Langit-langit Benteng Meropide tidak ada ubahnya sama sekali, terlihat seperti biasa. Lampu yang bersinar remang-remang menjadi satu-satunya sumber cahaya di sana. [Name] masih tampak setengah tertidur.
Jam berapa sekarang?
Gadis itu mengerang kecil dan membalik tubuhnya ke arah samping. Tiba-tiba tercium aroma maskulin di hidungnya, alisnya bertaut bingung.
Bukan hanya itu, rasanya seperti ada sesuatu yang besar dan kuat yang ia peluk sekarang ini. [Name] meraba-rabanya dalam keadaan mata terpejam.
"[Name], kau sudah bangun?"
Suara rendah seorang pria yang amat dikenalnya berbisik di telinganya.
"Iya...." [Name] menjawab secara refleks.
Kemudian sesuatu yang lembut menyentuh puncak kepalanya dan melingkup seluruh tubuhnya dari depan ke belakang.
"[Name], aku ingin seperti ini dulu selama beberapa saat."
Gadis itu hanya mengerang sebagai jawaban. Lalu kerutan di dahinya muncul—seperti ini dulu?
[Name] refleks mendongakkan wajahnya ke atas, tepat saat itulah ia mendapati wajah Wriothesley begitu dekat dengannya—yang baru saja mengecup puncak kepala gadis itu. Dan kini matanya terbelalak.
Wriothesley yang balas menatapnya berucap, "apa? Kau ingin minum teh?"
Saat itu [Name] sedang menata pikiran dan keadaan disekitarnya untuk waktu yang singkat.
Pertama, Wriothesley sudah memenangkan pertarungannya. Jadi semuanya sudah aman—seharusnya.
Kedua, sekarang [Name] ada di Klinik. Sepertinya Sigewinne yang merawatnya disini dan dari yang terakhir ia ingat, dia ditembak oleh Félix tepat saat Duke memenangkan pertandingannya.
Ketiga, Duke juga ada di sini. Terbaring di atas kasur yang sama, dengan tangan besarnya yang menyelimuti tubuhnya, dan sekarang dia meletakan hidungnya tepat di dahi gadis itu dengan mata terpejam.
Keempat, aroma maskulin dan yang [Name] rengkuh sekarang adalah Duke sendiri. Iya, dia sedang memeluk Wriothesley.
Apa ini artinya... aku sudah memenuhi wishlist yang ingin kulakukan dengan Yang Mulia?
[Name] tidak menjawab pertanyaan Wriothesley dan malah semakin erat memeluknya.
"[Name] ...!?"
Gadis itu membenamkan wajahnya di dada Wriothesley. Saat-saat manis seperti ini tidak akan bertahan lama, sebelum Wriothesley bangun setidaknya ia ingin dirinya ingat pernah mendekap pria itu di atas ranjang dan itu bukan hanya dalam mimpinya.
Entah Duke menyadarinya atau tidak, tapi saat ini [Name] sedang tersenyum di sana.
"Sebaiknya aku bangun sekarang, kau masih terluka," ucap Wriothesley.
Bukannya melonggarkan pelukannya, gadis itu malah semakin kuat menahannya dan Duke tidak memaksa dirinya untuk bangun. Gadis itu justru berujar, "... benar, hatiku akan terluka kalau Yang Mulia bangun sekarang."
"Begitu rupanya. Ternyata kau sudah sangat sehat."
"Ah! Aduh... lukaku—!"
"...."
Walaupun tahu [Name] hanya berpura-pura, tapi Wriothesley tidak punya kuasa untuk melawannya. Jadi dia pasrah dan tetap memeluk gadis itu sambil berkata, "baiklah, lakukan sesukamu, aku akan membiarkannya hari ini."
[Name] terkekeh dan kembali membenamkan wajahnya di dada bidang pria itu. Gadis itu tidak tahu harus bersyukur atau tidak mengingat dia hampir saja mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
FanficAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...