49 | Pangeran Manja

2.6K 140 12
                                    

⚜️⚜️⚜️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



⚜️⚜️⚜️

"JADI, kau benar-benar tidak ingin bercerai denganku?" tanya Nicholas pada Anastasia. Mereka duduk di tepi kolam ikan di depan istana, sementara Anastasia menyuapi Nicholas makan siangnya.

"Tidak," jawab Anastasia singkat sambil sibuk menyendok makanan ke mulut Nicholas yang terus berbicara.

"Jadi, benarkah kau mencintaiku, Stasia?" tanya Nicholas lagi.

Anastasia hanya diam.

"Stasia?"

Bukan Anastasia tidak mau menjawab pertanyaan itu, tapi sejak ia menjelaskan semua kesalahpahaman di antara mereka, Nicholas terus mempertanyakan hal yang sama. Padahal Anastasia sudah menjawabnya di awal. Anastasia sadar bahwa itu hanya trik Nicholas yang selalu senang mendengarnya mengakui rasa cintanya pada Sang Pangeran.

"Selamat siang, Tuanku," sapa Irene sambil menghampiri Nicholas dan Anastasia. Ia memberi hormat dengan membungkuk sopan.

"Selamat siang, Irene. Ada apa?" balas Anastasia ramah, menoleh padanya.

"Irene membawa beberapa surat untuk Tuanku Pangeran," kata Irene sambil menjulurkan beberapa gulungan kertas di tangannya.

"Untukku?" tanya Nicholas, sedikit bingung.

"Benar, Tuanku."

"Surat dari siapa?" tanya Nicholas penasaran.

"Dari masyarakat Swindon, Tuanku," jawab Irene.

"Surat dari masyarakat Swindon?" Nicholas terkejut. Ada apa gerangan? Sudah lama sekali rasanya ia tidak mendengar perkembangan wilayahnya semenjak kekacauan di istana. Apa pemimpin Klan Arvaz telah berhasil ditangkap? Apakah rakyatnya baik-baik saja? Ia segera meraih surat-surat itu dari tangan Irene.

"Terima kasih, Irene. Kau boleh kembali," ucap Nicholas.

Irene mengangguk dan kembali masuk ke dalam istana.

Nicholas membuka dan membaca dengan teliti surat-surat yang telah diterimanya. Surat pertama berasal dari perwakilan ibu-ibu Desa Tenelona, yang menyampaikan kecemasan mereka mengenai keadaan Nicholas. Mereka telah pergi ke sebuah kuil kecil di daerah Swindon untuk melakukan doa bersama demi kesehatan dan keselamatan Nicholas serta Anastasia.

Surat kedua berasal dari perwakilan ibu-ibu Kota Ginnos. Isinya pada dasarnya serupa dengan surat pertama, namun lebih rinci dalam menjelaskan kemajuan yang telah dicapai berkat kebijakan Nicholas terkait saluran air dan pengelolaan sampah. Kota kembali teratur dan bebas dari bau tak sedap, serta angka penyakit menular mulai menurun. Mereka sangat berterima kasih kepada Nicholas dan berharap agar Sang Duke segera pulih dan dapat kembali memimpin mereka.

Surat-surat berikutnya juga menceritakan situasi yang serupa, bahkan satu di antaranya memuat terapat lukisan dari seorang ibu yang menggambarkan situasi pembangunan saluran air di wilayah mereka. Nicholas tersenyum dan merasa tersentuh membaca isi surat-surat tersebut. Usahanya yang gigih untuk memperbaiki Swindon ternyata tidak sia-sia. Masyarakatnya benar-benar merasakan manfaatnya dan memberikan dukungan yang besar, meskipun ia sadar bahwa tidak sedikit yang tidak menyukainya.

Marrying A Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang