Sedari tadi [Name] sibuk menggerakan jemarinya di atas kertas, lalu menatap jam yang terpasang di atas mejanya. Waktu menunjukan hampir pukul 11 malam. "Sepertinya sampai di sini saja," dia berkata sambil menguap dan meregangkan kedua tangannya.
Hari ini dia sudah bekerja keras lagi. Walaupun para Garde sudah menahan para kriminal yang membuat rencana pembunuhan itu, ancaman kepadanya belum hilang juga. Dia baru saja mendapat kabar dari Chevreuse bahwa tiga orang yang menyerangnya beberapa hari lalu sudah dipidana dan ditahan di dalam Benteng Meropide. Berdasarkan pengakuannya, mereka hanya diperintah untuk membunuhnya lantaran gadis itu menghambat rencana mereka.
Mereka semua orang yang bodoh, pikir [Name]. Walaupun gadis itu tidak melakukannya, sebetulnya ia yakin Wriothesley pasti akan menyadarinya. Namun ia bersikeras agar dia sendiri yang menyelesaikan masalah ini tanpa mengatakan apa pun pada sang Duke. Alasannya sederhana, karena ia menganggap itu adalah kesalahan dia sepenuhnya.
"Yang Mulia sedang apa, ya?" Sambil bergumam seperti itu, [Name] menatap nanar jendela di depannya. Hari ini bulannya bersinar dengan indah, sangat berbeda dengan suasana hatinya.
Seandainya Duke tidak terancam karena bukunya, gadis itu mungkin masih ada di Benteng Meropide, membantu Duke menyelesaikan tugasnya, dan menyiapkan jadwal besok untuk pria itu. Namun hal paling tidak diinginkannya terjadi. Karena itulah dia memutuskan untuk meninggalkan Wriothesley dan pergi dari Benteng Meropide. Dia tidak bisa membiarkan Duke terancam bahaya karena dirinya, karena pengetahuannya dari game aslinya, dia adalah kelemahan bagi Wriothesley.
Jika saja Wriothesley tidak bersikap seperti itu padanya, mengumbar perasaannya seperti yang gadis itu lakukan dulu, [Name] bisa mengakhiri hubungannya secara baik-baik dan tanpa pria itu curigai.
Akan lebih bagus jika saat itu Wriothesley percaya bahwa dirinya cemburu dan marah pada Daphne dan mengakhiri hubungannya karena itu. [Name] mengenalnya, tentu saja. Baik sebagai seorang soprano terkenal atau saudara sepanti sang Duke. Dia mengetahuinya dari koneksinya sebagai jurnalis dan sekretaris sementara Benteng Meropide. Tetapi pada akhirnya dia terpaksa menggunakan cara yang ekstrim agar Wriothesley melepasnya, dengan mengatakan hal-hal yang buruk padanya.
Ini lebih baik, [Name] berpikir begitu saat malam dimana Wriothesley datang membawa satu buket bunga besar ke kantornya. Setelah kepergian Sang Duke, ia menangis keras di pelukan Charlotte dan menceritakan semuanya pada temannya itu.
Jika menorehkan luka di hati Wriothesley dan membuatnya menjadi sosok penjahat dalam hubungannya dapat menjauhkan pria itu dari bahaya, [Name] akan melakukannya. Dan dia sungguh melakukannya.
Hari ini ia baru saja menyelesaikan naskah berita untuk diserahkan kepada Euphrasie besok dan sekarang ia berniat untuk langsung pergi tidur. Namun demikian, ia hanya bersandar pada kursi dan memejamkan matanya sejenak.
Lalu—
Tok! Tok! Tok!
—pintunya diketuk dengan keras. Ia berpikir, siapa orang yang datang di jam-jam seperti ini?
[Name] yang sudah bersiap dengan kemungkinan terburuk, memegang sebuah tongkat di tangannya dan memasang rantai kunci grendel di pintunya. Orang itu tidak mungkin seorang pencuri, mengingat dia mengetuk pintunya.
Seorang penyusup? Keringat dingin membasahi pelipisnya. Ya, itu juga tidak mungkin....
Gadis itu pun membuka kunci pintunya dan memutar knopnya perlahan, lalu tiba-tiba orang yang ada di baliknya mendorong pintunya dengan tangannya yang besar.
"Pencuri—"
"[Name]! Ini aku!"
"Huh? Yang Mulia!?" Gadis itu menurunkan tongkat di tangannya perlahan dan meletakannya di samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
Hayran KurguAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...