PAGI itu, sebelum matahari terik, Nicholas sudah mengumpulkan para pengawalnya di halaman belakang penginapan. Dengan tangan yang tersimpan di balik punggungnya, ia berdiri tegak di depan mereka. Tatapan tajamnya membuat para pengawal merasa gemetar. Mereka tidak tahu mengapa Nicholas membariskan mereka sepagi ini.Sementara itu, Anastasia masih berada di dalam kamar bersama Irene, mereka sibuk menyelesaikan persiapan sebelum turun untuk sarapan. Anastasia tidak tahu apa yang sedang dilakukan Nicholas. Ia mengira suaminya menunggu mereka di ruang makan yang telah disewa.
"Kepala pengawal, datang ke mari!" perintah Nicholas, dengan suara yang tegas dan lantang.
"Siap!" Sang kepala pengawal segera melangkah maju dari barisan utama, mendekati Nicholas, lalu berdiri di sampingnya.
"Kalian tahu? Aku masih merasa marah atas insiden yang mengancam keselamatan istriku kemarin," ujar Nicholas dengan nada yang tenang namun penuh dengan kekesalan. Langkahnya lambat-lambat membawa dirinya mendekati barisan pengawal, matanya menatap tajam ke arah setiap mereka di hadapannya, membuat para pengawal sedikit terkejut. Mereka mengira setelah para perampok itu dihukum mati, segala persoalan akan selesai.
"Kalian berjumlah banyak, namun tidak ada satupun yang mampu menjaga keselamatan istriku dengan baik! Sungguh bodoh!" bentak Nicholas, suaranya meninggi dan penuh dengan ketidaksenangan. Para pengawal itu merasa takut, menyadari bahwa situasi tidak berada dalam keadaan yang baik.
Nicholas kembali ke posisinya berdiri. "Kepala pengawal, kau pun juga tak mampu mengatur bawahanmu. Sekarang, laksanakan perintahku! Tampar mereka satu per satu dengan keras! Pastikan bibir mereka koyak!" perintahnya tegas.
Kepala pengawal terkejut. "T-tapi, Tuanku..." ia terbata-bata, wajahnya pucat.
"Sekarang, pilihlah: apa aku harus memenggalmu, atau kau melakukan apa yang aku katakan dengan menampar mereka?!" Nicholas menyampaikan ultimatum dengan suara yang dingin dan tegas, tidak memberi ruang untuk penolakan.
Kepala pengawal merasa terjepit dalam pilihan yang sulit. Ia merasa iba pada anak buahnya yang pasrah di hadapannya. Tanpa kehadiran Anastasia sebagai penyelamat, ia tidak memiliki pilihan lain. Dengan berat hati, kepala pengawal menuruti perintah Nicholas, memberikan tamparan yang keras satu per satu pada bawahannya. Nicholas menyaksikan dengan ekspresi seringaian tipis.
Agast, Ramond, dan Eknath berdiri beberapa langkah di belakang Nicholas, menyaksikan kejadian itu. Mereka sudah terbiasa dengan kekejaman Nicholas ketika menjatuhkan hukuman. Meskipun bukan hal baru, mereka sebenarnya berharap bahwa Nicholas tidak akan sekejam itu lagi setelah menikah. Namun ternyata, harapan itu pupus. Tanpa kehadiran Anastasia di sisinya, Nicholas kembali menjadi sosok yang kejam.
PLAK!
PLAK!
Nicholas memberikan dua tamparan keras pada pipi kepala pengawal setelah ia mengeksekusi hukuman pada bawahannya. Adil. Semua harus dapat hukuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying A Prince ✔️
FantasyPangeran Nicholas Veer Ralph, putra bungsu dari Raja Luther pemimpin Kerajaan Tharvis, terkenal sebagai seorang yang angkuh, pemarah, dan pemberontak. Bahkan reputasinya sebagai seorang pemain wanita telah tersebar luas di seluruh negeri. Sikapnya y...