernegosiasi dengan Duke agar memberikan sedikit kekuasaannya untuk melakukan perubahan di dalam Benteng, tetapi pria itu dengan cepat menolaknya.

Dia percaya pada [Name].

Jika yang dikatakan gadis itu benar, maka kemungkinan besar "perubahan" yang dia bicarakan tidak lain berkaitan dengan para Fatui. Wriothesley tidak bisa membiarkan itu.

Mendapati penolakannya itu, Félix mengajukan pertarungan kepada Duke di atas Ring Pankration.

Jika di Court of Fontaine semua masalah diselesaikan di dalam ruang sidang, maka di dalam Benteng Meropide semuanya diselesaikan di atas pertarungan yang jujur dan adil. Semua Narapidana dan Sipir akan menyaksikannya.

Karena itulah Duke tidak bisa menolaknya tanpa alasan dan kini ia tengah bersiap untuk pertarungan yang akan datang dalam 3 hari. Dia membutuhkan rencana.

Mengingat lawannya mendapat sokongan dari kursi ke-9 Fatui Harbinger, Regrator, dia tidak bisa menganggap ini sebagai hal yang mudah. Jika dipikir lagi, dia pernah melepas Childe yang ditahan di Benteng Meropide setelah pria itu tenggelam ke dalam air Lautan Primordial. Entah kali ini rencana seperti apa yang akan dilakukannya.

"Yang Mulia, apa tidak sebaiknya beristirahat dulu?"

"[Name]?"

Wriothesley mengalihkan pandangamnya ke arah [Name] yang tengah mengangkut beberapa dokumen dari mejanya. Ekspresinya terlihat khawatir, tetapi dia menyunggingkan senyumannya seperti biasa.

"Kupikir kau terlalu tegang," katanya.

"Ah, begitukah...."

[Name] tertawa dan menatapnya dengan jahil. "Apa Yang Mulia ingin aku bantu tidur?"

"...."

Bahkan dalam situasi seperti ini, [Name] tidak berubah. Dia tetap menggodanya seperti biasa. Kalau boleh jujur, Wriothesley sedikit iri dengan sikap santainya yang satu ini. Namun entah kenapa, dia tidak ingin menyangkalnya kali ini kalau dia sangat senang saat [Name] menggodanya seperti itu.

Karenanya ia membalas, "kedengarannya menarik."

"Iya, 'kan—eh?"

Wriothesley meletakan kertas di tangannya, mengembalikan pena yang ia gunakan dan berdiri dari kursinya. Ia mendekati [Name] dengan senyuman di sudut bibirnya.

"Jadi, bagaimana caramu membantuku tidur?"

Mata [Name] terbelalak, matanya mengarah ke sekelilingnya dan kini pipinya merona karena malu. "Itu...."

Dia sangat menggemaskan. Hanya kalimat itu yang bisa ia pikirkan saat mendapati [Name] kelimpungan seperti ini.

Benar, itu karena [Name] selalu bisa bersikap seperti ini, rasanya beban di punggungnya menghilang. Senyuman dan tingkah tidak biasanya—yang aneh sekaligus menggemaskan—membuat suasana hatinya berubah seketika.

"Bagaimana kalau berbaring di sofa itu, Yang Mulia? Aku akan memangkumu!"

"Baiklah."

Mendengar jawabannya, [Name] bergegas merapihkan meja dan sofa yang ada di ruangannya dengan wajah gembira. Begitu gadis itu duduk, dia menepuk-nepuk pahanya dan meminta Duke untuk mendekat.

✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang