"[Name]!"
"Charlotte!"
Charlotte dan Euphrasie datang, menyambut [Name] di depan kantor Surat Kabar Steambird. Sepertinya kepada redaksi Steambird sudah mengabarkan kedatangannya siang ini.
"Aku tidak sabar bertemu denganmu! Bagaimana? Apa kau berhasil mewawancarai Duke Wriothesley? Fotonya?"
[Name] menatap Charlotte dengan ekspresi sedih. "Masih belum. Aku juga tidak dapat satu pun foto Yang Mulia."
"Ya, aku sudah duga itu," Euphrasie menimpali—sang Kepala Editor Steambird. "Tapi berita apa pun yang kau tulis tentang Benteng Meropide tetap sangat berharga. Bagaimana? Apa kau sudah menyelesaikannya?"
"Iya." Setelah berkata begitu, [Name] menyerahkan beberapa lembar kertas padanya. "Di dalam sudah ada file untuk fotonya, Nona Euphrasie bisa melihatnya sekalian."
"Baik. Terima kasih atas kerja kerasmu, [Name]."
Begitu Euphrasie memasuki kantor Steambird, Charlotte mengalihkan pandangannya kembali pada [Name]. Wajahnya berseri-seri melihatnya.
"Katakan padaku, apa saja yang sudah kau dapatkan? Aku tidak ingin dengar soal Kupon Khusus, Kantin Bersama, atau aturan yang ada di sana, ya!"
[Name] tertawa dengan bangga. "Aku mendapatkan referensi yang sangat sempurna!"
"Pasti kau membicarakan Yang Mulia Wriothesley lagi."
[Name] tergelak. Seperti biasa, Charlotte selalu tahu apa yang sedang [Name] bicarakan dan siapa yang tengah ia bicarakan.
Detik berikutnya, kedua gadis itu melangkah perlahan keluar dari kantor Steambird dan mulai berbincang.
Dimulai dari Charlotte yang menemukan kecurigaan terhadap pedagang kaya di Fontaine, sampai dirinya yang dikirimkan surat ancaman kepadanya langsung.
Ya, itu sudah sering terjadi padanya dan pihak Steambird punya caranya sendiri untuk menyelesaikan masalah ini. Bagaimana pun Charlotte adalah salah satu dari banyaknya reporter di Steambird yang berharga.
"Oh, benar. Aku ingin mengajukan pinjaman kamera lensa panjang milik kantor. Apa masih tersedia?" tanya [Name] memastikan.
"Apa kau membutuhkannya di Benteng Meropide."
"Inginnya aku bilang ini untuk tujuan pribadi, tapi ini untuk kepentingan reportasi juga."
"Kau tidak diam-diam akan memotret Yang Mulia, 'kan?" Tanya Charlotte. Wajahnya terlihat penasaran.
"Aku masih ingin berlama-lama di Benteng Meropide, jadi aku tidak akan pernah melakukannya," ujar [Name] diselingi senyuman kecilnya. "Lagi pula, kalau sampai Yang Mulia tahu, bisa-bisa ia membenciku. Aku lebih tidak menginginkan itu."
Charlotte memandangi [Name] dengan penuh perhatian. Ia pun mematri senyuman di wajahnya perlahan. "Kau pasti sangat mencintainya ya, [Name]."
[Name] awalnya terkejut, lalu perlahan mengembangkan senyumannya. "Tentu saja!"
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───
Wriothesley, entah untuk alasan apa, dia benar-benar mengikuti yang dikatakan [Name] sebelumnya untuk berbicara dengan para Narapidana yang tak memenuhi targetnya tempo hari.
"Sebaiknya aku makan apa malam ini di Kantin Bersama, ya?"
Jam makan siang hari ini sudah berakhir, tapi Wriothesley bisa lihat sisa makanan di mulutnya dan sampah yang berusaha ia sembunyikan di belakang tumpukan barang di belakang.
Dia bahkan tak berusaha menyembunyikan kudapan di tangannya. Pria ini jelas sudah makan lebih banyak daripada yang dimakannya saat ini.
Begitu Narapidana itu mendapati dirinya, dia berujar, "Ya-Yang Mulia, maafkan aku! Aku hanya ingin makan camilan sembari bekerja...."
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
FanfictionAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...