25 | Para Perampok

2.6K 168 2
                                    

⚜️⚜️⚜️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚜️⚜️⚜️

PARA pengawal dengan sigap membantu memasukkan makanan-makanan yang dibeli Anastasia dan Nicholas ke dalam kereta. Di antaranya ada roti panggang, apel, melon, keju, dan ikan segar untuk dipanggang. Semua itu merupakan pilihan Anastasia yang telah disetujui oleh Nicholas. Irene juga turut memberikan masukan mengenai makanan dan rempah-rempah apa yang mereka butuhkan selama perjalanan beberapa hari ke depan.

"Masuklah terlebih dahulu ke dalam kereta," kata Nicholas sambil mengarahkan Anastasia untuk memasuki kereta kuda lebih dulu, sementara ia sendiri tetap mengawasi para pengawal yang sibuk memasukkan barang-barang belanjaan.

Anastasia mengangguk dan berjalan menjauh dari Nicholas. Namun, tiba-tiba sekelompok perampok muncul dari kerumunan orang, wajah mereka tertutupi dengan syal hitam. Mereka sudah sedari tadi mengincar Anastasia. Dengan cepat, para perampok itu mendekati Anastasia yang berdiri di dekat kereta kuda, dan salah satu dari mereka dengan kasar meraih kalung yang tergantung di leher perempuan itu—kalung yang diberikan oleh Raja Luther pada hari pernikahannya dan Nicholas.

SREG!

Para pengawal lengah karena kesibukan mereka mengangkat makanan. Anastasia berteriak histeris dan kesakitan. "TOLONG!" Ia berusaha menarik tangan perampok tersebut.

Namun, sungguh tak terduga. Dengan kejam, perampok itu menendang perut Anastasia, membuatnya terjatuh. Mereka segera melarikan diri menjauh dari kerumunan pengawal dan orang-orang.

Nicholas, yang mendengar jeritan istrinya, segera menoleh. Matanya melebar dengan tatapan tajam. Dengan cepat, ia berlari mendekati Anastasia yang terduduk di tanah. Sementara para pengawal langsung mengejar perampok biadab itu.

"Anastasia... Kau baik-baik saja?" tanya Nicholas panik, berjongkok di samping Anastasia sambil memeluknya.

"Nich... Kalungku..." Anastasia menangis sambil memegangi perutnya.

Melihat air mata yang jatuh di pipi istrinya, Nicholas mengerang marah, mengepalkan tangannya dengan kuat. "Jangan khawatir, Stasia. Para pengawalku sudah mengejarnya. Perut dan lehermuterasa sakit? Aku lihat lehermu memerah."

Anastasia mengangguk lemah. "Perampok itu menendangku dengan sangat keras. Leher dan perutku terasa perih."

Mendengar itu, kepala Nicholas rasanya mendidih. Suara kertakan giginya terdengar nyaring. Ia benar-benar marah. Lihat saja apa yang akan ia lakukan pada orang-orang itu!

"Tuanku Pangeran," seru seorang penduduk setempat, diiringi beberapa pengawal Nicholas.

Nicholas menoleh dengan wajah yang bengis. Ia tidak bisa bersikap ramah saat ini. "Ada apa?" tanyanya dengan tajam.

Orang itu menelan ludah, merasa gentar meskipun maksudnya baik. "Maaf, Tuanku. Di sana ada pondok kayu milik ku. Tuanku Pangeran dan Tuanku Putri bisa menggunakannya untuk beristirahat sejenak. Karena di sini semakin ramai orang berkerumun dan suasana sangat tidak kondusif."

Marrying A Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang