Chapter 4

1.4K 220 80
                                    

Wriothesley dalam kondisi sempurna hari ini. Begitu juga dengan [Name].

Sudah sejak pagi ia keluar sambil melihat pria jangkung itu dengan mata berbinar. Wriothesley tentu merasakannya—lebih tepatnya bukan hanya dia yang merasakannya.

Seminggu sudah berlalu sejak [Name] membuat kontrak dengan sang Duke untuk tinggal di Benteng Meropide selama setengah tahun. [Name] secara bertahap mulai terbiasa dengan suasana di dalam Benteng dan hubungannya dengan Wriothesley semakin dalam... menurutnya.

Ketika [Name] hendak menghampirinya untuk menyambut sang Duke begitu selesai memeriksa sejumlah produksi komponen, Wriothesley menanggapinya dengan biasa.

Berbicara tentang para sipir, mereka sudah tidak mengancam atau mencegat [Name] lagi sejak tiga hari yang lalu. Sebaliknya mereka semakin terbiasa dengan hal gila yang diucapkan gadis ini tentang Pengelola Benteng Meropide.

Bagi mereka, [Name] tidak ada bedanya dengan mereka. Dia mengangumi sang Duke, menghormatinya, dan menyukainya seperti mereka menyukai pria berambut gelap itu. [Name] adalah perlahan menjadi bagian dari kawan mereka.

Oleh karena itulah komunikasi [Name] dengan Wriothesley berjalan sempurna tanpa hambatan.

"Selamat pagi, Yang Mulia!" [Name] menyapa dengan riang.

"Iya. Selamat pagi, [Name]." Wriothesley menjawab dengan enggan. Ia tampak masih sibuk dengan kertas di tangannya.

"Bagaimana kabarmu pagi ini? Kuharap kau baik-baik saja, Tuan Duke!"

"Aku baik. Terima kasih perhatiannya."

"Sudah punya kekasih?"

"...."

Benar-benar, [Name] selalu tahu cara menarik perhatiannya. Kini Wriothesley mengabaikan selembar dokumen di tangannya dan menatap gadis itu dengan ekspresi bertanya-tanya.

Seperti para sipir lainnya, Wriothesley semakin lama juga terbiasa dengan [Name] yang seperti ini dan dia biasa menanggapinya begitu saja.

"Aku tidak punya kekasih, jadi berhenti bertanya," katanya.

"Tapi mungkin saja di waktu saat aku tidak melihatmu, tiba-tiba Yang Mulia sudah punya kekasih."

"Lalu kenapa? Kau akan sedih?"

"Tentu saja!"

Dia penasaran, bagaimana bisa [Name] mengatakan hal itu secara gamblang. Ya, dia sudah pernah menerima kata-kata itu—dari orang tua angkatnya—sebelumnya, tapi rasanya sangat kosong.

Dia terbiasa mendengar itu dan kini kata-kata seperti "aku menyayangimu" atau "aku mencintaimu" tidak ada artinya lagi bagi sang Duke.

"Jadi apa alasanmu menemuiku?" tanya Wriothesley akhirnya.

"Tidak ada alasan khusus," [Name] menjawab dengan polos. Ia tersenyum sumringah. "Aku hanya ingin mengisi dayaku dengan melihat Yang Mulia. Lalu karena sudah melihat dan berbicara denganmu, aku akan pergi lagi sekarang."

Dan itu dia.

Hal yang biasa [Name] lakukan sesuai dengan kontraknya. Sungguh hanya untuk melihat dan menyapanya, lalu pergi.

Wriothesley meletakan beberapa sipir disisinya untuk memantau gerak gerik gadis ini, tapi tidak ada hal mencurigakan yang ia lakukan diluar pengawasannya.

Dari laporan yang diterimanya, [Name] terlihat sibuk bekerja di Zona Produksi, ia makan dengan rutin sebanyak tiga kali dalam sehari, tidak ada hal khusus yang ia lakukan selain terus memantau Wriothesley dalam jarak yang aman dengan mata penuh nafsunya.

✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang