032

3 1 0
                                    




📖📖📖📖📖

32

" kita makan di sini aja ya gak papa kan? " tanya Jena ketika mengajak ravin makan di pinggir jalan. " ini tu langganan aku sama kak lani makanan nya enak kok " ravin tersenyum mendengar nya

" kamu ngejek aku? " tanya Jena tidak suka karena ravin tersenyum.

" aku gak ada ngejek kamu "

" itu kamu senyum, senyum apa itu? " tanya Jena menyipitkan matanya menatap ravin.

" iya senyum biasa, emang nya senyum beda-beda? " tanya ravin dengan polos Karena tidak tau jika senyumannya akan berdampak seperti ini .

" kamu gak mau kan makan disini ?"

" aku gak ada bilang gitu jen "

" dari senyuman kamu aku udah tau udah nampak kalau kamu itu jijik makan disini kan?" ucap Jena kesal memalingkan wajah nya ke arah lain dia tidak mau menatap wajah ravin, dia kesal karena merasa jika ravin tidak suka makan di pinggir jalan .

" yaudah kita pesan makanannya aja " ucap ravin tidak mau memperpanjang masalah mereka, entah apa yang sudah merasuki Jena tidak biasanya Jena bersikap seperti sekarang kepadanya membuat ravin menjadi takut menghadapi nya.

Setelah selesai makan mereka berdua pergi dari tempat itu menuju pantai, Jena terkejut karena dia tidak tau jika ravin akan membawanya ke pantai yang indah seperti yang ia lihat sekarang.

Matanya tak dapat berkedip ketika melihat indahnya ombak pada pantai itu, serta burung-burung kecil yang berterbangan sambil berkicau kicau di atas langit sore .

Jena benar-benar terpesona dengan suasana pantai yang mereka datangi.

" aku suka pantai ini, aku sering datang ke sini " ucap ravin menikmati angin pantai yang sejuk.

" sama siapa, kok aku baru tau? " tanya Jena karena ravin baru sekarang membawanya ke pantai ini sedangkan calon suaminya itu bilang kalau dia sering datang ke pantai tersebut.

" aku datang sendiri kesini ,lagi pula udah lama Jen tiga tahun yang lalu, kan kita belum mau nikah masih sahabatan, sekarang aku datangnya sama kamu " ucap ravin sambil tersenyum.

Ravin mengarahkan tubuh Jena untuk menghadap ke arahnya, mereka saling menatap satu sama lain, ravin begitu bahagia karena keinginannya untuk menjadi milik Jena akhirnya tercapai dia merasa beruntung akan takdir hidupnya.

Sejak pertama kali bertemu dengan Jena ravin sudah jatuh cinta namun Jena sama sekali belum mencintai dirinya, bertahun-tahun dia bersabar dan akhirnya ia mendapatkan Jena.

" aku bersyukur karena sekarang kamu udah mau buka hati kamu untuk aku jen, makasih udah kasih aku kesempatan untuk itu, aku gak akan sia-siakan kesempatan untuk hidup selamanya sama kamu , aku akan jaga kamu sampai maut yang memisahkan kita" ucap ravin tulus dari hatinya.

" makasih juga udah mau nunggu sampai aku bisa lupain masa lalu aku vin, udah mau tetap di samping aku menjalani sedih senang bersama aku, aku bersyukur milih kamu untuk jadi teman hidup aku, makasih ya vin " ucap Jena memeluk tubuh ravin lembut.

Jena melepaskan pelukannya dari ravin di pandangnya wajah ravin ia tidak pernah bosan memandang wajah itu.

" aku mau kasih kamu hadiah, tutup mata sekarang " pintah Jena

" hadiah apa? " tanya ravin penasaran .

" makanya tutup dulu matanya nantikan kamu tau juga " ucap Jena memaksa ravin menutup matanya.

Mau tidak mau ravin pun menutup matanya walaupun sebenarnya ia sangat penasaran dengan hadiah yang dimaksud Jena.

Satu detik, dua detik tiga detik Jena bahkan tidak mengatakan apa-apa membuat ravin semakin penasaran.

" Jena kamu lagi " ucapan itu terpotong kala Jena mengecup singkat bibirnya.

Kedua matanya langsung terbuka menatap Jena dengan tatapan tidak percaya jika Jena akan menciumnya.

Ravin terkekeh saat melihat wajah merah Jena yang malu, ditariknya tubuh jena mendekat padanya lalu mereka kembali saling mengecup satu sama lain, mereka tidak mempedulikan keadaan hanya ingin merasakan sebuah cinta yang selama ini di dambakan .

˙Maaf˙  ⟬karena Aku Terlalu Mencintaimu ⟭   Tamat   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang