"Ya, ampun!"
"Astaga ...!"
Wriothesley mengabaikan orang-orang di sekelilingnya, sementara [Name]? Kini wajahnya semerah tomat. Dia memejamkan matanya kuat-kuat dan menepuk lengan atletis Wriothesley beberapa kali dengan panik.
Saat pria itu melepaskan ciumannya, [Name] menutup bibirnya dengan punggung tangannya.
"Ya-Yang Mulia! Dasar—kau—aaah!"
Rasanya gadis itu sangat ingin bersumpah serapa saat ini. Di sisi lain, Wriothesley hanya tersenyum dan terkekeh melihat tingkah kakunya, padahal jika hanya berdua gadis ini yang selalu memancingnya lebih dulu.
Ya, [Name] tidak keberatan selama mereka hanya berdua. Hanya berdua. Saat Clorinde dan Navia menangkap basah keduanya tempo hari, sejujurnya gadis itu merasa sangat malu. Bahkan selama seharian itu, Navia terus menggodanya dan membuatnya salah tingkah.
"Kau terluka," ucap Wriothesley. Ia mengusap pipi gadisnya yang tergores. "Pergilah ke Klinik, Sigewinne akan langsung merawatmu."
"... aku tidak bisa," balasnya lirih. Ekspresi [Name] terlihat tidak nyaman.
Masalah ini masih belum selesai. Dari apa yang dikatakan Bradly, walaupun Félix tidak membuat rencana untuk membunuh Wriothesley tapi bukan berarti dia tidak ingin—atau, akan—melakukannya. Saat ini [Name] sedang berharap cemas, dia berharap masalah ini berlalu begitu saja.
Menyadari ada yang sedang [Name] pikirkan dengan ekspresi seperti itu, Wriothesley hanya tersenyum tipis dan berkata, "baiklah jika itu yang kau inginkan, tetapi setelah ini kau harus segera ke Klinik."
[Name] mengangguk yakin. Saat hendak membuka mulut untuk menjawabnya, gadis itu melirik ke balik punggung sang Duke dimana Félix berdiri.
Matanya membola dan dia mendorong Wriothesley menyingkir dari hadapannya hingga pria itu terjerembab. Lalu—
Dor!
—suara tebakan terdengar dan [Name] terjatuh ke belakang. Wriothesley memukul ke arah udara, mengeluarkan bongkahan es yang tajam hingga melukai tangan Félix kemudian membekukan kakinya. Ia terduduk sambil berteriak menahan luka di kaki dan tangannya.
Wriothesley yang marah saat itu, melompat tinggi ke arah Félix dan mengangkatnya dengan menarik lehernya. Tanpa memberikan kesempatan bagi pria itu untuk berbicara, Duke meninju perutnya hingga ia meringis sekali lagi.
Sebelum Wriothesley sempat melayangkan satu tinjunya lagi, Navia berteriak, "Yang Mulia, sudah cukup!"
Pria berambut gelap itu bergeming, diam. Tangannya tertahan di udara sejenak sebelum memukul wajah Félix. Dia tidak mendengarnya sama sekali.
"Yang Mulia!"
Sekali lagi. Dia memukul Félix sekali lagi.
"Berhenti!"
Dia masih melakukannya dan kini orang-orang membeku melihat pengelola mereka begitu kalut tanpa mengatakan apa pun.
"Yang Mulia, cukup!"
Bahkan Wolsey, orang yang sudah ia kenal sejak ia menjadi tahanan di dalam benteng ini. Pria itu masih tidak membuka mulutnya sama sekali dan hanya memukul Félix dengan tangan kosongnya.
Tidak ada seorang pun yang berusaha menghentikan Duke, tidak ada yang berani—atau mereka terlalu takut untuk menghentikannya. Namun saat itu, ada satu orang yang berani menghentikannya.
Sebelum Wriothesley meninju Félix untuk kesekian kalinya, Clorinde menahan tangan sang Duke dalam diam. Menyadari hal itu, Wriothesley melirik dengan tatapan tajam ke arah Clorinde, "... kenapa kau menghentikanku, Clorinde?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
FanfictionAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...