29

1 1 0
                                    




📖📖📖📖📖

29

Kedua orang tua Jena kembali ke rumah setelah menjemput bayi kecil itu dari rumah sakit.

Jena yang melihat bayi itu bergerak-gerak di dalam box kecil tempat tidurnya, merasa gemas dan langsung mencubit pipi gadis itu pelan.

" kenapa badannya kecil ma? " tanya Jena menoleh pada mamanya yang duduk di depannya.

" kan dia masih tujuh bulan, dia mirip lani waktu kecil dulu" ucap mamanya sambil memakaikan kaos kaki kecil pada bayi itu.

' mirip lani?, bahkan rambutnya pun berwarna pirang ' batin Jena masih betah memandangi gadis kecil itu.

" nama nya siapa ma? " tanya Jena penasaran.

" kamu mau kasih nama? " Jena terkejut mendengar nya.

" emang boleh? " tanya Jena girang jika saja mamanya benar-benar memberikan dirinya kesempatan untuk memberi nama pada anak lani itu.

" boleh lah kamu kan tantenya " ucap mama nya sambil senyum. " iya kan manis" ucapnya pada bayi itu yang masih menutup matanya.

" bukannya seharus nya yang kasih nama itu papanya ma " mendengar kalimat Jena, mamanya melayangkan pandangannya pada Jena.

" betul seharusnya yang kasih nama itu memang papanya, tapikan kamu tau kan bima masih sedih, bahkan dia belum keluar dari kamar nya sejak dari tadi, kamu tenang aja bima gak akan marah kalau kamu yang kasih nama " ucap maya memandang Jena dengan senyuman nya.

Jena terdiam sejenak,memikirkan nama yang bagus untuk bayi di depannya.

Maya memperhatikan wajah Jena yang begitu keras berfikir nama yang cocok untuk cucu nya itu.

Tangan seorang ibu itu terangkat ke udara mengelus lembut surai hitam milik Jena lalu tersenyum dengan air mata nya yang sudah terjatuh kepipinya kala ia memandang lani di depannya bukan Jena.

Jena yang mendapatkan helusan lembut dari tangan mamanya memandang wajah sedih serta mata mamanya yang sudah berair membasahi pipinya.

" ma" ucapnya menggenggam tangan mamanya dengan erat.

" mama rindu lani jen " ucap mamanya lalu menangis histeri.

Dengan sigap Jena langsung memeluk erat tubuh mamanya itu, ia pun merasakan hal yang sama seperti yang di rasakan oleh mamanya, dia juga rindu dengan lani bahkan sangat merindukan wanita berambut pirang itu.

Lama berpelukan maya kembali memandang Jena ada rasa takut di hatinya jika Jena akan meninggalkan dirinya seperti lani yang sudah pergi dari dunia ini.

" jangan pernah tinggalin mama ya " ucap mamanya dengan nada suaranya yang bergetar.

Jena menganggukkan kepalanya " aku gak akan pernah tinggalin mama " ucapnya berjanji dengan tulus, mendengar itu hati maya terasa lega ia yakin jika Jena tidak akan pernah meninggalkan dirinya, ia pun mengusap lembut pipi gadisnya itu lalu kembali memandang Jena.

" kamu mau ngasih nama, atau mama aja yang kasih nama "

" Jena aja " ucapnya cepat. " kita kasih nama kakak aja ya ma " saran Jena.

" loh gak boleh sayang, namanya harus ada campuran mama dan papa nya "

" campuran mama dan papanya emang harus gitu ya ma? , campuran lani dan juan, juan dan lani " Jena berfikir keras nama apa yang cocok untuk keponakan nya itu.
" gimana kalau juanivalanika ma " ucapnya dengan girang karena telah menemukan nama yang bagus menurut nya.

Mamanya tertawa kecil mendengar nama itu.

" kok mama ketawa? " tanya Jena heran.

" emang itu pantas jadi nama, coba deh kamu bayangin kalau dia di kasih nama itu, itu nama yang aneh Jena" ucap mamanya membuat jena tersenyum malu mendengar nya sambil menggaruk kepalanya walaupun sebenarnya tidak gatal.

" kalau gitu, Linantika putri pratama " ucap Jena bertepatan juan yang keluar dari kamar nya dan mendengar Jena menyebutkan nama itu.

" linantika putri pratama?" tanya mamanya masih berfikir menurut nya nama itu tidak terlalu buruk bahkan ada gabungan antara nama lani dan juan di nama itu.

" nama itu bagus , cocok untuk lina " ucap juan membuat Jena serta mamanya menoleh padanya.

" bim, kamu gak papa?" Tanya mamanya khawatir akan ke adaan juan.

" aku gak papa ma, boleh aku gendong lina ma"

" boleh sayang tapi pelan-pelan ya badannya masih lemah " ucap mamanya memberikan lina pada juan.

Juan terlihat sangat tidak baik-baik saja, matanya memerah dan bengkak, rambutnya berantakan serta raut wajahnya yang tidak seperti biasa.

Juan mencium anaknya itu dan tanpa ia sadari air mata nya terjatuh mengenai tangan mungil lina yang masih betah menutup matanya.

Juan pun langsung mengusapnya dengan lembut, maya yang melihat itu mengelus-elus badan Juan berusaha menenangkan menantunya itu yang masih terpuruk dalam kesedihannya.

Juan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pada mertuanya seakan mengatakan jika ia baik-baik saja.

Jena hanya bisa melihat semua kejadian itu di depannya, hatinya masih merasa bersalah akan kepergian lani.

Ia masih menganggap dirinya lah yang sudah membuat lani meninggalkan dunia ini.

' maaf karena ini semua terjadi karena aku , andai saja cinta itu tak pernah datang mungkin ini tidak akan pernah terjadi, maaf Juan maaf kan aku . '

˙Maaf˙  ⟬karena Aku Terlalu Mencintaimu ⟭   Tamat   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang