⚜️⚜️⚜️NICHOLAS duduk termenung di taman belakang kastil, ditemani beberapa botol anggur yang mulai memabukkannya. Isi di kepalanya terasa berat, darah mengalir dari hidungnya ke bibir secara perlahan. Rasa lelah merayapi tubuhnya, menghendakinya untuk beristirahat. Sejak kemarin hingga hari ini, ia terus dilanda stres yang tak berujung.
Tiba-tiba, ketika menyesap anggurnya, Nicholas mendengar keributan memekak dari arah depan kastil. Dengan sedikit tenaganya yang tersisa, ia bangkit untuk mencari tahu.
"Tuanku... Tuanku..." Seru seorang pengawal dengan wajah penuh ketakutan.
"Ada apa? Mengapa kau terlihat begitu takut?" tanya Nicholas, bingung.
"Tuanku, di depan kastil ada Klan Arvaz yang menyerang. Pasukan mereka cukup banyak. Mereka melempari kastil dengan batu-batu besar dan memiliki pemanah yang mematikan. Beberapa dari mereka bahkan berhasil memanjat tembok untuk masuk ke dalam kastil ini."
"Hah?!" Nicholas terkejut. Ia segera berusaha kembali bangkit dari duduknya dan mendorong pengawal itu untuk berlari ke dalam kastil.
Ternyata benar adanya. Di dalam, suasana sudah kacau balau. Orang-orang berhamburan mencari tempat berlindung. Suasana itu membuat Nicholas merasa cemas dan panik. Ia segera menuju jendela untuk memeriksa situasi di halaman kastil. Di sana, prajuritnya terlihat berusaha keras untuk menahan serangan dari segala arah. Pasukan pemanah miliknya telah menduduki menara dan siap menyerang dengan busur untuk membalas tembakan dari Klan Arvaz.
Teriakan dan suara dentuman menggema di malam yang sunyi. Klan Arvaz dengan ganas merobohkan gerbang besi kokoh Kastil Swindon dan berhasil masuk ke halaman. Melihat itu, kepala Nicholas semakin berat, darah dari hidungnya semakin deras mengalir.
"Anastasia," bisiknya dengan suara lirih. Tatapan matanya buram, mungkin karena efek mabuk atau karena darah yang terus mengalir terus dari hidungnya. Dengan susah payah, ia berusaha berlari menuju kamar mereka. Namun sayang, Anastasia tidak ia temukan di sana, membuat kekahwatirannya semakin memuncak. Ia takut terjadi sesuatu pada Anastasia.
"Stasiaaaa..." teriaknya sekuat tenaga, menarik baju dari salah satu pengurus kastil yang berlari-larian di sekitarnya. "Di mana istriku?"
"M-maafkan, Tuanku. Hamba tidak melihat Putri Anastasia," balas pengurus dengan gemetar.
Nicholas merasa kebingungan. Marah, kesal, takut, panik, dan sedih bercampur aduk dalam pikirannya. Di mana Anastasia? Seharusnya ia berada di kamar. Mengapa tidak ada di sana?
Dengan langkah yang terhuyung-huyung, Nicholas menyusuri tempat-tempat yang biasa dikunjungi Anastasia di kastil besar itu. Tubuhnya hampir tak mampu lagi bertahan, nyaris jatuh karena lemas yang dirasakannya.
CLING!
Sebuah anak panah menancap pada dinding kastil. Anastasia segera merunduk untuk menghindari panah-panah yang hampir mengenainya. Penyerangan yang dilakukan Klan Arvaz membuatnya panik, langsung berlari mencari Nicholas ke ruangannya, tapi tidak menemukan suaminya itu ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying A Prince ✔️
FantasyPangeran Nicholas Veer Ralph, putra bungsu dari Raja Luther pemimpin Kerajaan Tharvis, terkenal sebagai seorang yang angkuh, pemarah, dan pemberontak. Bahkan reputasinya sebagai seorang pemain wanita telah tersebar luas di seluruh negeri. Sikapnya y...