Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada ini. Wriothesley selama ini bisa menahan luka di tubuhnya, bisa menahan pukulan yang ia terima, atau rasa sakit akibat diinjak-injak oleh orang lain.
Namun luka yang [Name] berikan padanya hari itu, lebih dari semua itu.
[Name], yang bahkan mendengar namanya saja begitu membuatnya muak, adalah gadis pertama untuknya. Dia yang paling sempurna untuknya tapi justru paling menyakitinya.
"Yang Mulia, apa hari ini kau akan melewatkan makan siangmu juga?"
"Iya. Tolong tinggalkan aku di sini sendiri, Sigewinne."
"Baiklah."
Sigewinne, yang mendapati sang Duke begitu hancur saat kembali dari rencananya untuk berbicara baik-baik dengan [Name], tidak bisa berkomentar apa-apa.
Walaupun dia belum mendengar cerita penuhnya, tapi ia tahu apa yang terjadi tanpa perlu pria itu jelaskan. Bahkan saat mencoba bertanya tentang bagaimana hasilnya, Wriothesley menjawab dengan dingin, "jangan sebut lagi namanya."
Itu jelas bukan percakapan yang baik. Jadi Sigewinne pun berhenti menanyakan itu pada sang Duke dan membiarkannya beristirahat di salam Kliniknya seorang diri.
Luka hati seperti ini bukan keahliannya. Dia bisa menyembuhkan apa pun, tapi tidak dengan yang satu ini.
Di samping itu, pandangan Wriothesley terlihat menerawang jauh seolah jiwanya lepas dari sana.
Ia masih ingat bagaimana [Name] sungguh mengakhiri semuanya dengan senyuman dan ekspresi yang sama dengan yang biasa gadis itu berikan padanya.
Tapi... kenapa dia menangis?
Suaranya bergetar dan terdengar sangat berat. Sangat menyedihkan ketika Wriothesley memikirkannya kembali.
Mengabaikan Duke yang sedang murung, seorangg penjaga Benteng Meropide memasuki Klinik dan berbicara dengan Sigewinne, ia menyampaikan sesuatu padanya.
"Hari ini dia baru datang, Yang Mulia," ucap Sigewinne. "Apa kau ingin bicara—Yang Mulia!?"
Sebelum Sigewinne sempat menyelesaikan kata-katanya, Wriothesley bangkit dari posisinya dan segera berlari keluar dari Klinik. Tanpa perlu dijelaskan pun Duke sudah tahu, "dia" yang Sigewinne maksud tidak lain adalah gadis itu, [Name].
Dia bertanya dalam benaknya, untuk apa wanita gila itu datang lagi ke Benteng Meropide?
Dia sudah tidak membutuhkannya lagi di sini, kontraknya dengan Steambird pun habis. Tidak ada gunanya lagi dia ada di sini. Lagi pula semuanya sudah ia putuskan sendiri, sekarang kenapa ia kembali?
Tiba-tiba kata-kata saat malam itu berputar kembali dalam benak Wriothesley. Lagi-lagi hatinya terasa sakit hanya dengan memikirkannya. Lagi-lagi syaraf-syaraf di tubuhnya melemas begitu mengingatnya. Jauh di dalam lubuk hatinya, Duke masih tidak ingin percaya dan ingin berbicara dengannya sekali lagi.
Dia ingin percaya kalau gadis itu hari ini kembali lagi untuknya.
Begitu sampai di Zona Administratif, Wriothesley bisa lihat gadis itu sedang berbicara dengan salah seorang penjaga. Ekspresinya masih sama, itu adalah ekspresi yang selalu ia lihat ketika gadis itu bekerja.
Senyuman hangat di wajahnya dan sorot matanya yang lembut. Itu sungguh [Name] yang ia kenal. Duke menghampirinya dan memanggil namanya, "[Name]...."
Menyadari eksistensinya, mata gadis itu membola. Ia memberikan gestur dan meminta petugas itu meninggalkan dirinya.
Gadis itu tersenyum. "Selamat pagi, Yang Mulia."
"Kau...." Tangannya naik, hendak menyentuh pipi gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
Fiksi PenggemarAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...