44 | Bukan Aku

2.1K 130 14
                                    

⚜️⚜️⚜️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚜️⚜️⚜️

"Salam hormat, Tuanku," ucap seorang pengawal, muncul di hadapan Nicholas, membuat Sang Pangeran menoleh.

"Apa yang terjadi?" tanya Nicholas.

"Seorang wanita ingin bertemu dengan Tuanku di depan gerbang istana. Tapi, wanita itu menolak untuk memberitahu namanya. Dia juga menolak untuk bertemu di ruang pertemuan. Dia memilih untuk menunggu Tuanku di depan gerbang istana."

Nicholas mengernyit. "Aku sedang sibuk. Katakan padanya bahwa aku tidak bisa bertemu."

"Mohon maaf, Tuanku. Tapi, wanita itu mengatakan bahwa ini sangat penting dan berkaitan dengan Putri Anastasia."

Mendengar nama istrinya disebut membuat Nicholas penasaran dan gelisah. Siapa wanita itu, dan apa maksudnya?

"Aku akan segera ke sana. Kau bisa pergi terlebih dahulu," ucap Nicholas.

Pengawal itu membungkuk sebagai tanda hormat sebelum meninggalkan ruangan. Sementara itu, Nicholas mendekat ke jendela untuk memeriksa situasi di depan gerbang istana. Ia merasa khawatir bahwa wanita tersebut mungkin merupakan utusan dari Klan Arvaz yang ingin menyerangnya, sehingga ia harus meningkatkan kewaspadaannya.

Nicholas melangkah tegap menuju gerbang istana. Saat ia semakin mendekat, tampaklah seorang wanita berjubah gelap berdiri dengan kepala sedikit tertunduk. Siapakah wanita ini sebenarnya? Kemarin, Nicholas melihatnya di kedai minuman, namun tidak mengenalinya. Wanita itu juga yang menimbulkan ketakutan pada Anastasia dengan menyebut dirinya malapetaka. Apa motif di balik semua ini?

"Siapa kau?" tanya Nicholas begitu ia berdiri di depan wanita itu. Namun, tidak ada tanda-tanda yang memungkinkannya mengenali wanita itu.

"Aku mau berbicara padamu empat mata," kata wanita itu, suaranya asing bagi Nicholas.

Meskipun ragu, Nicholas memutuskan untuk memberi kesempatan kepada wanita misterius tersebut. Ia memerintahkan pengawalnya untuk menjauh.

Wanita itu berjalan ke arah hutan yang lebat, dan Nicholas mengikuti dengan hati-hati. "Siapa kau sebenarnya? Aku tidak memiliki banyak waktu untuk hal yang tidak penting!" tanyanya tegas.

Langkah wanita itu terhenti, disusul tawa kecil yang meluncur dari bibirnya saat ia memalingkan wajahnya untuk menatap Nicholas yang tengah menebak. Dengan gerakan perlahan, jubah yang melingkari tubuhnya terbuka, mengungkapkan sosoknya yang terselimuti dalam gaun sutra mewah, khas dari kalangan bangsawan kerajaan, namun terlihat usang dan kusam. Perutnya yang membesar menandakan kehamilannya.

Nicholas mengernyitkan keningnya, tampak benar-benar tidak mengenali wanita itu.

"Hai, Nicholas," sapa wanita itu sambil menyeringai tipis.

"Maaf, tapi aku tidak mengenalmu," balas Nicholas dengan jujur.

Wanita itu tertawa dengan nada licik. "Tentu saja, kau tidak akan mengenaliku," ujarnya. "Seandainya waktu itu kau tidak berlaku seperti anak kecil yang melarikan diri dari tanggung jawabmu untuk menikah denganku, mungkin kau mengenalku, dan barangkali segala sesuatunya tak akan berujung seperti ini."

Marrying A Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang