"Nona Sekretaris, bagaimana kalau kita bertaruh. Apa hari ini Yang Mulia akan mendatangimu atau tidak, bagaimana?"
[Name] hampir tertawa dengan pertanyaan yang terdengar seperti pernyataan itu. Selama dia tinggal di Benteng Meropide, Wriothesley tidak pernah menghampirinya sekali pun. Ya, lagi pula dia pasti akan mendatangi sang Duke jadi itu bukan masalah.
Namun entah kenapa, [Name] sedikit berharap. Hanya sedikit.
"Selama ini kau yang terus menarik benangnya, cobalah sesekali untuk mengulurnya," ujar Clair.
"Ya, aku tahu tahu. Tapi bagaimana kalau terjadi efek sebaliknya?"
"Tinggal pindah lain hati."
Perempatan di dahi [Name] muncul saat dia membalas itu dengan mudahnya. [Name] tidak akan melakukannya dan tidak ingin juga, tiba-tiba pikiran buruk menghantuinya.
Bagaimana jika sang Duke menganggap ungkapan dia selama ini hanya untuk menggodanya semata? Sekadar bermain-main dengannya lalu meninggalkannya? Bagaimana jika Wriothesley juga membuat jarak dengannya?
[Name] tidak menginginkan itu dan tidak bisa membayangkannya. Memang benar, hubungannya dengan Wriothesley baginya sudah memuaskannya sampai di sini selama bisa melihat pria itu. Permintaan [Name] sebetulnya tidak begitu muluk.
"Ya, Yang Mulia?"
"Iya. Tolong segera dibuatkan, Tuan Wolsey."
Saat mendengar Wolsey menyebut namanya, [Name] refleks memutar lehernya ke belakang dan melihat Wolsey dengan wajah cemas.
[Name] pun bertanya, "ada apa, Tuan Wolsey?"
"Yang Mulia memintaku untuk membuatkannya minuman."
Alis [Name] naik sebelah. Itu aneh, kalau minuman pastinya dia ingin teh, bukan? Kalau itu semua sudah ada di kantornya.
Gadis itu tidak pernah melihat Wriothesley meminum selain teh di dalam Benteng Meropide—tentunya selain milkshake buatan Sigewinne juga. Dia suka kopi, tetapi Wolsey tidak pernah menyediakan kopi di sini.
"Apa ada teko di sini? Biarkan aku yang membuatnya." Sambil berkata begitu, [Name] bangun dari posisinya.
"Maafkan aku, Nona Sekretaris. Padahal kau sedang makan."
[Name] tertawa ramah. "Bukan masalah, Tuan Wolsey. Jangan kau pikirkan!"
Selagi Wolsey mengambilkannya peralatan teh, [Name] yang ada di dalam dapur Kantin Bersama mulai meracik tehnya.
Dia bersyukur karena di tempatnya tinggal dan kantor Steambird ada majalah dan tabloid tentang resep-resep meracik teh.
Walaupun percobaan awalnya gagal, tapi akhirnya [Name] berhasil juga. Kendati demikian dia tidak benar-benar bisa menikmati teh racikannya sendiri mengingat banyaknya peristiwa yang menunggu untuk diliput.
Namun sepertinya Wriothesley tidak masalah dengan buatannya. [Name] pernah sekali melihat sang Duke begitu menikmati teh yang ia buat, sepertinya itu resep yang tepat dan sesuai seleranya karena itulah [Name] berniat membuatnya seperti itu.
"Sudah selesai. Begitu kau sampai, tehnya akan tersaji dengan sempurna. Tolong berhati-hati saat menuangnya," kata [Name] penuh perhatian.
"Aku mengerti, Nona Sekretaris."
Begitu selesai, [Name] menyerahkan nampan dengan teko teh itu di atasnya pada seorang petugas untuk ia bawa. Petugas itu pun segera pergi dan [Name] kembali ke tempatnya.
"Lagi-lagi... Nona Sekretaris memang tidak bisa mengabaikan Yang Mulia, ya?" Ucap Claire.
[Name] tergelak sembari duduk. "Begitulah."
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
FanfictionAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...