Di kamar tidurnya yang luas, Alexandre mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali dengan tidak nyaman dan sesekali mengecek jam yang terletak di atas nakas samping kasurnya.
Perkataan Arlecchino mengenai "anak seorang pembunuh" melayang di dalam benaknya.
Setelah Ayahnya datang menjemputnya, Alexandre langsung dibawa kembali ke Benteng Meropide. Dari apa yang ia dengar, Ibunya langsung panik karena mengira Ayahnya sudah bertemu dengannya dan kembali bersama, tapi nyatanya tidak begitu.
Ayahnya kembali dalam keadaan seorang diri, terlebih dia tidak bertemu sekali pun dengannya. Jadi tadi Ibunya sempat ingin langsung lari ke Court of Fontaine dan mencarinya, namun Ayahnya menahannya dan menggantikan diri untuk mencarinya.
Oleh karena itulah, begitu dia sampai di Benteng Meropide, Ibunya langsung memeluknya dengan kuat dan berkata bahwa dia khawatir.
Kendati demikian di sisi lain, dia masih memikirkan kata-kata Arlecchino dan hendak menanyakannya, tapi saat itu ia hanya diam saja untuk menenangkan Ibunya.
Tapi... kenapa wanita itu bilang seperti itu? Dan lagi, pengelola Benteng Meropide yang sekarang? Apa dia sedang membicarakan Ayah?
Ibunya tidak pernah mengatakan apa pun soal itu, dia hanya tersenyum padanya dan menjawabnya dengan lembut acak kali Alexandre menanyakan seperti apa Ayahnya dulu.
Begitu pagi tiba, anak laki-laki itu hanya memasang ekspresi muram sambil memakan kudapannya di dalam kantor Duke.
"... Lex... Alex?"
"Huh?" Dia menoleh dengan lemah ke arah Ibunya.
"Kenapa lesuh begitu? Apa kau sakit?" Ibunya bertanya dengan muka khawatir sambil menyentuh pipinya.
Alexandre menatap Ibunya dengan lekat dan berpikir, apa kalau aku tanya Ibu akan menjelaskannya?
"Hm?"
"Ibu, wanita yang kutemui waktu itu, siapa dia?" tanya Alexandre akhirnya. "Nona Furina sampai takut untuk bicara dengannya."
"Ah... dia The Knave, Nona Arlecchino," jawab Ibunya. Dia terlihat serius. "Walaupun dia pemimpin yang hebat dan sangat bertanggung jawab dengan anak-anaknya, tapi dia sedikit... berbahaya."
"Berbahaya?"
"Alex tahu tentang para Fatui, 'kan? Mereka yang sering ditemui di sekitar Erinnyes dan sangat mencurigakan itu.
?" Sambil mengatakan itu, Ibunya meraih teko porselen di atas meja dan menuangkan isinya, lalu menambahkan dua keping gula, kemudian mengaduknya.Alexandre mengangguk. "Aku ingat. Ibu bilang harus tetap waspada pada mereka."
"Betul. Alex sangat pintar karena mengingatnya dengan baik." Ibunya merekahkan senyuman lebar di wajahnya. Lalu melanjutkan, "Nona Arlecchino itu, dia... pemimpin para Fatui dan sering disebut Fatui Harbinger."
"Begitu rupanya...."
Sejujurnya, ini bukan kali pertama Alexandre mendengar tentang para Fatui dan Fatui Harbinger. Setiap kali Ayah dan Ibunya membicarakan mereka di kantornya, ekspresi Ayah terlihat sangat buruk. Di waktu yang sama, dia terus-terusan meminta Ibunya untuk tidak keluar dari Benteng Meropide dan kembali bersama Ayahnya saat itu juga.
Apa Nona Arlecchino sekuat itu sampai membuat Ayah cemas?
"Alex, apa dia mengatakan sesuatu padamu?" tanya Ayahnya yang sedari tadi hanya mendengarkan setelah Ibunya menyuguhkan segelas teh kepadanya.
"Itu...." Alexandre termenung kembali, dia menatap riak pada gelas tehnya dalam diam. Tangan kecilnya bergerak dengan cemas.
Dia ingin menanyakan maksudnya pada Ibunya, tapi entah kenapa dia merasa takut untuk melakukannya. Dia bukan takut kalau Ibunya akan berbohong dan tidak menjawabnya, ia justru takut jika Ibunya menjawabnya, bagaimana pun kata-kata Arlecchino tempo hari jelas merujuk kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [21+] I'll Taming the Duke and Marry Him! | Wriothesley x Reader
FanfictionAda sebuah buku terkenal yang beredar di dunia atas dan bawah laut Fontaine. Ceritanya mengenai seorang Duke muda berambut hitam dengan mata kelabu pucat. Sangat familiar, bukan? Siapa pun akan menyadarinya siapa karakter yang dimaksud walaupun penu...