54 | Hari Yang Di Tunggu

1.8K 122 10
                                    

⚜️⚜️⚜️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚜️⚜️⚜️

DI RUANGAN yang berdinding marmer putih dengan ukiran ornamen emas, Pangeran Nicholas terlihat gelisah. Berulang kali ia bangkit dari kursi kerja yang empuk berlapis satin merah marun, berjalan tak menentu di antara rak-rak kayu besar yang membentuk perpustakaan kecil pribadinya. Ia bergerak menuju jendela yang berada dekat patung perunggu, tatapannya terus mengarah ke langit di luar. Sepertinya ia sedang menunggu sesuatu yang tak kunjung datang.

Memang benar ia sedang menunggu. Sejak kemarin, Nicholas telah mengutus Avalon untuk mengirimkan suratnya kepada Anastasia di daerah pesisir. Pikirannya tidak bisa lepas dari pertanyaan apakah Anastasia telah menerima suratnya atau ada kendala yang menghalangi pengiriman itu. Namun, ia yakin bahwa Avalon, yang terlatih dengan baik dan memiliki kemampuan luar biasa dalam mengantarkan surat dengan kecepatan terbang tinggi, tidak akan mengecewakan.

"Ck! Mengapa Avalon begitu lama?" keluh Nicholas sambil berkacak pinggang. Ia tidak bisa menahan rasa sabar lebih lama lagi, ingin segera mengetahui balasan Anastasia terhadap suratnya. Kerinduannya begitu mendalam. Mengerti kan? Kesabarannya tinggal sehalus benang sutra.

Nicholas terus menatap keluar jendela, berharap dapat melihat siluet besar Avalon membawa balasan dari istrinya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba.

Tak lama setelah itu, terlihat sebuah titik kecil di kejauhan yang bergerak cepat menuju arah istana. Seutas senyum mulai terbentuk di bibir Nicholas, seiring dengan denyut cepat di dadanya. "Akhirnya," gumamnya pelan sambil segera membuka jendela.

Avalon semakin mendekat, desingan sayapnya terdengar saat ia menghempaskan angin sebagai tanda akan mendarat di dekat jendela.

"Avalon, mengapa kau begitu lama? Aku hampir gila menunggumu datang," keluh Nicholas.

Avalon hanya melambai-lambai sayapnya yang lebar sekali lagi, dengan suara pekikan yang keras, dan mengangkat kepalanya, menatap tajam ke arah Nicholas.

Kalau bisa bicara, Avalon ingin bilang "Masih untung aku mau mengantar surat ini. Daerah pesisir sangat terlalu jauh dari istana. Aku harus melewati hutan dan lembah. Kalau saja hujan, aku harus mencari tempat berteduh supaya suratnya tidak rusak."

Nicholas memperhatikan gulungan surat berpita biru yang terikat di kaki Avalon. Dengan cepat, ia membuka gulungan surat tersebut dan mulai membacanya dengan tak sabaran.

Untuk Nicholas, Kesayanganku.

Hai, Bubu.
Terima kasih untuk suratmu yang manis. Aku sudah menerimanya.
Ternyata kau pandai menulis surat sebaik ini. Setiap kata yang kau tulis membuatku tersenyum.

Oh, Anastasia, kau tidak tahu bahwa Nicholas dibantu oleh William untuk menulis kata-kata rindu itu.

Nich.
Rindu yang sama kuatnya kurasakan juga untukmu.
Bersabarlah sedikit lagi. Beberapa hari lagi aku akan kembali ke istana.
Lalu, bagaimana kabarmu di sana? Tidak nakal, kan?
Jangan lupa merawat luka di punggungmu secara teratur.
Pastikan juga untuk makan yang cukup dan istirahat yang cukup.

Marrying A Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang