Sinar mentari yang muncul menyusup melalui celah-celah jendela, langit-langit ruangan bernuansa putih memenuhi sekelilingnya, dan kicauan burung menandakan hari sudah berganti lagi. Dalam keadaan setengah tertidur, [Name] memandangi pemandangan pria tampan di sampingnya.
"Oh, sudah bangun?"
Gadis itu kembali memejamkan matanya lagi. "Aku tahu kau sangat mencintaiku, Yang Mulia. Tapi tidak perlu sampai masuk ke mimpiku juga," gumamnya.
Pria itu terkekeh kecil di telinganya. Tidak sadar dirinya kalau dari kemarin malam memeluknya, membungkusnya dari belakang layaknya selimut.
Wriothesley mencium pundaknya dan menenggelamkan wajahnya di balik rambut gadis itu. Mencium wangi rambutnya yang sangat ia sukai itu dan mengeratkan pelukannya seolah sedang berkata ia tidak ingin pagi itu berakhir.
Lalu—
"YANG MULIA!?"
—[Name] terbangun dan menoleh ke arahnya dengan ekspresi terkejut. Dia yang awalnya masih setengah mengantuk kini tersadar seketika.
"Kenapa kau ada di sini?"
Wriothesley meletakan sebelah tangannya di belakang kepala. "Aku datang?"
"Bukan itu, maksudku...." [Name] mendesah pelan dengan ekspresi lelah. "Bagaimana kau bisa masuk? Kau tidak...."
"Ah... aku mencungkil kuncinya dan pintu terbuka."
Baru saja [Name] hendak memukul kepalanya. Entah kenapa dia bersyukur karena tidak memasang rantai grendel pada pintunya, mungkin kali ini Wriothesley akan benar-benar meninju pintunya.
Gadis itu menutup sebelah wajahnya yang lelah, kemudian mencuri pandang di antara jemarinya dan menatap Duke di depannya.
Wriothesley yang sedang tersenyum tipis padanya, berbaring dengan santai di atas kasurnya sambil bertelanjang dada. Sekali lagi. Sambil bertelanjang dada.
"Gila. Kenapa rasanya sangat lezat sekali?"
"[Name], aku mendengarnya."
"Oh, maaf. Itu hasrat duniawiku, Yang Mulia."
"...."
Walaupun ini bukan pertama kalinya bagi [Name] menatap tubuh atletis Wriothesley, entah kenapa dia tidak pernah merasa puas seakan rasanya berubah setiap waktu.
Saat malam rasanya begitu buas dan liar, begitu pagi terlihat begitu empuk—bagaimana rasanya, ya?
Saat [Name] sedang memikirkan hal itu, gadis itu menyeringai dan berkata dengan suara rendah, "Yang Mulia, sepertinya ada yang harus kau jelaskan di sini."
Sekarang gadis itu berada di atas sang Duke, duduk di atas perutnya dan kedua tangannya ia letakan di dada bidangnya yang menonjol.
Wriothesley terperanjat sejenak sebelum membalas, "oh? Apa itu?"
"Katakan, apa alasan Yang Mulia datang ke rumahku?"
"Karena aku merindukanmu?"
Wajah [Name] otomatis berubah menjadi semerah tomat. Dia berdeham sebelum bertanya lagi, "tolong jawab dengan serius."
"Aku mencarimu di Benteng tapi kau tidak ada, jadi aku datang ke sini," jelasnya. "Lalu... apa, ya?"
[Name] mendengus dan memincingkan matanya. "Apa aku harus menghukummu dulu agar Yang Mulia menjawabnya?"
Pria itu terkekeh. "Jadi, bagaimana kau akan menghukumku?"
"Begini?"
Gadis itu beringsut mendekatkan wajahnya dan mencium Wriothesley, melumat bibirnya. Ia bisa merasakan ketegangan yang menjalari tubuh Wriothesley.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
FanfictionAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...