Di tempat yang kecil itu, aroma tubuh dan parfume [Name] tercium disekitar ruangan. Aroma yang sangat familier dan begitu ia sukai.
Wriothesley dan [Name] duduk berhadapan dengan meja makan di antara keduanya. Wriothesley meneguk teh yang diberikan [Name].
"[Name], apa kau benar-benar akan berhenti menulis? Karena aku?"
"Apa?"
Saat wajah [Name] menjadi kaget dan bingung, Wriothesley menatapnya dengan intens.
Walaupun pada akhirnya Wriothesley bisa kembali dengan gadis ini, tapi hubungannya jauh berbeda dengan yang dulu ia rasakan. Sesuatu ada yang hilang diantara keduanya—atau ada sesuatu yang berbeda dari [Name].
Dia jelas tahu itu.
"Apa kau masih terkejut dengan semua yang terjadi? Atau karena aku terlalu terobsesi dan bersikap posesif padamu? Aku minta maaf soal itu."
"Kenapa Yang Mulia meminta maaf padaku sekarang?"
"Aku merasa harus mengatakannya padamu."
"...."
[Name] menatap Wriothesley beberapa saat. Apa yang sudah rusak tidak akan bisa kembali seperti sebelumnya, pria itu sangat memahaminya dengan baik.
Wriothesley tidak berharap semuanya kembali seperti semula, dia hanya ingin memperbaikinya dan mengulangnya dari awal. Namun setiap kali [Name] terlihat muram seolah sedang bergelut pada dirinya sendiri, membuatnya semakin khawatir terlebih gadis ini tidak pernah mengatakan apa pun padanya.
Apa dia sungguh sudah tidak mencintaiku lagi?
Seolah tahu apa yang sedang dipikirkannya, [Name] berkata, "Yang Mulia tidak memiliki kepastian apa aku masih mencintaimu seperti dulu atau tidak, 'kan? Apa karena itu Yang Mulia terus menahanku di sisimu karena kau khawatir?"
Tepat. Seperti yang dikatakannya. Ekspresi Wriothesley yang awalnya terkejut segera berubah, dia tersenyum tipis dan memandangi gadisnya yang masih memegang mug hangat di tangannya.
"Benar. Apa aku boleh merasa lega karena kau menyadarinya sendiri?"
[Name] mendengus. "Sejujurnya aku merasa sedih dan kecewa karena Yang Mulia masih tidak mempercayai perasaanku."
Wriothesley berpikir sebentar dan menjawab dengan ragu-ragu, "aku tidak berpikir begitu. Aku hanya berpikir... apa mungkin karena aku terlalu kurang mumpuni sampai kau tidak percaya padaku untuk menjadi pendampingmu. Maka karena itu aku cemas kau akan meninggalkanku—lagi."
"Yang Mulia, kau ini memang suka merendah, ya?"
Wriothesley hanya menggidikkan kedua bahunya dan tersenyum penuh makna. [Name] memegang permukaan mug yang hangat dengan jemarinya setelah meneguknya sekali dan melanjutkan kembali kata-katanya.
"Tapi mungkin... akulah yang paling takut jika Yang Mulia justru orang yang meninggalkanku."
"Kenapa?"
"Tidak ada apa-apa. Itu hanya perasaanku saja."
Wriothesley menghelakan napasnya lelah. "Kau selalu bilang begitu."
Selama beberapa saat, pria itu memandangi [Name] dengan tatapan cemas. Kemudian, dia mengulurkan tangannya dan menggenggam punggung tangan [Name].
"Katakanlah. Aku sudah bilang tidak akan menyesalinya, 'kan?"
"Aku tidak yakin itu. Meski ini akan terdengar sangat aneh dan... gila. Apa Yang Mulia akan mempercayaiku atau tidak lalu meninggalkanku? Aku tidak tahu...."
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
FanficAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...