Hari itu wawancaranya berjalan lancar tanpa hambatan. Neuvillette masih seperti biasa, dia menjawab semua pertanyaan [Name] tanpa ada kendala sama sekali. Wajar, dia sang Hakim Agung Fontaine.
Namun yang paling membuatnya penasaran adalah kehadiran Wriothesley di tempat yang sama. Setelah ia menyelesaikan urusannya dengan Neuvillette, bukannya pergi dia malah menikmati tehnya sambil mendengarkan [Name] mewawancarai sang Hakim itu. Mungkin karena keduanya sudah bekerja cukup lama, Neuvillette tidak keberatan sama sekali.
"Terima kasih banyak untuk waktu yang Anda berikan hari ini, Monsieur Neuvillette."
"Tentu saja, Nona [Name] dan Duke Wriothesley juga."
Seharusnya Charlotte—yang menemani [Name] untuk wawancara dengan Neuvillette—memotretnya dengan Hakim Agung ini, tetapi dia masih belum kembali setelah izin sebentar.
Dia pasti terlena karena menemukan sesuatu yang menarik untuk diberitakan, alis [Name] berkedut saat memikirkan itu.
Walaupun dia membawa kamera yang lain untuk berjaga-jaga jika hal seperti ini terjadi, tapi ia tidak membawa tripod untuk membantunya memotret.
Lalu [Name] melirik ke arah pria yang sedari tadi sedang menganggur dan hanya menyimak wawancaranya. Apa aku minta tolong padanya saja, ya? Tapi... entah kenapa perasaanku tidak enak kalau memintanya.
Namun [Name] membuang pikiran itu seketika dan berkata, "Yang Mulia, apa aku boleh meminta sedikit bantuanmu?"
"Apa?"
[Name] dengan senyuman cerah berkata, "tolong foto aku dengan Monsieur Neuvillette."
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───
Tepat setelah keluar dari Palais Mermonia, [Name] bisa merasakan hawa tidak menyenangkan yang menguar dari arah sampingnya—Wriothesley.
[Name] benar-benar mengakui betapa menggemaskannya Wriothesley saat sedang cemburu. Dia tidak tahan untuk memeluknya jika seandainya saat ini dia hanya berdua saja dengan pria ini. Jadi sejak tadi [Name] hanya tersenyum sambil berjalan dengannya.
"Kenapa kau malah tersenyum-senyum seperti itu?" Kata Wriothesley dengan ekspresi tidak nyaman.
[Name] terkekeh. "Karena Yang Mulia terlihat cemburu lagi."
"... apa menyenangkan melihatku seperti ini?"
"Tentu saja."
Bagi [Name], kecemburuan Wriothesley membuktikan bahwa pria ini mencintainya. Itu bukti yang sangat objektif tetapi dia meyakini itu. Jika hubungannya dengan Wriothesley tidak sejauh ini, [Name] tidak akan pernah mempercayai apa yang ada dihadapannya saat ini juga.
Tetiba [Name] berhenti melangkah, menghadap Wriothesley dan berkata, "Yang Mulia tenang saja, aku hanya mencintaimu, kok!"
"Heh, benarkah?"
[Name] tergelak mendapati alis Wriothesley berkedut dengan tidak senang. Dia memeluk lengan atletis pria itu dengan gemas dan menyembunyikan wajahnya yang memerah karena tertawa.
Ya, [Name] bisa melakukan ini setiap hari pada Duke. Benar-benar menyenangkan menggodanya padahal dia tahu seberapa tergila-gilanya gadis ini pada pria berambut hitam ini.
"Maaf aku terlambat—oh? Apa aku mengganggu?" Charlotte menyapa setelah ia berhenti berlari dihadapan [Name].
"Kau kemana saja, Charlotte? Kau tahu kalau aku bisa anggap kau mangkir dari tugasmu pada Nona Euphrasie?"
Charlotte tertawa kecil. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud begitu. Hanya saja aku terhanyut saat membaca buku ini."
"Buku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
FanfictionAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...