010

10 1 0
                                    




📖📖📖📖📖

10

' aku tidak tau sampai kapan rasa ini akan berhenti, namun yang aku tau semakin aku ingin menghentikannya semakin besar rasa sakit menginginkan mu itu ada di dalamnya'.

Lani sudah tiba di sekolah Jena perempuan berambut pirang itu menunggu Jena dengan bersandar di depan mobilnya, sambil memandangi setiap orang yang lewat di depannya.

Banyak orang yang berbisik bisik melihati lani yang bersender santai di mobilnya, mungkin karena dia memakai seragam sekolah yang berbeda dengan seragam mereka, ada juga beberapa orang yang terpesona akan kecantikan yang ia miliki sehingga membuat mata betah memandangnya berlama-lama.

Senyum gadis berambut pirang itu merekah kala melihat sang adik tercinta datang menghampirinya yang berlari layaknya anak kecil yang sudah di jemput oleh ayah dan ibunya .

" kakak udah lama nunggu " ucap gadis itu dengan senyuman.

" enggak, baru aja nyampek, yuk pulang " Jena mengangguk sebagai balasannya.

Mereka masuk kedalam mobil, lalu pergi untuk kembali pulang kerumah mereka, ketika di dalam mobil Jena teringat akan kertas yang beberapa hari lalu di berikan oleh kepala sekolah padanya, ia baru ingat jika kertas itu belum dia tunjukkan kepada papa dan mamanya, ketika sampai nanti Jena ingin langsung memberikan kertas itu kepada kedua orang tua nya.

Sesampainya di rumah Jena langsung berjalan menuju kamar nya untuk mengambil kertas itu di dalam laci kamarnya, ia ingin memberikan kertas itu kepada papa dan mama nya ia sudah menyakinkan dirinya untuk setuju pergi ke. Amerika Jena tidak peduli apa pun keputusan dari kedua orangtuanya nanti.

Sebenarnya Jena tidak mau pergi keluar negeri alasannya adalah juan, Jena ingin tetap disini di tempat di mana ia bisa bertemu dengan juan, tempat dimana ia bisa tersenyum karena mencintai, tempat dimana matanya dapat berbinar kala memandang, tempat dimana ia bisa mencintai seseorang, tapi semuanya tidaklah seperti keinginan nya, juan telah menyetujui untuk pergi ke London bulan lima nanti jika ia lulus dan harapan itupun akan menghilang terbawa angin.

Mau tidak mau Jena harus setuju pergi ke Amerika melanjutkan sekolahnya di sana, mencapai cita-cita nya yang dari kecil sangat ingin ia gapai, cewek berambut hitam itu tersenyum jika di tanya terpaksa Jena hanya akan mengatakan, apakah perlu aku menjawab pertanyaan itu?.

" ma, pa " panggil Jena membuat keduanya menoleh pada Jena yang sudah berdiri tepat di samping mereka.

" ya sayang " ucap mamanya lembut.

" Jena dapat undangan dari sekolah "

" undangan apa, pernikahan? " tanya papanya bercanda

" bukan pa, ini tu undangan dari Universitas luar negeri"

" apa??! " mereka kaget mendengar nya dengan gerakan cepat papanya langsung mengambil kertas itu lalu membaca isi kertas itu dengan perlahan.

" kuliah nya gratis pa, ma, Jena terpilih karena nilai Jena yang paling bagus dari jurusan tata busana dan di sana juga Jena udah di jamin bakalan jadi desainer, mereka yang akan mengatur semuanya Jena hanya perlu mempertahankan nilai agar tetap menjadi nomor satu, kalau misalnya papa sama mama gak bolehin Jena kuliah "

" mau "

" ah?!! "

" mama setuju kalau kamu kuliah di luar negeri bukanya dari dulu ini cita-cita kamu kuliah di salah satu universitas terbaik di Amerika, bukanya kamu mau jadi desainer terkenal kayak alexander morlqeun idola kamu itu " ucap mamanya sambil mengingat kata-kata Jena ketika kecil dimana dirinya ingin menjadi desainer terkenal seperti alexander morquen seorang desainer ternama ,yang dimana namanya telah terkenal di seluruh dunia.

Papanya menatap kearah Jena, dapat ia rasakan kebimbang dalam wajah Jena ia tau jika Jena belum menentukan ingin pergi atau tidak.

" kalau kamu setuju papa juga setuju, itu semua menurut kenyamanan kamu sayang kalau kamu gak mau jangan di paksa " ucap papanya lembut.

Jena menghela nafasnya lembut dia senang karena melihat wajah kedua orang tuanya yang bangga padanya, Jena tidak mau menghancurkan kebahagiaan itu, Jena tidak mau mengubah senyuman itu menjadi kesedihan, lebih baik dia mengorbankan kan cintanya dari pada harus membuat kedua orang tuanya bersedih Jena sangat tidak mau jika itu terjadi ia akan selalu menomor satukan keluarga dalam hidupnya.

" aku setuju kok pa, kan itu cita-cita Jena dari kecil mau jadi desainer, Jena suka buat baju, biar nanti kalau kak lani nikah yang buat gaun pernikahan nya itu Jena, biar Jena buat yang cantik " canda nya sambil tertawa dengan kedua orang tuanya.

***

Jena menatapi kertas undangan itu, dimana undangan itu sudah di tandatangani oleh papanya beberapa jam yang lalu, Jena tersenyum , mengingat jika ini menandakan Jena akan pergi ke Amerika melanjutkan sekolahnya di sana.

Jena berharap ini adalah keputusan yang tepat untuk masa depannya nanti, jika memang ia berjodoh dengan juan ia pasti akan bertemu lagi dengan nya.

Menjadi desainer itu memanglah mimpi Jena, namun keinginan nya bukanlah itu melainkan sesuatu yang lain yang tak bisa ia dapatkan.

˙Maaf˙  ⟬karena Aku Terlalu Mencintaimu ⟭   Tamat   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang