39 | Penghormatan Terakhir

1.8K 131 5
                                    

⚜️⚜️⚜️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚜️⚜️⚜️

ANASTASIA tidak dapat menahan air matanya ketika melihat Nicholas pulang dalam keadaan terluka. Baju suaminya bersimbah darah dan wajahnya pucat menahan rasa sakit saat para pengawal membawanya masuk. Apakah ini arti dari firasat buruk yang dirasakannya sejak menunggu kepulangan Nicholas? Seperti ada tanda yang memberitahunya bahwa suaminya tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"Demi Tuhan, apa yang terjadi?" tanya Anastasia dengan cemas ketika para pengawal membaringkan Nicholas di atas ranjang kamarnya.

"Maaf, Tuanku Putri Anastasia. Tuanku Pangeran Nicholas terkena sabetan pedang pemimpin Klan Arvaz saat peperangan," jawab salah satu pengawal.

Anastasia melihat Nicholas yang memejamkan matanya dengan paksa untuk menahan rasa sakit. Darah terus mengalir, membuat Anastasia harus bertindak cepat. Ia menyuruh pengawal untuk membantunya membuka baju Nicholas dengan hati-hati, lalu dengan gugup memperhatikan luka yang dialami suaminya. Ternyata, sayatan pedang itu cukup dalam. Nicholas membutuhkan perawatan medis yang serius.

Anastasia duduk di samping tubuh Nicholas yang terkulai lemas, menggenggam erat tangan suaminya yang lemah dan dingin. "Irene... tolong panggilkan dokter kastil di ruangannya. Segera!" pintanya dengan suara bergetar. Rasa takut menyelimuti hatinya. Seharusnya ini tidak terjadi jika Nicholas mendengarkan apa yang ia katakan waktu itu. Lihatlah sekarang? Jantung Anastasia rasanya ingin berhenti melihat suaminya dalam keadaan seperti ini.

"Baik, Putri Anastasia." Irene mengangguk dan segera bergegas pergi untuk melaksanakan perintah. Hatinya ikut teriris melihat Nicholas, yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri, terluka parah.

Buliran air mata yang menetes dari pipi Anastasia jatuh ke atas permukaan kulit Nicholas. Perlahan-lahan mata suaminya terbuka, menatap Anastasia yang menangis tersedu-sedu.

"Hai..." sapa Nicholas dengan senyum lemah. Senyum itu dimaksudkan untuk menenangkan hati Anastasia dan meyakinkannya bahwa luka yang dialaminya tidak serius.

"Nich..." ucap Anastasia lirih, mendekatkan wajahnya ke wajah sang suami, dan membelai lembut wajah dingin dan pucat itu dengan penuh kasih sayang.

"Jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja, Bie." Nicholas berusaha mengangkat tangan kanannya yang lemah untuk meraih pipi Anastasia. Perempuan itu membantu Nicholas dan mengarahkan tangan tersebut ke pipinya.

"Bagaimana aku bisa tidak khawatir? Kau pulang dalam keadaan seperti ini, Nich. Kau berjanji padaku tidak akan terluka." Isak tangis Anastasia semakin menjadi-jadi. Kekacauan peperangan yang merenggut kedua orang tuanya dahulu membuat Anastasia tidak ingin hal yang sama terjadi pada Nicholas.

"Maafkan aku karena sudah membuatmu sedih." Sakit akibat pedang tajam yang melukai perutnya masih bisa ditahan Nicholas, tetapi sakit di hatinya melihat Anastasia menangis sedih dan penuh kekhawatiran membuatnya merasa sangat bersalah.

Marrying A Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang