⚜️⚜️⚜️SEJAK pengakuan Nicholas kemarin, Anastasia menjadi lebih sering diam. Nicholas tidak tahu apakah ia sudah dimaafkan atau belum, karena setelah pengakuannya, Anastasia tertidur dalam pelukannya. Ia terlalu lelah menangis. Bahkan, tidurnya tidak terganggu ketika Nicholas menggendongnya ke dalam kamar untuk beristirahat di atas kasur.
Hari ini setelah bangun pagi, Anastasia masih diam. Semalaman Nicholas tidak bisa tidur, suntuk memikirkan semuanya. Tapi, ia juga tidak berniat untuk memaksa istrinya berbicara dengannya jika Anastasia tidak ingin.
"Mau kemana, Stasia?" tanya Nicholas saat melihat Anastasia merias wajah di depan cermin.
Tanpa melepas pandangannya, Anastasia melihat Nicholas dari pantulan cermin. "Ke Kuil Agung," jawabanya. Anastasia yakin bahwa hanya dengan berdoa ia bisa menemukan ketenangan hatinya.
"Aku antar," kata Nicholas sambil meraih mantelnya dari samping lemari tinggi kayu.
"Tidak perlu. Kau banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Aku pergi dengan Irene dan para pengawal saja." tolak Anastasia. Ia sedang tidak ingin berada dalam situasi berduaan dengan Nicholas.
"Aku tidak sedang sibuk. Biar aku yang antar." Nicholas sejujurnya sedikit takut. Bayang-bayang Anastasia akan kabur untuk meninggalkannya sungguh menganggu pikiran.
Anastasia menghela napas, tidak punya tenaga untuk terus mendebat Nicholas. Ia membiarkan saja apapun itu asal Nicholas tidak mengusiknya.
Rasanya sangat canggung ketika mereka berdua duduk di atas Ochiro—kuda kesayangan Nicholas. Anastasia duduk di depan Nicholas, dipeluk erat olehnya agar tidak jatuh. Nicholas sengaja memacu kudanya dengan cepat, membuat Anastasia tidak punya pillihan selain membiarkan dirinya dipeluk pria itu. Nicholas juga memutuskan untuk tidak mengizinkan para pengawal ikut serta menjaga mereka. Ia hanya ingin mereka berdua saja saat ini, meskipun Anastasia sendiri tampak enggan untuk keinginannya itu.
Sesampainya di depan kuil agung, Nicholas dengan hati-hati menuntun Anastasia turun dari kudanya, kemudian mengikat tali kuda tersebut di tempat yang sudah disediakan.
"Kau akan ikut masuk?" tanya Anastasia.
Nicholas menggeleng. "Tidak, kau saja. Aku akan menunggu di luar."
Anastasia mengangguk.
Nicholas bukanlah pengunjung setia kuil seperti Anastasia. Baginya, berdoa di sana tidak memberikan dampak langsung yang bisa dirasakan. Meskipun banyak yang meyakini bahwa kuil adalah tempat untuk menemukan kedamaian dan penyelesaian masalah, Nicholas tidak merasakan hal itu ketika ia mencobanya. Bagi Nicholas, itu hanya sebuah rutinitas tanpa makna yang nyata.
Nicholas duduk di tangga kayu ukiran di depan teras kuil, memainkan dua bunga rumput liar. Ia pikir Anastasia akan cepat menyelesaikan doanya di dalam, tetapi sudah hampir sejam berlalu dan Anastasia masih juga belum keluar. Mengapa selama itu? Apa Anastasia sedang berdoa dari satu ujung ke ujung lain negeri ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying A Prince ✔️
FantasyPangeran Nicholas Veer Ralph, putra bungsu dari Raja Luther pemimpin Kerajaan Tharvis, terkenal sebagai seorang yang angkuh, pemarah, dan pemberontak. Bahkan reputasinya sebagai seorang pemain wanita telah tersebar luas di seluruh negeri. Sikapnya y...