40 | Le Trésor

1.9K 111 8
                                    

⚜️⚜️⚜️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



⚜️⚜️⚜️

MALAM itu, perjalanan rombongan kereta kuda Nicholas melalui hutan terasa tegang dan penuh kesedihan. Roda kereta berderak pelan di atas jalan setapak berbatu. Suasana begitu gelap, hanya terdengar gemericik air sungai di tepi hutan dan derak dedaunan kering yang terinjak oleh kaki-kaki kuda.

Mereka memilih jalan pintas yang jarang dilalui untuk menghindari para penyusup yang berpihak pada Klan Arvaz. Anastasia berdoa dalam hati agar mereka tidak menemui hambatan, karena biasanya jalan pintas ini dipenuhi kendala akibat hewan-hewan buas. Namun, ia berharap Yang Maha Suci berpihak kepada mereka, sehingga mereka dapat tiba di istana dengan selamat.

Anastasia menoleh kepada Nicholas yang termenung menatap keluar jendela. Ia tahu bahwa Nicholas sedang memikirkan banyak hal. Kematian Ramond masih sangat mengagetkan bagi mereka, terutama bagi Nicholas. Sejak meletakkan bunga putih di atas makam Ramond dan meninggalkan Kastil Swindon, Nicholas hanya diam dengan tatapan kosong.

"Nich," panggil Anastasia sembari mengeratkan genggamannya pada jemari Nicholas.

Nicholas menoleh dengan ekspresi sendu, kelopak matanya terlihat sangat lelah dan sayu.

"Kau sebaiknya tidur, Nich. Kau butuh istirahat. Kau sudah cukup lelah berperang. Aku mengkhawatirkan kesehatanmu," ucap Anastasia sambil membelai wajah Nicholas. Sentuhan lembut itu membuat Nicholas menjatuhkan wajahnya di atas telapak tangan sang istri.

Nicholas memejamkan matanya sejenak, kemudian membukanya untuk menatap mata Anastasia. "Aku gagal," katanya dengan suara parau. "Rakyatku membutuhkanku, tetapi aku gagal memerangi Klan Arvaz. Aku bahkan gagal menjadi sahabat yang baik bagi Ramond. Dia meninggal karena aku," tambahnya dengan mata berkaca-kaca. Setiap kali ia menarik napas panjang, ia merasakan sakit yang menusuk di dadanya, seolah-olah setiap hembusan napasnya adalah pengingat betapa ia merasa bertanggung jawab atas kematian Ramond.

Anastasia merasa sedih melihat suaminya dalam keadaan seperti itu. Ia menghapus air mata yang membasahi pipi Nicholas dan memeluknya erat. "Tidak, Bubu. Kau bukanlah penyebab kematian Ramond. Kau telah melakukan yang terbaik, dan aku bangga padamu."

"Tapi, Anastasia. Semua ini terjadi karena ulahku dan keputusan-keputusanku," kata Nicholas dengan suara bergetar, menangis hebat di bahu Anastasia.

Anastasia mengeratkan tubuhnya lebih erat pada Nicholas. "Tidak ada seorang pun yang bisa mengendalikan nasib, Nich. Kita hanya bisa melakukan yang terbaik dalam situasi yang kita hadapi. Kau telah berjuang dan melindungi orang-orang yang kau cintai. Jangan biarkan perasaan seperti ini menghancurkanmu."

Nicholas menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. "Aku hanya ingin membawa kedamaian bagi rakyatku dan menghancurkan kekuatan jahat Klan Arvaz. Tapi mengapa harganya begitu mahal? Mengapa aku harus sampai merelakan Ramond?"

Anastasia mengelus lengan Nicholas dengan lembut. "Dan kau telah melakukannya, Nich. Walaupun tidak semuanya berjalan sesuai harapan, kau telah memberikan harapan bagi rakyatmu. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Jangan mempertanyakan sesuatu yang sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Suci. Kehidupan dan kematian adalah bagian dari perjalanan kita di dunia."

Marrying A Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang