⚜️⚜️⚜️NICHOLAS tampak tak terkendali. Ia mengacak-acak isi kuil agung dengan amarah dan isak tangis yang memilukan. Semua peralatan keagamaan hancur berkeping-keping. Pendeta Agung berusaha sekuat tenaga menenangkan Nicholas, turut merasa sedih dengan pergumulan yang diteriakkan Sang Pangeran berulang kali.
"Tuanku Pangeran, tenanglah," kata Pendeta Agung dengan suara lirih.
"Kenapa Tuhan? Kenapa?! Apa aku tidak pantas bahagia? Dulu, dua kali Engkau patahkan hatiku karena gagal menikah, sekarang aku harus menerima fakta bahwa aku mandul. Kenapa?! Kenapa aku tidak bisa merasakan kebahagiaan?! Kenapa aku harus hidup kalau Engkau selalu menghukumku seperti ini? Apa salahku?! Engkau tidak adil!" pekik Nicholas dengan keputusasaan yang mendalam. Ia merusak altar dan semua benda yang ditemukannya di sana.
"Tuanku Pangeran, saya sangat memahami rasa sakit yang Anda rasakan saat ini," kata Pendeta Agung dengan lembut. "Tapi, Yang Maha Suci memiliki rencana-Nya sendiri untuk setiap orang. Mungkin ada alasan mengapa ini harus terjadi. Kita tidak pernah tahu apa hal baik yang sedang dipersiapkan-Nya untuk kita."
Air mata masih mengalir deras di pipi Nicholas sementara ia terus bergumam, "Tapi apa gunanya semua ini? Apa makna hidupku jika aku tidak bisa melanjutkan garis keturunan keluarga? Apa artinya aku hidup jika aku tidak bisa merasakan kebahagiaan sebagai seorang ayah? Aku tidak bisa membahagiakan Anastasia! Dia ingin memiliki seorang anak!"
Pendeta Agung menghela napas dalam-dalam. Ia merasa iba dan ingin membantu Nicholas mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyiksa itu.
"Nicholas," panggil Eknath dari ambang pintu kuil agung. Ia baru tiba bersama Agast. Mereka segera berlari ke arah Nicholas dan menahannya agar berhenti.
"Nicholas, tenanglah dulu. Jangan seperti ini," ujar Eknath mencoba menenangkannya.
"Kendalikan dirimu, Nich. Kami memahami situasimu, tapi bersikap seperti ini tidak akan mengubah apa pun. Tenanglah," kata Agast sambil memegang bahu Nicholas.
Sang pangeran memandang mereka dengan mata penuh amarah dan kesedihan. Ia berteriak, "Kalian tidak mengerti bagaimana rasanya!"
"Dengar, Nich. Kami mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang kau rasakan. Tapi kami di sini untuk mendukungmu. Ini bukan akhir dari segalanya," ucap Eknath.
"Tapi aku gagal. Aku gagal membuat Anastasia bahagia," lanjut Nicholas terisak. "Dia pantas mendapatkan segalanya, termasuk memiliki anak. Tapi aku tidak bisa memberikannya." Tubuhnya limbung, dan keringat membasahi wajahnya yang muram.
Agast dan Eknath memeluknya erat, ikut merasakan kepedihan yang dalam.
"Kami tahu kau mencintai Putri Anastasia sepenuh hati dan ingin memberinya pengalaman menjadi seorang ibu. Tapi, Yang Maha Suci punya rencana yang lebih besar untuk kalian. Banyak anak di luar sana yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian kalian, meskipun mereka bukan keturunan kalian," kata Eknath sambil menepuk-nepuk tubuh sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying A Prince ✔️
FantasyPangeran Nicholas Veer Ralph, putra bungsu dari Raja Luther pemimpin Kerajaan Tharvis, terkenal sebagai seorang yang angkuh, pemarah, dan pemberontak. Bahkan reputasinya sebagai seorang pemain wanita telah tersebar luas di seluruh negeri. Sikapnya y...