Extra Story : Chapter 5

340 62 23
                                    

"Jadi, siapa pemenangnya?"

Keesokan paginya, Navia dan Clorinde datang ke Benteng Meropide, menceritakan semua kejadian yang terjadi tempo hari tentang bagaimana Alexandre berlatih dan Wriothesley yang bertarung dengan Clorinde karena anak laki-laki sang Duke yang memintanya.

"Tidak ada. Pertandingannya berakhir sebelum ada pemenangnya," jawab Navia dengan senyuman kecil di wajahnya.

"Kapten Chevreuse menghentikan pertandingannya karena arenanya hancur."

"Ah...." [Name] menautkan kedua alisnya. Dia menoleh pada Wriothesley yang duduk di sampingnnya. "Apa Yang Mulia sudah mengirimkan surat permohonan maaf kepada Kapten?"

"Iya. Dengan biaya ganti rugi untuk kerusakannya, tanpa terkecuali."

[Name] tahu kalau biaya untuk memperbaiki kerusakannya tidak akan sekecil itu mengingat Kapten Chevreuse memiliki standar yang tinggi. Namun Wriothesley, seolah tidak peduli pada hal itu, dia membayarkan semuanya secara langsung termasuk dengan biaya tambahannya.

Sekarang dia mengerti kenapa saat Wriothesley dan Clorinde bertarung, mereka hanya memutuskan untuk bertarung selama 3 menit setiap babak dengan dua kali kemenangan berturut-turut.

"Kalian sedang membicarakan masalah tempo hari?"

Semua orang menoleh ke arah sumber suara dimana Chevreuse datang sambil membawa sesuatu di tangannya.

"Selamat siang, Tuan Wriothesley, Duchess," sapanya yang langsung dibalas dengan sedikit tundukan kepala. "Ini laporan untuk perkiraan biaya renovasinya."

"Padahal kau tidak perlu memberikan rinciannya padaku," ujar Wriothesley sembari menerima selembar kertas yang diberikan Chevreuse.

"Aku senang Tuan Wriothesley mempercayakan ini padaku, tapi aku akan tetap melakukannya."

Setelah laporan yang diterima Wriothesley hari itu, Navia dan Clorinde pun pergi dari kantor Duke. Sementara Chevreuse pergi tepat setelah ia menyelesaikan perbincangan mengenai para tahanan yang baru.

Sejujurnya tempo hari, [Name] sempat cemas kalau semuanya tidak akan berjalan baik. Terlebih putranya itu sedang masuk ke masa-masa memberontak, ditambah Wriothesley sendiri jarang berbicara dengannya sehingga sering kali terjadi kesalahpahaman walaupun dia sering berkata agar putranya lebih percaya pada Ayahnya.

"Apa Yang Mulia sudah bicara dengan Alex?" tanya [Name] lagi. "Pasti dia kecewa karena tidak bisa melakukan pertandingannya denganmu."

"Belum...."

[Name] yang menyadari ekspresi muram dari Wriothesley seketika mengkhawatirkannya. Seperti dugaannya, itu tidak berjalan baik. Wanita itu pun menarik rahang Wriothesley dan menatap matanya dengan lurus.

"Tidak apa-apa." Wanita itu menempelkan bibirnya di bibir Wriothesley, mengecupnya singkat. "Aku akan coba berbicara dengannya."

"Maaf...." Wriothesley melingkari tangannya di punggang [Name]. Eksprrsinya masih belum berubah. "Lagi-lagi aku hanya merepotkanmu."

[Name] terkekeh. "Aku tahu kalau Yang Mulia ini sangat sibuk, tapi cobalah untuk memperhatikannya sebentar saja. Aku juga sedih melihat anak kita sangat membutuhkan Ayahnya."

"... tapi aku juga membutuhkanmu. Apa kau tidak membutuhkanku juga?"

Mata [Name] membola sejenak karena terkejut, lalu ia tertawa. "Kenapa Yang Mulia bilang begitu? Bukankah sekarang aku sedang bermain denganmu?"

Setelah bibir mereka berdua bertemu sekali lagi, mereka saling memberikan ciuman yang hangat dan dalam. Setelah itu, mereka saling bertukar pandangan.

Lalu Wriothesley berbisik di telinganya. "Hari ini aku akan pulang lebih awal."

✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang